SAMARINDA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Samarinda menyatakan pada Selasa (15/5) kemarin belum menemukan hilal. Hal itu berdasarkan titik koordinat pemantauan di Masjid Islamic Center Kaltim.
Kepala BMKG Samarinda, Sutrisno menuturkan, setelah matahari terbenam kemarin, tinggi hilal berada di angka minus satu derajat, enam menit, dan 55 detik. Artinya hilal berada lima derajat di sebelah selatan matahari. Sedangkan matahari terbenam pada pukul 18.12 Wita.
“Hilal mendahului terbenamnya matahari, karena masih minus. Jadi di Samarinda tidak akan muncul hari ini (kemarin, Red.),” ungkap Sutrisno di hadapan awak media.
Dia menyebut, pada Rabu (16/5) ketika matahari terbenam, tinggi hilal berada di angka sebelas derajat, 18 menit, dan 22 detik. Posisi hilal lebih kurang dua derajat di sebelah selatan matahari.
“Ini terdapat bintang Aldebaran dengan posisi kurang dari lima derajat. Jadi sangat dekat dengan posisi hilal. Karena jangan-jangan bukan hilal yang dilihat tetapi bintang. Ini yang harus diperhatikan. Tetapi insyaallah besok (hari ini, Red.) hilal sudah bisa dilihat di Samarinda. Itu kalau dilakukan rukyat,” ucapnya.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Samarinda, Zaini Naim menuturkan, pihaknya sudah mengeluarkan fatwa bahwa penetapan awal Ramadan ditentukan pemerintah. Karena itu, penentuan awal puasa ditentukan Kementerian Agama (Kemenag) melalui sidang isbat.
“Kenapa melalui sidang isbat? Karena penentuan awal Ramadan itu terjadi perbedaan pendapat antara hisab dan rukyat. Maka sesuai dengan kaidah ushul fiqh, al-ijtihat laa yunqodu bil ijtihat. Artinya pendapat satu tidak boleh mengalahkan pendapat lainnya. Harus saling menghormati pendapat,” ujarnya.
Atas dasar itu, dia berpendapat, perbedaan pendapat terkait penentuan awal Ramadan tersebut menjadi dasar bagi umat Islam. Karena keputusan pemerintah dapat menyelesaikan perbedaan pendapat.
“Maka tunggu saja keputusan dari pemerintah. Sebelum Isya sudah ada keputusan pemerintah,” ujarnya.
Jika merujuk pada kalender hijriah, lanjut dia, Rabu (16/5) ini masih tercatat tanggal 30 Syakban. Sedangkan tahun Islam tersebut disimpulkan hanya maksimal 30 hari. Tidak ada penanggalan sampai 31 hari sebagaimana kalender masehi.
“Jadi tidak mungkin lagi 1 Ramadan itu hari Jumat. Paling maksimal hari Kamis. Tetapi itu hanya pendapat saya saja. Tunggu saja malam ini (kemarin, Red.). Tidak perlu tergesa-gesa dan jangan saling menyalahkan,” imbuhnya.
Adapun hasil sidang isbat yang dilakukan Kemenag RI di Jakarta menetapkan 1 Ramadan 1439 H jatuh pada Kamis (17/5) besok. Pasalnya hilal tak tampak pada titik-titik pemantauan. Seperti prediksi sebelumnya, tidak ada perbedaan dalam penetapan 1 Ramadan 1439 H/2018 M. Artinya nanti malam (16/5) sudah mulai pelaksanaan salat tarawih.
Hasil keputusan sidang isbat itu disampaikan langsung oleh Menag Lukman Hakim Saifuddin. Dia didampingi Dirjen Bimas Islam Muhammadiyah Amin, Ketua Komisi VIII DPR Ali Taher Parasong, dan Ketua Majalis Ulama Indonesia (MUI) Abdullah Jaidi. “Sampai sidang isbat selesai, menerima laporan dari 32 titik yang melakukan Rukyatul hilal. Tidak ada satupun yang berhasil melihat hilal,” katanya.
Dengan demikian diputuskan bahwa jumlah hari di bulan Syaban digenapkan atau disempurnakan menjadi 30 hari. Sehingga 1 Ramadan jatuh pada 17 Mei. Lukman bersyukur tahun ini awal puasa serempak. Dia memaknainya sebagai berkah dan anugrah.
Pada kesempatan yang sama Lukman juga menjelaskan terkait rencana dibuat kalender Islam yang tunggal. Dengan adanya kalender tunggal ini, penetapan awal puasa, lebaran, dan idul adha bisa serempak dan dipastikan sejak awal. “Kami di Kemenag sejak tahun lalu serius terkait aspirasi umat (kalender Islam tunggal, Red). Mudah-mudahan tahun ini bisa terwujud,” jelasnya.
Lukman mengatakan pembahasan kalender Islam tunggal itu dikaji di Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais-Binsyar). Untuk mewujudkannya Kemenag sudah berdiskusi dengan ormas Islam, ulama, serta ahli astronomi dan falak.
Ali Taher mengatakan kalender tunggal itu sangat penting. Sebab bisa membuat penetapan tanggal-tanggal penting dan terkait ibadah serentak. Selain itu juga lebih efektif serta efisien. Dia mengatakan parlemen mendukung dan menunggu segera ditetapkannya kalender Islam tunggal itu.
Sementara itu Abdullah Jaidi menyampaikan MUI bersyukur bahwa seluruh ormas Islam menetapkan 1 Ramadan secara kompak 17 Mei. Kepada umat Islam yang menyongsong bulan puasa bisa mewujudkan rasa amanah dan menebar rasa kasih sayang. “Meningkatkan hubungan sebagai bangsa Indonesia dan sebagai muslim yang rahmatan lil Alamin,” tuturnya.
Dia juga menyampaikan di bulan puasa nanti, MUI akan melakukan monitoring tayangan di televisi. Dia berharap kepada pengelola televisi supaya menyiarkan tayangan yang menghormati orang beribadah puasa. “Tayangan yang sejuk, membawa kemaslahatan, kasih sayang, dan mewujudkan kehidupan penuh rahmah,” pungkasnya.
Di akhir paparan Lukman menyampaikan atas nama pemerintah, dia mengucapkan selamat memasuki bulan suci Ramadan 1439 H. “Mudah-mudahan kualitas puasa tahun ini meningkat,” tuturnya. Termasuk juga ibadah sosialnya. Sehingga lebih memberikan manfaat bagi lingkungan masing-masing. (wan) (*/um)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post