Saat pertama kali mendengar kata anak motor, biasanya hal pertama yang terpikir yaitu balapan liar dan perilaku agresif jalanan lainnya. Namun hal tersebut tak ditemukan pada Japstyle & Bratstyle Indonesia (JBI) Borneo Samarinda. Komunitas anak motor ini hadir dengan mengusung konsep yang ramah.
DEVI NILA SARI, Samarinda
Berawal dari kecintaan anak-anak motor yang suka memodifikasi si kuda besi, terbentuklah komunitas JBI Borneo Samarinda. JBI merupakan komunitas pecinta motor custom berskala nasional yang memiliki cabang dengan nama berbeda di berbagai daerah.
Untuk di Kaltim, komunitas ini terdiri dari JBI Lembuswana di Tenggarong, Oil City di Balikpapan, Kadal Gurun di Batu Kajang ada Kadal Gurun, Eternal Flame di Muara Badak, serta komunitas-komunitas lainnya.
Pada awalnya, komunitas motor yang berdiri tahun 2011 ini memiliki anggota 40-50 orang. Rupanya, pencinta motor custom di Samarinda relatif banyak. Maka dari itu mereka membentuk komunitas tersebut sebagai wadah untuk berbagi ilmu, silaturahmi, atau sekadar kumpul-kumpul bagi para pecinta motor custom.
Ketua RT JBI Borneo Samarinda saat ini, Ari Sasmoko Prihutomo menuturkan, dibentuknya komunitas ini untuk menuangkan kreativitas sebagai sesama pecinta motor. Sekaligus mengubah citra anak-anak motor yang negatif di mata masyarakat.
“Anak-anak motor itu kan citranya selalu negatif di mata masyarakat. Kalau kami tidak begitu. Jadi dengan adanya komunitas ini, tujuan kami jadi semakin terarah ke hal-hal yang lebih positif,” terang Ari saat ditemui Metro Samarinda, Jumat (25/5) lalu.
Kegiatan positif tersebut, urai dia, di antaranya banyak anggota yang tergabung dalam Bikers Subuhan. Dalam forum tersebut, anak-anak motor melakukan salat Subuh bersama yang lantas dilanjutkan jalan-jalan berkeliling Samarinda.
Untuk masalah motor, Ari menyebut rata-rrata anggota JBI Borneo Samarinda lebih condong ke aliran Japstyle. Japstyle sendiri merupakan kependekan dari Japanese Style. Aliran ini memiliki ciri khas alas duduk atau jok yang dibuat lebih tipis dengan tipe single seater dan jok lebih rendah dari tangki.
Selain itu, mereka menggunakan stang semi hanger yang terlihat lebi rendah dari stang motor biasanya. Lampu depan dan belakang juga dibuat lebih kecil. “Yang paling mencolok dari aliran ini adalah penggunaan ban motor yang besar dan lebar. Sehingga, lebih stabil saat digunakan touring keliling kota,” jelas Ari.
Untuk saat ini, anggota tetap JBI Borneo ada sekira 40 orang. Dari awal terbentuk, jumlahnya anggotanya masih tetap stabil. Walaupun ada beberapa anggota yang kurang aktif dalam kegiatan di komunitas. Karena rata-rata anggota JBI Samarinda sudah bekerja
Namun begitu, semangat anak-anak JBI Borneo Samarinda tak pernah surut. Di sela-sela kesibukan kerja, mereka selalu konsisten meluangkan waktu untuk sekadar duduk-duduk minum kopi atau yang biasa mereka sebut kopi darat (kopdar) setiap Rabu atau Minggu malam. “Mereka bisa ditemukan di kawasan Islamic Center atau Jalan M Yamin,” imbuh Ari.
Selain kopdar, anak-anak JBI Samarinda juga sering melakukan touring ke luar kota. Seperti ke Banjarmasin, Berau, Sangatta, Bontang, Tenggarong, Muara Badak, Balikpapan, Batu Kajang, Sidoarjo, bahkan sempat ke Bali. Touring berikutnya, JBI Samarinda berencana menjajal kawasan Hulu Mahakam.
Namun rupanya, untuk memiliki satu buah motor custom ternyata memerlukan dana yang tidak sedikit. Ari mengungkapkan, untuk memodifikasi sebuah motor, setidaknya perlu dana minimal Rp 5 juta. Itu belum dengan sepeda motornya. “Kalau saya bahkan menghabiskan dana Rp 40 juta untuk memodifikasi motor,” sambung dia. (***)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post