Oleh: Dahlan Iskan
Ini adegan pertama. Bintang utamanya dua: Xavier dan Clare. Dua nama yang minggu lalu jadi trending topik di Malaysia.
Xavier adalah orang yang pegang data asli. Tentang mega korupsi di 1MDB. Yang melibatkan Najib Razak itu. Yang hasil korupsinya mengalir ke mana-mana: ke para pimpinan partai UMNO, ke ketua partai Islam PAS, dan tentu ke istrinya sendiri: Datin Rosmah Mansur.
Xavier baru saja diminta bertemu Perdana Menteri Malaysia Dr Mahathir Mohamad. Sampai hampir dua jam. Juga baru dipanggil KPK-nya Malaysia. Untuk mengungkapkan skema mega korupsi itu: melebihi korupsi E-KTP di Indonesia.
Xavier warga negara Swiss. Nama lengkapnya Xavier Justo. Keturunan Spanyol. Tinggal di Thailand. Umurnya 52 tahun. Tidak lulus universitas. Tapi kariernya di dunia perbankan meroket.
Xavier lalu bekerja di PetroSaudi Internasioal SA. Sebagai eksekutif bidang keuangan dan IT. Tentu Xavier memegang password perusahaan. Dan sandi-sandi komputernya.
Tahun 2011 ia berhenti. Atau diberhentikan. Membawa serta data keuangan. Lalu-lintas email bos-bosnya. Beserta rahasia terdalam perusahaan. Ia bilang: data itu diberikan oleh stafnya. Perusahaan bilang: data itu ia curi. Untuk memeras perusahaan. Nilai pemerasannya 12 juta ringgit. Atau sekitar Rp 40 miliar.
Xavier membeli villa di pulau wisata di Thailand. Di situ ia tinggal. Bersama istri dan anaknya.
Xavier membuka usaha baru di pulau itu: bidang konsultasi. Nama perusahaannya: Justo Consultans. Rupanya kurang laku. Ia lantas mendirikan perusahaan online. Bidang pariwisata. Namanya: Olways The Sun. Mempromosikan keindahan dan kehangatan alam tropik. Tidak perlu takut kedinginan seperti di Swiss. Rupanya: juga kurang berhasil. Atau tidak berhasil.
Xavier itu ganteng. Kumis dan jenggotnya dipelihara tipis. Lengannya penuh tatto. Kanan dan kiri. Istrinya blonde, cantik.
***
Tapi Xavier tidak bisa hidup tenang di pulau damai itu: dikejar-kejar polisi Thailand. Ada laporan masuk: Xavier mencuri data. Juga memeras. Pelapornya Anda tahulah: PetroSaudi.
Xavier ditangkap. Diinterogasi. Dibawa ke pengadilan. Dijatuhi hukuman 3 tahun penjara. Itu terjadi tahun 2015. Mestinya dalam tahun ini Xavier baru bisa menyelesaikan hukumannya. Tapi Raja Thailand dua kali memberikan remisi. Atas usaha kedubes Swiss. Yang selalu menjenguknya. Dan mengurus remisinya. Tahun lalu Xavier sudah bebas.
Xavier tentu tahu apa yang harus dia lakukan berikutnya: jadi peniup peluit. Whistle Blower. Pengungkap korupsi. Dengan cara menyebarkan dokumen yang ia miliki. Yang berasal dari server komputer PetroSaudi.
Sebelum dibawa ke pengadilan sebenarnya sudah ada negosiasi. Seorang anggota parlemen Malaysia menemuinya. Agar Xavier mengakui saja perbuatannya: mencuri data. Dan memeras. Agar hukumannya ringan. Kalau tidak, bisa 10 tahun.
Saat itu Xavier mengaku tertekan. Istrinya juga ditekan. Anak lakinya diancam: bisa masuk panti asuhan. Xavier mengaku tidak ada pilihan: minta kertas dan pulpen. Minta didektekan bagaimana bunyi pengakuan yang harus ia tulis. Ya…itu tadi: mengaku mencuri dan memeras.
Dihukum 3 tahun.
