Satu Warga Tewas Tertimpa Pohon
TUTUYAN—Akibat hujan lebat yang mengguyur Boltim, dua desa yaitu Togid dan Motongkad terkena banjir pada Minggu sore hingga malam hari. Menurut Sangadi Desa Togid Adi Makalunsenge, banjir terjadi akibat tanggul penahan air sungai jebol. “Ada sekitar 25 meter tanggul yang jebol,” ujarnya.
Menurut Makalunsenge, dirinya bersama aparat setempat langsung berkoordinasi dengan dinas-dinas terkait untuk bantuan. “Senin pagi kita langsung membagikan bantuan dari Dinas Sosial. Ada 73 kepala keluarga yang terkena dampak banjir,” ungkap Makalusenge.
Makalunsenge mengaku, masyarakat yang terkena banjir mengharapkan agar adanya bantuan lainnya. “Kita akan berkoordinasi dengan BPBD, Dinkes, dan PU. Khusunya untuk segera membangun kembali tanggul yang jebol,” ujarnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sjukri Tawil mengungkapkan, terkait penanganan tanggul yang jebol akan berkoordinasi dengan bupati dan dinas terkait. “Tanggul tersebut dibangun oleh provinsi. Soalnya ini akhir tahun,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Julius Pelealu mengaku, telah berkoordinasi dengan anggota tim siaga. “Berdasarkan laporan, banjir juga menimpa Desa Motongkad. Laporannya ada sekitar 30 rumah yang terkena dampak banjir. Kita berkoordinasi untuk memantau apa saja yang menjadi kebutuhan masyarakat,” ujarnya
Di tempat lain, tak pernah terpikir dibenak Jamaludin Lahai, warga Desa Kayumoyondi, Kecamatan Tutuyan, Boltim, pada Minggu (25/12), akan menjadi hari terakhir dirinya melihat istri tercinta Hainah Mokoginta (53). Jamaludin bahkan tak pernah menyangka akan melihat dengan mata kepala sendiri, perempuan yang dinikahinya sejak tahun 1983, meninggal secara tragis akibat tertimpa pohon kelapa di samping rumahnya.
Lamaludin mengisahkan, sekembalinya dari kebun dirinya beristirahat didalam rumah sederhana yang berdinding papan. “Tak ada firasat akan terjadi sesuatu pada istri saya,” ujarnya saat duduk di lantai bersama keluarga.
Menurut Jamaludin, saat itu semua anaknya terkumpul. Padahal tidak ada acara keluarga atau agenda lainnya. “Anak pertama, saya yang tinggal di Tompaso datang bersama anak mantu. Tak biasa semua anak terkumpul,” ujarnya.
Jamaludin mengisahkan, setelah hujan lebat berhenti, dirinya kemudian beraktivitas seperti biasa di dapur dan di belakang rumah karena berbecek dimasuki air. Selanjutnya, istrinya bersama suami anak pertama kemudian pergi untuk melihat keadaan kambing di samping rumah. “Saya sudah sempat melarang. Dan akhirnya anak mantu yang menemani,” ujarnya.
Saat kejadian naas tersebut terjadi, Jamaludin mengaku melihat langsung detik-detik istrinya tertimpa pohon kelapa. “Saya teriak awas, dia (almarhum) kelihatan bingung harus berbuat apa. Kejadian begitu cepat. Saya langsung berlari memeluk tubuhnya yang sudah penuh dengan darah dan masih ditindih batang pohon,” ucapnya, yang terlihat sangat trauma.
Beberapa tetangga yang mendengar teriakan Jamaludin kemudian berkumpul. Bermodalkan dua orang perempuan dan empat orang laki-laki. Mereka kemudian sekuat tenaga mengangkat batang kelapa. “Sebagian tubuhnya tertindih. Bahkan kakinya tertancap ke dalam tanah, serta kepala dan kakinya terluka parah,” ujar salah satu tetagga yang sempat menolong.
Jamaludin mengaku, sejumlah masyarakat datang membantu dan berusaha membawa tubuh istrinya ke puskesmas. Namun tak lama kemudian mereka kembali. “Sejak saya peluk, saya sudah tahu istri saya sudah tiada,” ujarnya.(jpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post