Kisah Inspiratif Warga Bontang: Hassan (135)
Siapa yang sangka bermula dari hobi mendengarkan siaran radio saat di bangku sekolah, kini dia menjadi satu-satunya penyiar senior di Kota Taman. Lebih dari 33 tahun menjadi penyiar, jadi bukti konsistensi Hassan bergelut di dunia penyiaran.
Muhammad Zulfikar Akbar, Bontang
ENTAH apa yang membawa Hassan jatuh cinta pada radio. Selain bisa berimajinasi siapakah gerangan yang membawakan siaran radio, suara para penyiarnya yang enak di dengar serta kebiasaan menyapa para pendengar jadi alasan pasti mengapa pria berusia 50 tahun ini akhirnya memutuskan menjadi penyiar.
Hobi mendengarkan radio ini pun sudah tumbuh sejak dirinya duduk di bangku SMP. “Kalau sekolah sampai saya bawa radionya ke dalam kelas, sampai di tegur oleh guru,” ujar Hassan.
Penasaran bagaimana rasanya menjadi seorang penyiar, Hassan pun nekat mencoba siaran di radio amatir atau radio gelap. Pada saat itu, radio amatir merupakan radio yang tak punya izin dari pemerintah.
Pun dengan urusan frekuensi, radio amatir tidak menggunakan frekuensi frequency modulation (FM), melainkan frekuensi amplitude modulation (AM). Ternyata, pengalaman pertama Hassan melakukan siaran dinilainya tak semudah seperti yang dibayangkan. “Baru di depan mic, semua serasa blank, bingung mau ngomong apa, bahkan sampai gemetaran. Padahal tidak ada yang lihat,” kenangnya.
Untuk mengatasi ketegangan, Hassan akhirnya membuat teks terlebih dahulu sebelum dibacakan saat siaran. Selain itu, berbagai tulisan di koran juga menjadi bahan bacaan Hassan dalam berlatih menjadi penyiar.
Lama kelamaan, latihan Hassan mulai membuahkan hasil. Dirinya pun mulai fasih dalam membawakan siaran, bahkan tanpa teks sekalipun. “Sejak itu akhirnya makin ketagihan menjadi penyiar, bahkan jadi punya fans dimana-mana, he he,” katanya sambil terkekeh.
Sekira setahun di radio amatir, Hassan mulai mengikuti kursus elektronik persis saat dirinya lulus SMP. Kegemarannya di bidang elektronik membawa dirinya dan beberapa rekan SMA-nya merakit pemancar radio sendiri yang dapat didengar hingga jarak satu kilometer.
Penyiar dan pendengarnya pun didominasi teman-teman sebayanya di SMA. Berbekal kupon permintaan lagu yang sudah dibagikan sebelumnya, Hassan mulai membawakan siaran yang berisikan kiriman salam dan lagu-lagu yang sudah ditulis sebelumnya di kupon tersebut. “Dulu kan belum ada telepon atau ponsel seperti sekarang. Jadi kalau mau minta lagu harus kirim surat atau beli kupon permintaan lagu,” jelas Hassan.
Berbekal pengalaman siarannya di radio amatir, Hassan pun mencoba peruntungan dengan bersiaran di radio komersil yang jadwal siarannya terprogram. Salah satu stasiun radio swasta tertua di Samarinda, PT Radio Gembira Raya Jaya jadi pilihannya.
Selama tiga bulan pertama bersiaran, tak disangka Hassan langsung diangkat menjadi kepala program siaran saat 1985. “Kalau sekarang namanya MD (Music Director),” kata pria kelahiran Samarinda, 10 Agustus 1966 silam ini.
Honor yang didapat kala itu pun lumayan bagi Hassan. Sekitar RP 200 perjam, dan digaji setiap seminggu sekali. Bahkan, dalam seminggu dirinya kerap menerima gaji hingga Rp 25 ribu karena sering menggantikan penyiar yang tidak datang. “Waktu itu uang segitu lumayan, sudah bisa traktir teman,” ungkapnya.
Usai mendapatkan pengalaman sebagai penyiar di Samarinda, Hassan memutuskan untuk pindah ke Bontang pada 1988. Dirinya pun bergabung dengan Radio Inter City, radio yang didirikan oleh karyawan Pupuk Kaltim sejak 1983 silam. Radio ini pun, menurut Hassan merupakan radio pertama di Kaltim yang bersiaran menggunakan frekuensi FM. “Waktu itu penyiarnya masih karyawan Pupuk Kaltim sebelum saya bergabung di Inter City,” ucap Hassan.
Belum adanya gedung atau ruangan yang representatif kala Hassan bergabung di Inter City, membuat dirinya harus melakukan siaran di dalam kontainer berukuran sekitar 4×8 meter. Hal tersebut berlangsung lama hingga akhirnya Inter City memiliki ruang sendiri di Gor Pupuk Kaltim. Pada 1 Juni 1996, radio Inter City pun bertransformasi menjadi PT Radio Suara Khatulistiwa atau eSKa FM hingga saat ini. “Aturan dari pemerintahan tidak boleh menggunakan nama berbau asing, jadi harus ganti nama,” ungkapnya.
Selama 33 tahun bekerja di radio, Hassan memiliki banyak kenangan dan pengalaman selama bersiaran. Salah satu yang paling berkesan, menurutnya saat menjadi reporter siaran langsung pertandingan bola yang meliput klub PS PKT (sekarang Bontang FC) saat masih menjadi tim sepakbola yang tangguh. Tak hanya di Bontang, Hassan bahkan berkeliling siaran di Balikpapan dan Samarinda mengikuti PS PKT, bahkan suaranya pernah di relay stasiun RRI Semarang dan RRI Manado.
Selain itu, dirinya pun pernah melakukan siaran bersama promotor dan komentator tinju, Samsul Anwar Harahap serta siaran langsung kejuaraan voli putri junior bersama almarhum Sambas, reporter dari TVRI Nasional. ”Ada kepuasan batin menjadi penyiar radio,” katanya.
Dukungan keluarga pun mengalir pada diri Hassan. Bahkan, dia menemukan perempuan yang akhirnya menjadi istrinya saat ini saat berada di eSKa FM, ketika seleksi mencari penyiar.
Selain menemukan belahan jiwanya, satu adik kandungnya juga mengikuti jejak kakaknya menjadi penyiar. “Kalau keluarga jelas mendukung, apalagi sama-sama penyiarnya, ha ha,” ujarnya sambil tertawa kecil.
Bagi Hassan, pekerjaan yang dilakukan dengan ikhlas akan bernilai ibadah. Dirinya merasa, masih banyak orang yang memandang sebelah mata profesinya sebagai penyiar, terutama dinilai dari sisi gaji. Namun bagi Hassan, profesinya sebagai penyiar dapat membuka jalan lain untuk merambah di dunia hiburan lain, seperti menjadi pembawa acara, presenter tv, event organizer, dan lain-lain.
“Apapun profesinya, yang penting itu membuat kita senang, dan yang lebih penting lagi juga bisa mencukupi kebutuhan keluarga,” pesan Hassan yang juga Koordinator daerah Kaltim Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) ini. (bersambung)
Nama: Hassan
Nama Udara: Hassan Elyani Pura
TTL: Samarinda, 10 Agustus 1966
Istri: Irma Rahmiati
Anak: Saira Nadya Hassan
Pendidikan: SD Negeri 014 Samarinda, SMEP Samarinda, SMEA Negeri 2 Samarinda
Pekerjaan: Penyiar dan Teknisi Pemancar Radio eSKa FM.
Teknisi di Prowarna Elektronik (milik sendiri).
Event Organizer.
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: