SAMARINDA – Sebagai langkah awal antisipasi melonjaknya harga ayam, Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda meminta kepada para pedagang untuk menjual ayam dengan sistem kiloan. Pasalnya jika dijual dengan sistem per ekor, dikhawatirkan ada kecurangan oleh oknum tidak bertanggung jawab yang dapat merugikan pembeli, terutama dengan langkanya ayam di pasaran saat ini.
Hal ini diungkapkan Kepala Bagian (Kabag) Ekonomi dan Sumber Daya Alam Sekretariat Kota (Setkot) Samarinda, Maria Wati, saat disambangi awak media di kantornya di Balai Kota Samarinda, Selasa (31/7) kemarin. Ia mengatakan, harusnya pedagang sudah mulai menjual ayam dengan sistem kiloan bukan per ekor. Seperti yang ia temui di Pasar Pagi dan Pasar di Palaran.
“Jika dijual per kilo, kan hitungan beratnya jelas. Kalau per ekor, kita tidak tahu apakah benar ayam yang kita beli itu sudah sesuai atau tidak. Seperti yang saya lihat kemarin di Pasar Pagi, ayamnya sudah dipotong dan dijual per kilo, begitu kan bagus. Begitu juga dengan yang di Palaran,” ungkap Maria.
Lebih lanjut, menanggapi naiknya harga ayam usai inspeksi mendadak (sidak), Senin (30/7) lalu, Maria berkata, Wali Kota Samarinda segera merapatkan hal ini bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Bank Indonesia perwakilan Kalimantan Timur.
“Rencananya besok (hari ini) mau rapat. Dipimpin langsung Pak Wali untuk menentukan rencana selanjutnya seperti apa. Karena yang terjadi selama ini bukan karena stok yang langka, namun ada pengurangan jatah dari pemerintah pusat,” ujarnya.
Terpisah, Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Samarinda, Dhana Rosaeri berkata, langkanya ayam di pasaran karena ada pembatasan stok dari pusat yang terjadi secara nasional. Apalagi dengan meningkatnya permintaan dari masyarakat.
Untuk diketahui, kebutuhan daging ayam di Samarinda dan di sekitarnya bisa mencapai 65 sampai 70 ribu ekor per hari. Sedangkan stok yang tersedia hanya 55 hingga 60 ribu ekor per harinya.
“Selain itu hal lain yang turut mempengaruhi kelangkaan ini ialah matinya ayam yang diakibatkan virus yakni Inclusion Body Hepatitis (IBH). Hal ini sangat mempengaruhi distribusi ayam ke daerah-daerah,” tutur Dhana. (*/dev)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post