bontangpost.id – Pihak perusahaan PT DPS Risco mengklaim area yang ditempati mereka digunakan untuk terminal transit. SPV PT DPS Rischo Safaruddin mengatakan tidak mengetahui jika lokasi di Jalan Soekarno-Hatta masuk dalam hutan lindung. Mengingat perihal lahan itu telah dipercayakan kepada pihak lain.
“Kami tidak tahu kalau itu hutan lindung,” kata Safaruddin,
Menurutnya perusahaan jasa transportasi iso tank ini mulai beroperasi pada 2018. Berkenaan lahan saat itu menjadi wewenang PT DCU. Dijelaskan dia, perusahaan tersebut berkontrak dengan pemilik lahan. “Kalau khusus tempat ini kontrak sifatnya. Tetapi kami pekerja lapangan tidak tahu kelanjutannya,” ucapnya.
Pun demikian besaran kontrak, tidak diketahuinya. Dipaparkan dia, lokasi saat ini merupakan area singgah. PT DPS Risco merupakan suplai gas alam cair. Diambil dari PT Badak LNG kemudian dikirim ke PT Pembangkit Listrik Negara (PLN) di Sambera, Kutai Kartanegara.
“Di lokasi itu digunakan untuk proses loading. Pengisian di PT Badak LNG. Nah di kawasan itu untuk melepas kepala kendaraan kemudian proses pengiriman. Timnya ini berbeda,” tutur dia.
Disinggung mengenai belum dikantongi izin prinsip, ia tidak mengetahuinya. Ia mengaku hanya memegang izin angkut bahan berbahaya dan beracun (B3) dari pemerintah pusat. Serta izin Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) tetapi milik PT PLN. Sebagai induk perusahaan.
“Kami punya izin angkut B3 sejak awal beroperasi,” terangnya.
Meski demikian, ia mengaku sempat mengajukan izin prinsip ke Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota (PUPRK) Bontang. Tepatnya saat masih berstatus sebagai manajemen PT DCU. Tetapi apakah sudah turun atau belum , dia tidak bisa memastikan. Diketahui PT DCU telah habis kontrak pada tahun lalu.
“Karena ada surat teguran dari sana (PUPRK) untuk perizinan. Tidak tahu Bontang tidak bisa mengeluarkan,” urainya.
Dikutip dari laman Pertamina, penyaluran gas hasil regasifikasi LNG sebesar 8 BBTUD secara bertahap ke PLN Sambera dimulai pada pertengahan 2018. LNG tersebut akan dimanfaatkan untuk memenuhi pasokan pembangkit listrik dengan kapasitas 2 X 20 MW.
LNG yang dipasok tersebut berasal dari PT Badak, Bontang, diangkut melalui jalur darat menggunakan moda transportasi trucking yang dilengkapi ISO Tank berukuran 20 FT, dengan menempuh jarak 80 KM. Untuk mendukung proyek ini Pertamina sudah membangun enam unit fasilitas pengisian LNG (filling station) di Bontang selama 12 bulan sejak Agustus 2017. Adapun kapasitas filling station mencapai hingga 9 MMSCF/day. Metode suplai LNG dengan sistem ini merupakan salah satu terobosan untuk menjangkau di wilayah terpencil yang tidak terjangkau pipa.
Fasilitas dengan luas lahan 7665 m2 dibangun dan dioperasikan oleh PTGN dan PT Dharma Pratama Sejati (DPS) dalam bentuk Kerjasama Operasi sejak bulan Juni 2017 ini akan dimanfaatkan sebagai infrastruktur untuk mendukung kebutuhan energi PLN Sambera. Diharapkan dengan mulai beroperasinya fasilitas ini, dapat memperkuat dan memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat Kaltim. Khususnya di Balikpapan, Samarinda, dan Kukar yang menjangkau 20.000 KK. (*/ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post