BONTANG – Kabar bahagia diterima pegawai Rumah Sakit Islam Bontang (RSIB). Sebanyak 55 pegawai yang menjalani rapid test, hasilnya negatif. Tes cepat dilakukan hari ini, 26 April 2020.
Namun di sisi lain, terdapat penambahan jumlah petugas di fasilitas kesehatan yang reaktif Covid-19. Per hari ini mencapai 35 orang. 32 di antaranya dikarantina di Hotel Grand Mutiara.
Diketahui, rapid test tidak diarahkan untuk menegakkan diagnosis. Namun bertujuan mendeteksi antibodi dalam tubuh, sementara itu antibodi dalam tubuh baru terbentuk 6-7 hari. Jadi, jika infeksi Covid-19 pada tubuh seseorang belum 6 atau 7 hari maka hasilnya akan negatif dan perlu diulang.
“Jika hasilnya negatif dan tanpa keluhan, orang tersebut tetap menjalankan protokol kesehatan dengan menjaga jarak, menggunakan masker dan PHBS. Jika hasil tesnya negatif namun kemudian mengalami gejala, maka ia akan disarankan untuk akses pelayanan kesehatan dan mendapatkan perlakukan sesuai kondisi,” kata Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni.
Jika hasil rapid tes Covid-19 positif maka ini adalah petunjuk awal. Tuntunan bagi petugas untuk melakukan pemeriksaan metode swab atau Polymerase Chain Reaction (PCR) dan menjadi dasar menegakan diagnosis atau konfirmasi kasus Covid-19.
“Diagnosis hanya bisa ditegakkan dengan menggunakan metode PCR. Kota Bontang mengirim spesimen ke Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya, Jawa Timur. Dengan demikian terbitnya hasil rapid tes positif tidak mengubah serta merta status seseorang dari OTG menjadi konfirm positif,” terangnya.
Mengingat metode tes adalah mendeteksi antibodi dalam tubuh, ada istilah positif palsu (false positive) dan negatif palsu (false negative). Positif palsu artinya hasil tes positif namun tidak tepat menunjukkan adanya infeksi virus corona, kemungkinan ada infeksi virus lain.
Sementara negatif palsu, hasil tes tidak menunjukkan adanya reaksi antibodi, padahal virus sudah masuk dalam tubuh. Hal ini bisa terjadi karena antibodi baru muncul setelah 6-7 hari setelah terjadinya infeksi virus. “False positive dan false negative patut dipertimbangkan untuk deteksi antibodi karena validitasnya (sensitivitas dan spesifitas diagnostik yang bervariasi) sehingga menyulitkan interpretasi,” pungkasnya.
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post