SANGATTA – Belasan pedagang yang menempati kios di Pasar Induk Sangatta (PIS), terus mengalami kerugian. Bahkan nilainya hingga jutaan rupiah. Penyebabnya, karena kondisi listrik yang sejak sebulan terakhir padam.
Insianawati (38) pedagang sembako di PIS mengaku mengalami kerugian hingga Rp 2 juta lebih. Pasalnya, beberapa barangannya rusak akibat lemari pendingin yang tak berfungsi karena listrik padam.
“Semua barang nugget dan sossis, rusak mas. Total ada sekitar Rp 2 jutaan ruginya. Kan barang itu harus disimpan dalam keadaan dingin terus. Sementara, listrik di pasar padam,” kata wanita yang akrap disapa Iin, Selasa (14/2) kemarin.
Tak hanya itu, dua dari empat lemari pendingin miliknya pun kini tak dapat digunakan lagi. Sebab, mengalami kerusakan setelah listrik pasar yang kerap padam.
“Awalnya, mati hidup. Tapi sejak awal bulan (Februari, Red.) tak pernah nyala lagi,” sebutnya.
Iin mengatakan, tidak masalah jika pengelola pasar melakukan pungutan untuk membayar iuran listrik. Namun dengan catatan, listrik menyala setiap hari. Sementara yang terjadi sebelumnya, meski sudah membayar iuran yang besarannya ditentukan pengelola pasar, namun listrik kerap tidak menyala.
“Saya setiap bulan bayar iuran. Tapi listrik sering mati hidup. Makanya bulan terakhir, saya protes tidak mau bayar lagi. Karena kemana uang yang saya setor, nah listriknya tidak pernah nyala,” ucap Iin.
Dia pun harus merogoh kocek lagi untuk membeli bahan bakar minyak (BBM) generator set (Genset) pribadi. Itu pun hanya mampu bertahan dari pukul 06.00 hingga pukul 13.00 Wita. Sebab, jika lebih, biaya yang dikeluarkannya akan semakin besar.
“Sehari saya harus siapkan Rp 50 ribu untuk beli BBM. Itu saja ngga nutup. Makanya, saya tidak jualan es lagi. Kulkasnya saja sudah saya suruh yang punya ambil kembali. Karena percuma saja kalau tidak ada listrik,” paparnya.
Sementara, Nurhayati (48) pedagang sembako lainnya juga mengaku, rugi akibat listrik yang padam. Sebab, omset yang diperolehnya dalam sehari terus menurun.
“Biasanya kalau ramai bisa dapat Rp 1 juta sehari. Tapi, sekarang paling banyak Rp 400 ribu saja sehari,” ucap Nurhayati.
Selain itu, dirinya juga khawatir jika listrik terus padam, minuman yang sudah terlanjur dibelinya juga akan rusak, karena tak laku terjual. Sebab, sebagian besar pembeli banyak yang mencari minuman dalam keadaan dingin.
“Itu saja dua kulkas saya nganggur. Mau dipakai tapi tidak ada listrik. Jadi percuma saja,” akunya.
Lain halnya dengan Wati (28) pedagang sembako di PIS mempertanyakan kinerja dari pengelola pasar. Sebab, kondisi listrik yang padam sudah berlangsung lama. Namun, hingga saat ini belum ada penanganan serius, bahkan hingga pedagang terus mengalami kerugian.
“Bagaimana pasar mau ramai, kalau pengelolanya saja acuh. Listrik padam dibiarkan saja. Harusnya mereka paham, pedagang jualan di pasar induk itu pakai modal pribadi bukan pemerintah. Kalau rugi, yah ngga ada gantinya,” keluhnya.
Sementara itu, Bupati Kutim Ismunandar dikonfirmasi terkait keluhan pedagang tersebut mengaku akan segera menindaklanjutinya. Dirinya pun menginstruksikan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) untuk memeriksa permasalahannya.
“Informasinya akan segera kami (pemerintah, Red.) tindaklanjuti. Kalau listriknya kurang, nanti kami akan mintakan lagi ke PLN untuk ditambah,” ucap Ismu. (aj)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: