bontangpost.id – Bencana alam yang terjadi di wilayah ibu kota negara (IKN) baru di Sepaku, Penajam Paser Utara (PPU), bukan hanya banjir. Tanah longsor dan angin puting beliung juga jadi ancaman serius. Data yang dihimpun media ini dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) PPU, kemarin, tercatat musibah banjir pada kurun waktu empat tahun sebanyak 16 kali. Yaitu mulai 2018 terjadi 9 kali, 2019 terjadi 1 kali, 2020 terjadi 3 kali, dan 2021 terjadi 3 kali.
Kemudian angin puting beliung di 2018 nihil, 2019 1 kali, 2020 nihil, dan 2021 terjadi 2 kali. Bencana tanah longsor di 2018 terjadi 4 kali, 2019 terjadi 2 kali, 2020 terjadi 1 kali, dan 2021 terjadi 4 kali.
“Faktor penyebab bencana alam khusus bencana longsor, di antaranya, terjadinya gerakan tanah. Kemiringan lereng yang terjal dan perlapisan batuan yang mengikuti lereng. Mata air pada tekuk lereng dan tersebar pada lereng, sehingga meningkatkan gaya penyebab longsor,” kata Kepala Unsur Pelaksana BPBD PPU Marjani, kemarin.
Saat menyinggung banjir yang kerap terjadi di Sepaku, ungkap Marjani, banjir lebih sering diakibatkan hujan intensitas sedang. Kemudian terjadi banjir, kata dia, akibat saluran air pada sungai terhambat akibat endapan atau sedimentasi dan tanaman liar di kedua sisi bibir sungai.
“Menurut Pak Camat Sepaku, banjir belum pernah lebih 24 jam, tidak menginap banjirnya,” katanya.
Dikatakannya, dari tahun ke tahun kecenderungan banjir perlu diwaspadai, kendati setiap peristiwa banjir tidak sampai 24 jam genangan air atau banjir sudah surut. Ia mencontohkan banjir yang menimpa Desa Suka Raja, Sepaku, PPU, Sabtu (27/11) malam setelah banjir sekira 15 jam, keesokan pagi air telah surut dan meninggalkan lumpur.
Banjir di Sukaraja itu merendam 3–4 rumah di samping gorong-gorong. Ada patahan di dalam, jadi air tidak bisa lancar. “Sudah dilakukan langkah pembersihan oleh warga berkali-kali. Kami dulu melarang rigid beton melintasi gorong-gorong, sebab khawatir tidak akan dikerjakan. Jadi disisakan 10 meter tidak di-rigid beton,” kata Kepala Desa Suka Raja, Sepaku, PPU Ahmad Mauladin, kemarin.
Ia mengatakan, di desanya terdapat sungai yang berkelok-kelok, dan ia berharap sungai dibuat lurus. Saat ini pihaknya menunggu alat berat dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pekerjaan Umum (PU) Sepaku untuk melakukan pekerjaan tersebut.
“Jadi nantinya sungai akan berjalur lurus, tidak berkelok seperti sekarang, dan bisa menghilangkan empat jembatan,” ujarnya.
Saat dihitung kerugian akibat banjir belasan jam itu, terdapat pembersihan lumpur 11 rumah terdampak 22 orang, dan pembangunan jembatan di jalan poros atau jalan negara yang terdapat gorong-gorong dan box culvert yang jeblok. “Kalau ditotal jumlah kerugiannya mencapai Rp 46 juta,” kata Ahmad. (ari/kri/k16)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post