***
Lepas hukuman ia mikir. Siapa yang akan dikirimi dokumen. Terpilihlah nama ini: Clare Rewcastle Brown. Dia (she) orang Inggris. Masih adik ipar mantan perdana menteri Inggris, James Gordon Brown. Tapi ini bukan soal periparan. Clare adalah Pimred sebuah media online: Serawak Report.
Meski namanya Serawak Report tapi terbitnya di London. Clare tidak tinggal di Kuching, ibukota Serawak. Xavier tahu reputasi Serawak Report. Misi online tersebut jelas: memberantas korupsi di Serawak. Selalu bikin heboh. Mengungkap korupsi habis-habisan. Menelanjangi terus gaya hidup para penguasa Serawak.
Clare memang punya perhatian khusus pada Serawak. Perusahaan-perusahaan Ingris punya akar yang dalam di belahan utara Kalimantan itu. Hampir saja Serawak minta tetap di bawah Inggris. Tidak mau bergabung ke Malaysia.
Dia sendiri lahir di Serawak. Dari bapak-ibu orang Inggris. Ibunya kerja di puskesmas. Di pelosok Serawak. Melayani kesehatan orang suku Dayak.
Clare juga masuk sekolah dasar di Serawak. Keluarga ini baru meninggalkan Serawak saat Clare berumur 8 tahun. Kembali ke Inggris. Sekolah terus. Sampai master. Bidang hubungan internasional. Di universitas mentereng: London School of Economics.
Clare lantas jadi wartawan. Pernah lama di BBC. Kemampuan investigasinya luar biasa.
Saat berkunjung ke Serawak, Clare melihat kerusakan hutan yang luar biasa. Akibat persekongkolan antara penguasa dan pengusaha. Lalu dia dirikan Serawak Report dan Radio Free Serawak. Anti benar dengan pemerintah Serawak.
Ketika didirikan tahun 2010 nama Clare tidak tercantum di Serawak Report. Tidak diketahui siapa pemiliknya. Siapa pendirinya. Siapa pengasuhnya. Seperti online bawah tanah, dengan misi mulia.
Pertama terbit, online tersebut sudah bikin heboh: mengungkap kekayaan penguasa Serawak: Abdul Taib Mahmud. Punya rumah di Kanada. Di Amerika. Di Inggris. Yang semuanya fantastis.
Tidak henti-hentinya publikasi tentang kekayaan Taib di luar negeri. Tapi penguasa Serawak itu akhirnya tahu: siapa pemilik online itu. Tahu juga siapa informannya. Pasti orang dekat penguasa. Atau pernah menjadi orang dekat penguasa.
Pada 22-2-2012 Clare berduka. Amat dalam. Hatinya amat terluka: wartawannya di Amerika tewas. Mati dengan kepala terbungkus plastik. Di kamar hotelnya di Los Angeles. Namanya: Ross Bayert. Ia pernah sangat dekat dengan Taib. Saat tinggal di Serawak.
Ross Bayert-lah yang mengumpulkan bahan untuk Serawak Report. Khususnya tentang kekayaan Taib di luar negeri. Berikut foto-fotonya. Dan bagaimana cara memperoleh kekayaan itu. Serba gamblang. Telak.
***
Sejak Ross tewas itulah Serawak Report berubah: lebih terang-terangan. Nama Clare pun muncul: sebagai pendiri, pemimpin dan redaktur Serawak Report. Clare tidak sembunyi-sembunyi lagi. Dia tidak takut apa pun. Tidak takut juga diRosskan.
Clare sendiri sering ke Serawak.
Pengungkapan skandal berikutnya adalah: pembangunan dam terbesar di Serawak. Namanya: Dam Bakun. Yang dilakukan oleh perusahaan Tiongkok: Sinohydro. Yang bergerak di bidang pembangkit listrik tenaga air. Sinohydro punya beberapa proyek juga di Indonesia.
Berbulan-bulan skandal Dam Bakun ini jadi bahan pemberitaan Serawak Report. Tapi proyek itu jalan terus. Mulai pembangunannya tahun 1996. Selesai tahun 2011. Inilah dam tertinggi kedua di dunia: 205 meter. Atau dam terbesar di Asia Tenggara. Bentangannya: 750 meter. Bisa memprosuksi listrik: 3.000 MW. Menggunakan delapan turbin.
