SANGATTA – Pemerintah Kabupaten Kutai Timur memang terus berupaya mencapai target pembangunan lima pasar per tahun, namun hingga saat ini tak ada pengelolaan limbah di seluruh pasar Kutim. Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kutim, Edward saat diwawancarai usai forum coffe morning di Kantor Bupati, Senin (5/3).
Dirinya mengungkapkan bahwa pengelolaan pasar sudah disepakati menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT), berdasarkan ketetapan Undang-Undang.
“Semua sistem pengelola pasar sekarang sudah menjadi UPT. Kami hanya melakukan semua sesuai dengan peraturan perundang-undangan,” ujarnya.
Lebih lanjut dia mengungkapkan kucuran dana dari Pemerintah Provinsi Kaltim, hingga saat ini tak ada perolehan sama sekali. Dengan dalih terlambat membuat program sehingga tak sempat mengajukan ke Pemprov.
“Dari provinsi kita belum mendapat dana. Hal tersebut karena keterlambatan mengajukan program. Sehingga lambat pula dikonfirmasi,” paparnya.
Sementara itu, Edward mengungkapkan bahwa dari keseluruhan pasar yang telah dibangun pada 2017 lalu. Pasar di kutim masuk pada 100 peringkat terbaik, yakni berada di Rantau Pulung dan akan diresmikan oleh presiden dalam waktu dekat.
“Kabar membahagiakan bagi warga Kutim, pasalnya dari ribuan pasar yang ada. Kutim menduduki peringkat 100 besar menjadi kategori pasar terbaik. Prestasi yang cukup membanggakan,” kata Edward.
Namun dirinya menyayangkan karena ada beberapa pasar yang seharusnya dibangun dengan anggaran Rp 14 miliar rupiah, namun hanya diberikan dana sekira Rp 5 lima miliar. Sehingga hal tersebut berimbas kepada pembangunan pasar yang dipaksakan. Dimana seharusnya yang dibangun adalah pasar tipe A, namun hanya dibuat tipe B. Hal tersebut dilakukan demi menyelamatkan program 5.000 pasar di Indonesia.
“Seharusnya memang membangun pasar tipe A. Tapi anggaran yang sedang kita alami tidak stabil seperti tahun sebelumnya. Defisit menjadi kendala pembangunan. Sehingga kita hanya dapat membangun pasar tipe B,” jelasnya.
Sementara itu saat dirinya ditanyai mengenai pengelolaan air dan limbah pasar, Edward mengungkapkan bahwa hal tersebut memang menjadi kendala, karna dengan anggaran terbatas tentunya hal tersebut tidak terpenuhi. Dia berharap perolehan dana hibah untuk menutupi keterbatasan tersebut. Dirinya juga tak menyangkal kalau semua pasar di Kutim tak memiliki pengelolaan limbah dan air.
“Hampir semua pasar kita belum ada pengelolaan limbahnya. Hal tersebut menjadi tuntutan yang harus diperhatikan. Kami akan mengupayakan agar seluruh pasar di Kutim dapat mengelola limbah dengan baik” tutupnya. (*/la)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: