bontangpost.id – Aktivitas pertambangan di wilayah Muang Dalam, Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, seperti sudah sangat dikenal para sopir truk di Samarinda.
Penghasilan dari upah angkut dari lokasi pertambangan menuju stock rom terbilang sangat besar. Sehingga, tak heran jadi buruan sopir lepas untuk mengemudi kendaraan roda enam.
Harian ini melakukan penelusuran terhadap media pengangkut batu bara ilegal di RT 33, Muang Dalam, Kelurahan Lempake. Setidaknya ada lebih 65 truk yang kerap beroperasi lalu-lalang ketika kegiatan pertambangan aktif. Jarak tempuh terdekat sekitar 17 kilometer dengan upah perhitungan tiap ton.
“Per ton diupah Rp 55 ribu, diangkut dari pertambangan ke stock room terdekat,” ungkap salah satu pemilik truk yang enggan disebutkan namanya tersebut.
Jarak terjauh di wilayah Loa Bakung diberikan komisi lebih besar, sebelum solar naik nilainya Rp 80 ribu per ton. Sementara saat ini kisaran Rp 100 ribu. “Sehari kerja (hauling) bisa tujuh sampai delapan pengangkutan (bolak-balik), kalau kerja santai sampai selesai hauling. Tapi bila cuaca bagus, pukul 11.00 sudah mulai kerja. Itu selesai sampai pukul 04.00. Bisa 10 kali bolak-balik,” lanjutnya. Untuk kapasitas tiap kali angkut diklaim tergantung keberanian sopir.
Normalnya truk roda enam mampu mengangkut 8-9 ton sekali angkut batu bara. Namun, bila sopir lebih berani, bisa sampai kapasitas 11 ton. “Medan di Muang Dalam itu paling bagus, timbang wilayah lain. Jadi banyak yang berani, muat lebih. Kalau dibanding wilayah terdekat seperti Marangkayu atau Muara Badak, di Muang lebih mulus,” sambungnya.
Urusan pencairan pun paling mudah di Muang Dalam. Ketika perlu biaya segera, bisa langsung terima dana segar. Sebab, sang koordinator langsung dipegangi uang oleh penambang. Pria yang akrab disapa Gito pun dipercaya untuk menyalurkan pencairan ke para sopir truk. “Jumlah truk itu banyak, lebih dari 60 unit yang beroperasi kalau sudah jadwal hauling,” tegasnya.
Namun, jumlah mobil yang mengangkut batu bara masih dianggap kurang. Itu lantaran banyaknya kegiatan penggalian dengan kuantitas batu bara yang melimpah. Sehingga, perlu armada lebih banyak lagi demi mengimbangi perpindahannya. “Yang jadi masalah juga soal solar. Kadang baru kerja setengah hari, sudah sulit cari minyak,” bebernya.
Dia melanjutkan, sebenarnya untuk mengisi bahan bakar minyak (BBM), bisa beli di dalam tambang, tapi harganya mahal. Sebab, para pelaku illegal mining membeli solar seharga Rp 16 ribu. Berdasarkan penelusuran media ini, setidaknya ada tiga perusahaan minyak yang selalu menyuplai kegiatan pertambangan ilegal di Muang Dalam.
“Penambang kalau jual untuk kami, harganya sama seperti dia beli Rp 16 ribu. Tapi kadang ada yang rela menjual solar ke truk dengan harga agak miring. Biasanya Rp 10-11 ribu. Itu demi hasil tambang mereka agar cepat keluar. Jadi enggak apa-apa rugi Rp 5-6 ribu per liter asal lancar,” tutupnya. (dra/k16)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post