Clare, melalui Serawak Report, juga mengungkapkan kasus penyelundupan kayu. Dari hutan Serawak. Oleh Michael Chia. Yang diback up sepenuhnya oleh penguasa Serawak.
Hasilnya: Clare masuk daftar hitam. Tidak boleh datang ke Serawak. Sedangkan skandal yang diungkapkannya akhirnya ditangani jaksa. Untuk dimasukkan peti. Sampai sekarang.
***
Xavier tahu semua kenekatan Clare itu. Tahu bagaimana harus berhubungan dengan Serawak Report. Ia kirimlah semua dokumen dari server PetroSaudi itu. Yang utama: bagaimana terjadinya aliran dana dari PetroSaudi ke rekening pribadi perdana menteri (saat itu) Najib Razak: USD 700 juta. Senilai sekitar Rp 9 triliun.
Hebohlah Malaysia. Seheboh-hebohnya. Padahal tidak ada koran yang memberitakannya. Koran di Malaysia, saat itu, loyo: di bawah ketiak Najib. Atau ketiak Rosma. Atau ketiak siapa lagi.
Sejak publikasi Serawak Report itulah Najib sulit berkelit. Jadi isyu tiada henti. Sampai di warung kopi. Sampai ke tas Birkin Rosma. Yang kurang banyak itu.
***
Amerika ikut turun tangan. Ikut menangani pencucian uang di sekitar skandal 1MDB itu.
Najib begitu sulit. Secara hukum. Secara politik. Secara moral. Untuk menyelamatkan diri, Najib perlu menang pemilu 2018.
Untuk berkilah ia bentuk tim audit. Seakan semuanya berjalan baik. Diaudit dengan baik. Auditornya ditawari iming-iming. Yang mencoba melakukan penyelidikan disogok. Tiga orang penyidik disogok masing-masing tiga juta ringgit.
Auditnya berhasil dikendalikan. Penyidiknya berhasil dibungkam. Tapi ribuan warung kopi tetap buka. Dan membicarakan kebobrokan Najib itu. Dan istrinya itu. Dan si Rosmah itu. ‘Isterinya itu’ dan ‘si Rosmah itu’ adalah satu.
Ribuan warung kopi mengalahkan suap, sogok, iming-iming, sembako, serangan fajar: Najib kalah telak dalam Pemilu 9 Mei 2018. Yang begitu dramatik.
***
Xavier dan Clare ke Malaysia lagi. Minggu lalu. Kali ini sebagai pahlawan. Menyerahkan semua dokumennya ke penguasa baru Malaysia.
Setelah menerima Xavier wajah Mahathir tidak terlalu gembira. Bahkan Mahathir dapat gambaran yang muram: triliunan rupiah uang yang hilang itu sulit diharapkan bisa kembali. Telah menguap. Lenyap. Gone.
Padahal keinginan tertinggi Mahathir sebenarnya simple: menyelamatkan dulu uang itu. Baru menegakkan hukumnya. Mengapa uang itu lenyap? Bagaimana asal-usul hilangnya?
***
Mulainya tahun 2009. Saat Najib mulai menjadi perdana menteri. Ia ambil alih perusahaan milik negara bagian Selangor. Agar menjadi perusahaan pusat/federal/BUMN. Dengan misi menjadi seperti Temaseknya Singapura.
Nama perusahaan itu pun diubah. Menjadi 1Malaysia Development Berhad. Disingkat 1MDB.
1MDB menjadi holding company. Melahirkan anak-anak perusahaan. Dan cucu-cucu perusahaan. Baik yang dimiliki sendiri maupun yang hasil kerjasama dengan pihak lain.
Najib menjadi chairman-nya. Dan juga ketua dewan penasihatnya.
Bidang usaha yang ditangani 1MDB luas sekali: energi, real estate, industrial estate, pariwisata dan banyak lagi.
Di bidang real estate 1MDB membangun distrik bisnis baru: satu kawasan 70 ha di Kuala Lumpur. Gedung-gedung pencakar langit, pusat-pusat bank, lembaga keuangan, perdagangan akan menempatinya.Di bidang energi akan menjadi pemasok batubara utama semua pembangkit listrik. Juga akan mengambil alih pembangkit listrik di Dam Bakun Serawak.
