Harga Tembus Rp 6 Ribu Per Kilogram
SANGATTA – Beberapa petani di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) kini mulai melirik komoditas karet sebagai komoditas unggulan untuk mendongkrak ekonomi. Pasalnya, harga jualnya kini tembus Rp 6 ribu per kilogram pada pertengahan April 2017.
Plt Kepala Dinas Perkebunan Kutim M Alfian mengatakan, potensi perkebunan di Kutim sangat besar. Gairah petani karet kembali meningkat. Ini modal utama untuk terus meningkatkan hasil panen, sehingga kebutuhan pasar domestik dapat lebih tercukupi. Walau, posisi karet masuk dalam komoditi unggulan urutan kedua di Kaltim.
“Kami telah melakukan pemantauan ke beberapa lokasi perkebunan karet di kecamatan-kecamatan, salah satunya di Desa Karangan Dalam, Kutim, dengan luasan lahan yang digarap petani mencapai 80 hektare. Jika kemudian kenaikkan harga karet ini bertahan atau bahkan lebih baik lagi, saya yakin dampak pada perekonomian keluarga petani akan lebih baik,” ungkap Alfian.
Dia mengatakan, Pemkab Kutim jauh-jauh hari telah melakukan pengembangan komoditi karet dengan menggunakan bibit klon PB 260. Penanganan program penyuluhan dibantu langsung petugas lapangan.
“Saat ini kami terus melakukan pemantauan ke petani-petani baik di pesisir dan pedalaman Kutim. Agar mampu mendata potensi-potensi komoditi perkebunan lainnya diluar komoditi kelapa sawit dan karet. Mengingat luasan lahan perkebunan di Kutim amatlah besar dan perkebunan adalah salah satu tonggak untuk memandirikan daerah ini pada masa mendatang,” sebutnya.
Apalagi, kata Alfian, ditengah anjloknya ekonomi nasional akibat pengaruh defisit keuangan, tidak boleh dipandang sebelah mata. Untuk itu terobosan-terobosan dalam meningkatkan pemasukkan daerah harus dilakukan. Selain dapat mengamankan daerah juga mampu mengamankan ekonomi keluarga petani.
“Saya berharap petani-petani pemilik kebun maupun yang tergabung dalam kelompok tani untuk dapat bersinergi dengan pemerintah. Sehingga dapat mengaplikasikan program Gerakkan Desa Membangun yang digagas oleh bupati,” terangnya.
Sementara itu, Staf UPT Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Perkebunan Karangan, Karsino menyatakan, berharap agar para petani dapat menggunakan bibit karet klon PB 260. Sebab selain lebih unggul, dalam kategori klon penghasil lateks, tingkat produktifitas getah karetmya amat tinggi.
“Selain mampu menghasilkan lateks, jenis ini juga resistance terhadap jamur corynespora colletotrichum dan odium, dengan potensi panen mencapai 100-200 gram per pohon,” ungkap Karsino.
Terpisah, Safiatur Rahman salah seorang petani karet mengaku, kenaikkan harga karet tersebut terasa lumayan pada keadaan ekonomi yang fluktuatif seperti saat ini. Dirinya bersama rekan-rekan petani di Karangan Dalam berharap, agar pemerintah kabupaten dapat melakukan usaha-usaha peningkatakan kemampuan petani dalam mengembangkan perkebunan karet. “Idealnya harga karet di tingkatakan petani bisa diatas Rp 10.000 per kg, akan tetapi untuk sementara harga yang ada juga bagus. Kami sebagai petani tetap bisa tersenyum dengan hasil panen kebun karet,” ujarnya. (aj)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post