Siapa sangka keinginannya untuk membeli mobil berubah menjadi dedikasi untuk pendidikan anak usia dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak (TK). Bukan keuntungan materi yang dikejarnya, melainkan bagaimana caranya agar anak-anak bisa mendapatkan pendidikan.
LUKMAN MAULANA, Bontang
Tidak ada sedikit pun latar belakang seorang guru dalam diri Nur Aming. Karenanya dia tidak pernah membayangkan bakal membangun dan mengelola sebuah sekolah PAUD dan TK. Apalagi saat memulai sekolah ini, dia tengah bekerja sebagai petugas sekuriti di PT Kaltim Jasa Sekuriti (KJS).
“Makanya saya sempat stres saat pertama kali mengajar anak-anak. Saking stresnya saya sempat masuk UGD selama satu bulan,” kenang Nur Aming saat ditemui ditemui media ini, Rabu (28/12) kemarin.
Dia mengisahkan, ihwal terjun di dunia pendidikan dimulai dari keinginannya untuk memiliki mobil sendiri. Karena kekurangan dana, dia lantas meminjam uang pada pada kakak sulungnya. Tanpa disangka sang kakak malah menyarankan dia untuk mendirikan sekolah di lahan rumah sewa miliknya.
“Jadi saat kakak datang menemui saya memberikan uang, beliau bilang daripada beli mobil mending uangnya dipakai buat bangun sekolah. Kebetulan waktu itu saya sudah punya lahan rumah sewa yang dulu milik STM 45 di Jalan Kapal Pinisi II RT 48 Loktuan,” tuturnya.
Saran sang kakak ini lantas membuat Aming berpikir. Berbagai pertimbangan membuatnya mengiyakan saran ini dan mulai mendirikan sekolah yang awalnya bernama Lembaga Pendidikan Kreatif. Pertimbangan pertama adalah banyaknya anak-anak usia dini di sekitar lingkungannya yang tidak bersekolah PAUD dan TK dengan alasan tidak mampu membayar biaya pendidikan yang mahal. Alasan kedua karena putranya, Syawal yang dikeluarkan dari TK gara-gara dianggap terlalu aktif.
“Jadi saya berpikir untuk mengajar anak saya sendiri. Apalagi saat itu biaya pendidikannya juga terbilang tinggi. Dari situ timbul niat untuk membantu masyarakat,” jelas Aming.
Lahan rumah sewa seluas 20 x 40 meter miliknya tersebut lantas diubah menjadi sebuah sekolah dengan dua kelas TK dan satu kelas PAUD. Dibangun tahun 2009, sekolah yang kini bernama PAUD Terpadu Kreatif tersebut mulai membuka pendaftaran angkatan pertamanya di tahun ajaran 2010. Di tahun pertamanya sekolah ini menerima siswa sebanyak 45 anak.
Karena ditujukan untuk membantu masyarakat khususnya menengah ke bawah, Aming menyebut tidak pernah mengambil keuntungan dari orangtua murid. Tidak seperti sekolah-sekolah sejenis, dia membebaskan biaya pendaftaran masuk ke sekolahnya tersebut. Biaya yang dikeluarkan wali murid hanya SPP sebesar Rp 50 ribu setiap bulan dan juga biaya operasional Rp 800 ribu setiap tahun.