Kisah Inspiratif Warga Bontang: Nur Patria Kurniawan (199)
Kesuksesan sosok Nur Patria bekerja di dunia kehutanan, tak lepas dari doa dan istikharah kedua orang tuanya. Berbagai penghargaan pun dia raih. Kini diamanahi sebagai Kepala Balai TNK, dirinya juga telah sukses menjalankan program pengembangan wisata alam berbasis pemberdayaan masyarakat.
Bambang, Bontang
Sempat bingung akan melanjutkan pendidikan setelah lulus SMA, pria kelahiran Rembang, 5 April 1974 itu, pasrah atas pilihan orang tuanya. Padahal kala itu, Nur Patria sudah mendapatkan undangan masuk kuliah tanpa tes dari dua perguruan tinggi. Pertama jurusan Teknik Mesin di salah satu perguruan tinggi di Malang, yang kedua di IPB Fakultas Kehutanan.
“Jadi suatu malam, almarhumah Ibu saya sedang Salat Tahajud sambil istikharah meminta petunjuk. Dari salat-nya itu, beliau mendapat petunjuk lewat mendengar anaknya sedang duduk di tumpukan kayu jati di tengah hutan. Semntara Abah (Bapak, Red.) saya melihat jabal (gunung). Dari kedua isyarat inilah (hutan dan gunung), akhirnya saya memutuskan memilih Fahutan IPB untuk melanjutkan kuliah saya,” kata bapak tiga anak itu.
Terlahir di lingkungan pesantren di wilayah Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kragen Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, semasa kecil suami Luviandri itu mengaku minim sekali bergelut dengan dunia hutan. Karena lokasi rumahnya yang tak jauh dari laut, justru aktivitasnya lebih banyak dihabiskan memancing.
Bahkan dari tujuh keturunan keluarganya, hanya dia yang menjadi pegawai negeri. Sementara orang tua dan kedua saudaranya lainnya, lebih memilih mengurus pesantren. “Pada dasarnya tujuannya sama. Beda cara saja. Kalau saudara-saudara saya jadi kiai di pesantren memimpin umat agar menjadi maslahat bagi orang banyak. Kalau saya bertugas menjaga, merawat, memperbaiki, memelihara tanaman dan hutan untuk nafas orang banyak. Hitungannya, satu pohon yang kita tanam itu bisa untuk dua nafas manusia. Itu juga kemaslahatan orang banyak,” terang anak ketiga dari pasangan Zainuddin dan Almarhumah Muslikah itu.
Dalam bekerja, pria yang pernah menjadi lulusan termuda IPB itu selalu memegang prinsip hidup “Bukan menjadi yang terbaik, tetapi selalu berbuat baik”. Sehingga baginya, bekerja secara maksimal orientasinya tidak untuk meraih penghargaan saja, tetapi memang sudah menjadi kewajiban.
Adapun bila mendapat penghargaan, hal itu dinilai sebagai bonus atas kinerja yang telah dia perbuat. Nur Patria juga yakin, setelah melewati masa kesulitan, pastilah akan ada jalan kemudahan.
Terbukti, beberapa prestasi juga pernah didapatkan atas kinerjanya. Di antaranya meraih Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Teladan dari Departemen Kehutanan 2004 silam, serta pernah juga meraih Fungsional Terbaik dari Kementerian Kehutanan di tahun 2005.
Berkat meraih fungsional terbaik ini, akhirnya dirinya mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke Internasional School Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Saat lulus pun, Nur Patria berhasil didaulat menjadi lulusan terbaik.
Sejak 4 April 2016 lalu, mantan Kasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Batam, Kepulauan Riau itu resmi bertugas di Bontang menjadi Kepala Balai Taman Nasional Kutai (TNK). Bahkan saat dilantik pada 11 maret 2016, Nur Patria menjadi Kepala Balai termuda se-Indonesia.
Sejak bertugas di Kota Taman, anak ketiga dari tiga bersaudara itu memiliki komitmen menjadikan TNK sebagai bagian kehidupan masyarakat di sekitarnya melalui program pengembangan wisata alam, kemitraan, dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan.
Beberapa kebijakan pemberdayaan masyarakat telah sukses dia bentuk di masa kepemimpinannya. Di antaranya pemberdayaan aren genjah oleh kelompok nyiur melambai di desa Kandolo. Tak hanya melakukan pendampingan saja, peran TNK juga men-support penguatan kelembagaannya, pengolahan menjadi aneka produk, hingga membantu pemasarannya ke masyarakat.
Di Sangatta, TNK juga berperan besar dalam pemberdayaan masyarakat sekitar Wisata Desa Kebo Jaya untuk penjagaan pintu masuk tempat wisata Prevab untuk Riset Center Orang Utan jenis Morio di kawasan TNK.
Sementara untuk di Bontang sendiri, Balai TNK juga telah sukses melakukan kerjasama dengan masyarakat pesisir Bontang Kuala serta perusahaan Badak LNG dalam pengembangan wisata Sungai Belanda 1 dan 2 tang di mana wilayah tersebut masuk dalam kawasan TNK.
Tahun ini, dirinya pun juga akan menjadikan wilayah bumi perkemahan di Salebba, Bontang Baru sebagai Mangrove Center. Selain sebagai pusat informasi dan pembelajaran tentang mangrove, juga sebagai salah satu ikon wisata di Bontang berbasis edukasi.
Kata Nur, jika TNK sudah ada di hati masyarakat, tentu dengan sendirinya dalam diri masyarakat akan tertanam rasa memiliki sehingga mereka secara otomatis ikut serta dalam menjaga dan merawat, sehingga manfaatnya pun juga akan dirasakan orang banyak.
“Harapannya sebagai kepala balai, semoga saya bisa terus memberikan kebijakan untuk lebih membumikan lagi konservasi di Indonesia. Sehingga keberadaan TNK tidak hanya dimiliki oleh orang Bontang, Kutim, dan Kukar. Tetapi juga menjadi milik Indonesia dan dunia secara lebih luas,” pungkasnya. (bersambung)
Tentang Nur Patria
Nama : Nur Patria Kurniawan S.Hut, M.Sc
TTL : Rembang, 5 April 1974
Alamat : Jalan MH Thamrin RT 16, Bontang Baru
Orang Tua : KH Zainuddin MS – (Alm) Hj. Muslikah Z
Istri : Luviandri
Anak
- Afzalia AN
- Azkia NN
- Hibrizie MN
Riwayat Pendidikan
- Konservasi Sumber Daya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB)
- Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan di Internasional School Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta
Riwayat Tugas
- Taman Nasional Pulau Komodo, NTT
- Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi
- Kasi KSDA Tanah Grogot
- Kasi KSDA Kaltim di Balikpapan
- Taman Nasional Merapi Yogyakarta
- Kasi BBKSDA Batam, Kepulauan Riau
- Kepala Balai Taman Nasional Kutai (Saat ini)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post