Di bidang energi ini banyak benturan. Ada aturan yang tidak bisa dilanggar: pasokan batubara itu sudah terikat kontrak dengan grup Khasanah. Yang dulu dibentuk oleh Mahathir. Saat Mahathir perdana menteri.
Mengapa Najib mendirikan 1MDB? Mengapa tidak menugaskan Khasanah saja?
Inilah menariknya: Khasanah adalah Mahathir. Sejarah Mahathir. Najib ingin menorehkan sejarahnya sendiri. 1MDB adalah sejarah Najib. Tidak ia sangka jadi sejarah yang kelam.
Maka saya munculkan bintang baru di adegan berikut ini. Adegan yang lebih dramatik. Catat baik-baik nama bintangnya: Riza Aziz, Jho Low dan Tareq Obaid.
Riza Aziz adalah anak Rosma dari suami pertama. Sekolahnya di London School of Economic. Semula bekerja di kantor akuntan terkemuka dunia: KPMG. Lalu pindah ke Bank HSBC. Dua-duanya di London.
Sepuluh tahun Riza berkarir di situ. Matang sekali. Sampai datanglah krisis moneter 2008. Riza meninggalkan HSBC.
Jho Low adalah anak pengusaha keuangan. Lahir di George Town, Pulau Penang, Malaysia. Sekolahnya di Harrow, London. Sekolah unggulan.
Di London inilah kenal Riza. Lalu melanjutkan kuliah di Wharton Business School di Pennsylvania: kampusnya tokoh-tokoh cerdas Amerika. Termasuk Hillary Clinton. Dan anak Robert Lai, teman saya.Jho Low pandai bahasa Inggris, Melayu, Mandarin, Fujian, Canton dan Tiuchu. Lalu mendirikan perusahaan keuangan di Hongkong. Dan Malaysia. Dan Singapura. Dan Abu Dhabi. Dan Kuwait. Dan Amerika.
Tareq Obaid adalah pendiri dan pemilik perusahaan minyak PetroSaudi International SA. Meski namanya PetroSaudi –dan pakai SA– ini bukan perusahaan Saudi Arabia.
PetroSaudi adalah perusahaan Cyman Island. Tidak ada dalam peta. Terlalu kecil pulaunya. Tidak kelihatan. Tapi negara ini eksis. Sangat menonjol. Dan kaya.
Letaknya di lautan Karibia. Penduduknya 60.000 orang. Kepala negaranya Anwar Khoudory. Status negaranya di bawah protektorat Inggris.
Negara ini makmurnya bukan main. Pendapatan perkapitanya 58 ribu USD. Kita cuma sekitar 4 ribu USD. Negara ini bebas pajak. Tidak mengenal pajak pendapatan, pajak perusahaan dan pajak apa pun. Inilah sorga bagi yang ingin menghindari pajak. Tax heaven. Dari 50 bank terbesar di dunia hanya 10 yang tidak punya cabang di Cyman. Bisnis banknya nomor lima terbesar di dunia.
PetroSaudi adalah satu dari puluhan ribu perusahaan yang didirikan di sini. ‘Di sini’ itu tidak harus ke sana. Bisa diwakili notaris di Hongkong, Singapura, Inggris, Dubai dan banyak lagi.
Kantor pusat PetroSaudi sendiri bukan di Cyman. Tapi di Geneva, Swiss. Xavier berkantor di Geneva. Saat masih menjadi eksekutif di PetroSaudi.
Tareq Obaid ahli dalam bidang penghindaran pajak ini. Jho Low juga ahli. Riza juga ahli. Tiga ahli bekerja sama: menolong Malaysia. Atau mengobyekkan Malaysia. Atau menggerogoti Malaysia. Terserah dari kacamata yang mana.
Intinya: 1MDB ber-joint venture dengan PetroSaudi. Bikin perusahaan bersama. Juga di Cyman. Proyeknya di Venezuela, Saudi, Turkistan dan banyak lagi. 1MDB dapat saham 40 persen. PetroSaudi 60 persen. Untuk itu 1MDB harus setor modal 1 miliar dolar. Atau sekitar Rp 14 triliun.
Uang dikirim. Dari bank central Malaysia. Tanpa dokumen pendukung yang lengkap. Pun bisnisnya. Perencanaan bisnis di anak-anak perusahaan itu dibuat dengan canggihnya. Maksudnya: dengan ruwetnya. Siapa membeli apa, dengan dokumen apa, dengan cara bagaimana, dikonter dengan jaminan apa, dibayar dengan bond apa, dikembalikan dengan saham apa, dihitung bagaimana…. pokoknya seruwet e-KTP.
Seandainya saya CEO 1MDB –dengan tingkat tik-tak seperti itu– mungkin sudah kena aorta dissection dulu-dulu.
Intinya ada uang masuk ke rekening Najib. Melalui rekening Jho Low. Digunakan untuk apa terserah Najib.
Tapi Najib bilang: uang itu dari seorang pangeran di Saudi. Pinjaman. Sudah dikembalikan. Itu hanya sebagian uang dari yang 1MDB. Yang sudah keluar.
Selebihnya ke mana? Tentu ke perusahaan-perusahaan itu. Yang di bawah kendali Tareq. Atau yang di bawah kendali Lho Low. Atau yang di bawah kendali Riza.
Dan, karena status perusahaan itu adalah perusahaan Cyman maka habislah: bagaimana cara menuntutnya? Tidak ada pengadilan di Cyman. Tidak ada jaksa. Atau polisi. Yang bisa menjangkau jenis perusahaan off shore seperti itu.
Di samping kehilangan uang, 1MDB juga masih tertimpa tangga baja: harus membayar hutang atau komitmen atau penjaminan. Pokoknya kita doakan Pak Mahathir, yang sudah 93 tahun, tidak mendadak kena aorta dissection.
Tareq tidak akan kena serangan jantung. Ia baru saja diberitakan liburan dengan kapal pesiar. Hura-hura. Pesta. Dengan para selebriti.Jho Low, si tukang bayar berlian dan tas Rosma itu juga tidak akan kena serangan jantung. Umurnya masih 35 tahun. Bisa sembunyi di Hongkong. Kapal pesiar mewah yang ia beli mungkin memang akan hilang. Pengadilan Amerika sudah memerintahkan untuk di sita.
Kapal itu posisinya lagi sandar di Bali. Polisi Indonesia ketimpa kesibukannya.
Riza mungkin tidak bisa lagi banyak berharap perlindungan dari ibu kandungnya: Rosma. Apalagi dari bapak tirinya: Najib Razak. Pasangan ini lagi sibuk menghadapi KPK.
Tapi, setidaknya, Riza sudah pernah masuk ‘sorga’. Saat ia mendirikan perusahaan film di Hollywood: Red Granit Picture. Yang telah memproduksi sekitar 10 film. Misalnya: Dump and Dumber To yang laris sekali. Atau Wolf of Wallstreet yang meraih lima nominasi Oscar. Yang dibintangi Leonardo Di Caprio. Yang justru dilarang beredar di Malaysia.
Riza juga pernah di ‘sorga’ condomoniumnya di New York. Atau di rumah ‘sorga’-nya di Hollywood.
Baru sekarang ini mungkin Riza menuju ‘neraka’: semua ‘sorga’ tadi dibiayai dengan uang dari 1MDB. Yang tentu akan diusut alirannya.
Yang selamat adalah: Putri Zainah. Dialah istri pertama Najib Razak. Yang hanya sampai 10 tahun mendampinginya. Sampai punya anak tiga. Hanya sampai mengantar Najib menjadi menteri besar negara bagian Pahang. Setingkat gubernur di Indonesia.Karir politik Najib terus melejit. Ia diangkat menjadi menteri. Ia harus pindah ke ibukota: Kuala Lumpur. Dan tidak pernah pulang lagi. Menceraikan isterinya dari jarak jauh. Tanpa –kata Zainah– pernah bertengkar.
Zainah mencoba mempertahankan perkawinannya. Tapi hati Najib sudah di dalam Rosma. Dalam sekali.
Dan Rosma juga sudah mau meninggalkan suaminya. Seorang penyiar TV Malaysia. Yang gajinya tentu tidak seberapa.(dis)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post