Air merupakan hajat hidup orang banyak. Tanpa air, hanya dalam waktu 3-5 hari manusia tidak akan bertahan. Saking mendasarnya kebutuhan pokok ini, membuat Suramin rela menghabiskan sebagian besar hidupnya, memastikan air dapat sampai ke rumah-rumah masyarakat.
Muhammad Zulfikar Akbar, Bontang
TAK terbersit dalam pikiran Suramin untuk bekerja di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Taman Bontang, bahkan kini menjadi direktur usai menjalani rangkaian assessment yang diadakan pemerintah. Pria kelahiran Semarang ini justru sangat berambisi ingin menjadi salah satu pasukan TNI atau ABRI pada masa 1988. Berbagai persiapan untuk menjalani tes menjadi tentara pun dilakukan olehnya. “Saya sudah persiapkan fisik, mulai lari, olahraga, dan lain-lain,” ujar Suramin.
Namun berbagai persiapan itupun gagal. Ingin mencoba peruntungan lain masuk ke ABRI dari jalur lain, Suramin pun hijrah ke Tarakan. Di sana, dirinya kembali menjalani rangkaian tes masuk menjadi tentara. Sayang, saat itu yang terbuka adalah lowongan menjadi calon tantama (catam). Suramin pun mengurungkan niatnya, dan mencoba melamar pekerjaan ke Provinsi. “Akhirnya saya diterima di Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi di bagian perencanaan teknik,” katanya.
Bergabungnya Suramin di Dinas PU Provinsi mulai mengubah kehidupannya. Sarjana Teknik ini kemudian bertugas untuk meningkatkan sarana air bersih di daerah-daerah. Tak jarang dia berkeliling ke berbagai daerah untuk memastikan air bersih mengalir ke masyarakat di daerah tersebut. Suatu saat, dirinya pun ditugaskan untuk melihat dan merintis PDAM di Bontang pada 1989-1990-an. “Waktu itu saya masih sendiri, dibantu dengan satu satpam. Jadi saya merangkap operator, pimpinan dan lain-lain,” ungkap Suramin.
Pada masa merintis itu, PDAM baru mempunyai satu sumur berkapasitas sekitar 25 liter perdetik. Sekitar 900 rumah pun menjadi target sambungan pada awal-awal PDAM berdiri. Namun pada 1993, pengelolaan PDAM diambil alih oleh Kabupaten Kutai. PDAM Bontang pun berstatus sebagai cabang dari PDAM Kabupaten Kutai. “Karena jadi cabang, karyawan pun bertambah tiga orang. Saya pun ditunjuk menjadi Plh kepala cabang di Bontang,” jelas bapak tiga anak ini.
Karir Suramin pun semakin menanjak. Dia pernah merasakan sebagai pelaksana, kepala sub seksi, kepala seksi, distribusi, produksi, teknik, hingga menjadi manajer pemasaran semua pernah dilakoninya. Dari yang semula belum ada pelanggan, hingga kini tumbuh lebih dari 20 ribu pelanggan dengan 500 lebih kilometer sambungan pipa. Bagi Suramin, air adalah sebuah keberkahan. Berkah ini harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. “Ini yang membuat saya mau mengabdi di PDAM,” kata pria yang akan berusia kepala lima tahun ini.
Berbagai pengalaman suka dan duka juga dirasakan Suramin selama bekerja di PDAM. Yang terunik, menurutnya saat atasannya dari provinsi datang meninjau progres PDAM yang dirintisnya ke Bontang. Agar persiapan berjalan lancar, Suramin pun turun ke sumur bantuan dari PT Badak NGL untuk mengecek persiapan. Rupanya, peninjau dari provinsi tersebut pun langsung menuju ke hotel, sedangkan Suramin sendirian berada di sumur air tersebut. Dalam suasana bulan Ramadan, dan jalan antara lokasinya dengan hotel yang sangat jauh dan belum semulus saat ini, membuat Suramin akhirnya menunggu di sumur tersebut.
Saat waktu berbuka puasa pun, Suramin terpaksa meminum air kran untuk mengganjal rasa laparnya. Pun dirinya sampai memeluk pipa agar rasa lapar tidak terasa. Baru pada malam harinya, Suramin pun dijemput dan bisa merasakan makan malam. “Itu sekitar 1990-an, awal-awal masih merintins,” ungkap Suramin.
Dari berbagai suka dan duka yang dialaminya, justru menjadikan Suramin semakin dewasa dan profesional dalam bekerja. Puluhan tahun mengabdi di PDAM Bontang, saat adanya pengumuman assessment menjadi direktur PDAM, Suramin juga tidak terlalu ngoyo. Keikutsertaannya dalam assessment tersebut, murni untuk menguji ilmu dan pengalamannya selama berada di PDAM Bontang. Dirinya justru mendorong rekan-rekannya yang lain sesama di PDAM untuk turut mendaftar. “Saya juga ikut ambilkan formulir untuk karyawan PDAM yang juga ingin ikut assessment tersebut,” jelasnya.
Namun, Suramin ternyata melewati jalan tersebut dengan mulus. Melalui serangkaian tes yang melelahkan, dirinya dinyatakan laik dan ditunjuk sebagai direktur PDAM oleh wali kota. Berbagai program dan tantangan sudah menanti di masa kepemimpinannya. “Fokus kami saat ini yakni meningkatkan kualitas dan pelayanan air kepada masyarakat,” ujar Suramin.
Keluarga Suramin pun nyaris tak pernah protes dengan pekerjaannya ini. Mereka pun paham, pekerjaan dan keilmuannya diperlukan oleh masyarakat. “Sebab air itu jadi kebutuhan mendasar. Saya harus fokus bekerja agar masyarakat seluruhnya dapat menikmati air,” katanya.
Menjadi direktur, dirinya pun tetap sama seperti dulu. Berpenampilan sederhana dan rendah hati menjadi ciri khasnya yang tampak terlihat. Tak jarang dirinya pun masih sering turun tangan langsung ke lapangan, memastikan air mengalir ke rumah warga. Dirinya pun menunjukkan kepada karyawannya yang lain, bahwa orang PDAM sendiri pun laik menjadi pimpinan. “Ini agar menjadi motivasi kepada karyawan yang lain, untuk terus bekerja sepenuh hati dan tulus bekerja untuk masyarakat,” pungkas Suramin. (bersambung)
Biodata Diri
Nama: Suramin
TTL: Semarang, 24 Juni 1967
Alamat: Jalan Sutan Syahrir RT 04 No. 33 Tj. Laut Indah
Istri: Heriyati
Anak:Ayu Desedtia, Kalis Diah Lestari, Muhammad Zaky Nugraha
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post