“Sedangkan untuk anak yatim piatu, saya membebaskan secara penuh biaya pendidikan selama bersekolah, termasuk memberikan seragam secara gratis,” katanya.
Untuk guru-gurunya, Aming memberdayakan ibu-ibu di sekitar lingkungan sekolah yang terdiri dari ibu rumah tangga dan guru ngaji. Termasuk Aming sendiri ikut mengajar sebagai guru. Awal-awal sekolahnya berjalan, para guru ini mengajar secara sukarela tanpa dibayar. Seiring berjalannya waktu, mereka mulai digaji melalui iuran SPP dan biaya operasional.
“Saat ini gurunya ada enam orang. Alhamdulillah sekarang sudah mendapat insentif dari pemerintah,” terang Aming.
Tidak memiliki latar belakang pendidikan guru membuat Aming sempat kesulitan dalam mengelola sekolahnya. Termasuk saat dia mengajar murid-murid di sela-sela pekerjaannya sebagai sekuriti. Apalagi anak-anak usia PAUD dan TK terbilang aktif dan sulit diatur. Kata dia, menghadapi anak-anak murid benar-benar melatih kesabarannya. Namun karena kemauan yang tinggi untuk belajar, perlahan Aming mulai memahami cara mengajar yang tepat untuk anak-anak didiknya.
“Umur segitu memang lagi bandel-bandelnya anak-anak, apalagi baru masuk sekolah. Proses adaptasi cukup berat, tapi mesti sabar karena namanya juga anak-anak. Dari situ saya akui perjuangan guru PAUD sangatlah besar,” urai pria yang kini bekerja sebagai sekretaris pribadi Wakil Wali Kota Bontang Basri Rase ini.
Dalam mendidik anak-anak, Aming selalu menggunakan sistem kekeluargaan. Menurutnya, untuk menumbuhkan kecintaan terhadap sekolah, perlu diciptakan suasana nyaman dalam belajar. Dia juga tidak membatasi anak-anak untuk berkreasi.
Prinsipnya, jangan sampai para guru menggunakan kata-kata larangan seperti “jangan” atau “tidak boleh” saat berinteraksi dengan murid-murid. Dia juga melarang para guru untuk membentak murid bila murid tersebut melakukan kesalahan. Sebaliknya, dia mengutamakan penggunaan bahasa tubuh yang menurutnya adalah bahasa kasih sayang.
“Diusahakan memberi nasihat secara positif. Misalnya bila bermain ayunan dengan kencang, diberitahu kalau itu bisa membuat terjatuh dan terluka, jangan melarang dengan tegas. Usahakan tidak berdebat tapi anak-anak bisa menurut,” jelas Aming.
Dia mengaku tidak pernah memberikan batasan bagi anak yang mau bersekolah di PAUD Terpadu miliknya. Anak-anak dari berbagai latar belakang baik miskin ataupun mampu bisa bersekolah di PAUD Terpadu Kreatif. Semuanya mendapatkan perlakuan dan pendidikan yang sama.
Termasuk, PAUD Terpadu Kreatif juga menerima murid-murid yang dikeluarkan dari sekolah-sekolah lain karena dianggap nakal. Baginya, anak-anak tersebut tidaklah nakal, melainkan merupakan anak-anak yang kreatif. Karenanya meskipun secara kualitas bangunan sekolahnya kalah bagus dibandingkan sekolah-sekolah lain, namun dia menyebut PAUD Terpadu Kreatif mampu bersaing dalam kualitas murid yang dihasilkan.
“Alhamdulillah selama ini lulusan kami tidak ada yang ditolak masuk ke SD negeri. Selain itu anak-anak juga sudah bisa membaca ketika lulus dari sekolah ini,” terang ayah empat anak ini.
Kini enam tahun sudah dia menjalankan sekolah yang sudah meluluskan hampir 400 murid ini. Suka dan duka pun mengiringi perjalanannya dalam mengupayakan pendidikan PAUD dan TK bagi anak-anak warga kurang mampu. Salah satunya ketika ada wali murid yang tidak membayar SPP, padahal anaknya hendak lulus sekolah.
Namun begitu dia mesti legawa karena menyadari kemampuan wali murid yang terbatas. Selain itu tujuan awalnya memang untuk mendidik anak-anak, bukan untuk mencari keuntungan. Karena memang diakui Aming, selama enam tahun berjalan, dia sama sekali tidak memungut keuntungan dari orangtua murid. Uang SPP dan biaya operasional habis digunakannya untuk kebutuhan sekolah dan pembayaran gaji para guru.
“Itu pun belum menutupi semua kebutuhan sekolah, termasuk perbaikan gedung. Saat ini saja atap dan plafon ruang kelas ada yang bocor. Sehingga setiap hujan selalu kemasukan air. Harapannya tentu bisa mendapat bantuan dari pemerintah,” sebut Aming yang pernah mencalonkan diri menjadi anggota legislatif.
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post