Kamis (22/12) kemarin menjadi hari yang spesial bagi kaum ibu di Indonesia termasuk di Kota Taman. Karena pada hari yang diperingati hari ibu tersebut, para ibu mendapatkan ucapan dan penghargaan dari anak-anak mereka. Termasuk ibu-ibu luar biasa yang telah melampaui kodrat mereka demi membantu kehidupan keluarga berikut ini.
LUKMAN MAULANA, Bontang
Sudah sejak pukul 04.30 Wita Aryati bangun dari tempat tidurnya. Selepas menunaikan kewajiban salat Subuh, ibu dua putra ini segera bergegas melakoni aktivitasnya berangkat ke pasar Rawa Indah guna membeli sayur-mayur dan kebutuhan pokok sehari-hari yang akan dijual kembali di kios kecilnya di tepi Jalan HM Ardans.
“Setiap pagi saya naik sepeda motor ke pasar bawa keranjang. Setelah berbelanja, saya tata dagangan saya di kios saya yang saya buka sekira pukul 06.30 Wita sampai sore. Saya pulang waktu Asar, setelah itu dilanjutkan suami saya sampai menjelang Magrib,” urai Aryati kepada Bontang Post.
Keinginan kuat membantu sang suami membuat perempuan 45 tahun itu tak mengindahkan rasa lelah yang merambati tubuhnya. Slamet sang suami sebelumnya bekerja di sebuah toko mebel. Namun sudah enam tahun ini Slamet berhenti bekerja setelah upahnya bekerja dibawa lari temannya. Dengan usia tua dan kondisi kesehatan yang menurun, sang suami kini berdagang bensin eceran yang juga dipajang di kiosnya itu.
“Karena itu saya ingin membantu suami khususnya untuk bisa menyekolahkan anak-anak. Sebenarnya saya berdagang sudah sepuluh tahun, tapi baru enam tahun kemarin itu saya buka kios di sini. Itupun numpang di tanah orang,” kenangnya.
Di hari ibu kemarin, Aryati mendapat ucapan selamat dari anak bungsunya, Nur Rokhim (12). Hal ini membuatnya kaget dan baru menyadari bahwa Kamis kemarin bertepatan dengan peringatan hari Ibu.
“Jadi sepulang sekolah anak saya mengucapkan selamat hari ibu. Saya tanya sekarang tanggal berapa? Oh, rupanya tanggal 22. Saya lupa, saya lalu dengar di radio kalau hari ini (kemarin, Red.) adalah hari ibu,” terang warga RT 4 Tanjung Laut ini.
Meski senang, namun Aryati menganggap tidak ada yang istimewa di hari ibu. Karena menurutnya hari ibu sama saja dengan hari-hari biasanya. Makanya tidak ada perayaan khusus yang dilakukan di keluarganya. “Mestinya hari ibu itu para ibu tidur istirahat di rumah ya? Tapi kalau saya ya begini tetap jualan. Libur saya saat hari raya Idulfitri dan Iduladha saja,” jelas Aryati.
Sebagai seorang ibu yang bekerja mencari nafkah untuk keluarganya, Aryati tidak memiliki harapan khusus di hari ibu. Dia hanya berdoa agar selalu diberi kesehatan agar bisa tetap berusaha membesarkan anak-anaknya.
Pun begitu dengan yang dirasakan Suryani, pekerja harian lepas di pasukan kuning Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Bontang. Perempuan yang sehari-harinya merawat taman kota di median jalan sepanjang jalan MT Haryono ini tidak tahu bila kemarin adalah hari ibu. “Saya tidak tahu apa artinya hari ibu itu. Maklum saya SD saja tidak lulus. Coba nanti saya tanyakan ke anak saya,” kata Suryani.
Meski tidak tahu makna hari ibu, Suryani menyebut di setiap tahun anak sulungnya, Paskal Saputra (17) selalu memberikan ucapan selamat hari ibu kepadanya. Bukan hanya ucapan, remaja yang duduk di kelas 3 SMP Bahrul Ulum tersebut juga menghadiahkan ciuman kepadanya.
Mendapat perlakuan seperti itu membuat Suryani menjadi terharu lantas menitikkan air mata. “Cuma hari ini (kemarin, Red.) belum ya, karena memang seharian ini belum bertemu,” jelasnya.
Dikisahkan Suryani, dirinya sudah bekerja sebagai petugas pasukan kuning selama delapan tahun. Berbekal gunting besar, pekerjaan perawatan kebun seperti memangkas rumput dan dedaunan pun sudah menjadi ‘makanan’ sehari-hari. Dengan jam kerja pagi hari mulai pukul 07.00 Wita hingga pukul 11.00 Wita, dan siang hari mulai pukul 13.00 Wita sampai pukul 17.00 Wita.
“Makanya sejak Subuh saya sudah bangun, mempersiapkan kebutuhan anak-anak saya sebelum saya berangkat kerja,” ungkap perempuan kelahiran Santan, Kutai Kartanegara 43 tahun lalu ini.
Pekerjaan yang biasanya dilakukan kaum Adam ini terpaksa dilakukan Suryani demi membantu sang suami mencari nafkah bagi keluarganya. Pendapatan sang suami yang sehari-hari bekerja sebagai buruh bangunan kurang mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Apalagi di awal tahun ini Suryani baru saja melahirkan anak keduanya.
“Kalau dibilang capek ya capek sih. Tapi demi keluarga saya mesti melakukan ini. Saya hanya ingin bisa menyekolahkan anak-anak saya, ingin mereka bisa jadi orang sukses,” tandas warga Tanjung Limau RT 1 Gunung Elai ini. (***)
sumber: http://bontang.prokal.co/read/news/9295-hari-ibu-dimata-mereka-tak-anggap-hari-istimewa-terharu-saat-dicium-anak/