Pandemi covid-19 berdampak di semua lini kehidupan. Tak hanya mengubah kebiasaan dalam bekerja dan beraktivitas sehari-hari, pandemi ini turut meruntuhkan sendi ekonomi rakyat kecil.
SEBELUM pandemi ini menyerang, Wiliam Oscar adalah seorang pedagang mainan. Sehari-hari, ia menjajakan dagangannya di Taman Adipura ataupun di sekolah-sekolah. Namun, imbas ditutupnya aktivitas pendidikan dan tempat umum, Oscar kehilangan mata pencahariannya. Dagangannya tak laku lagi. Dapurnya pun nyaris tak mengepul.
“Sempat tiga hari saya makan nasi sama garam saja, kalau tidak percaya ada saksinya itu,” ujarnya lirih.
Warga RT 13 Kelurahan Bontang Kuala ini mengaku, sempat sepuluh hari lamanya dagangan mainannya tak ada pembeli. Akibat tak ada pemasukan, beberapa perabotan dan ponsel yang biasa digunakan berjualan daring terpaksa dijualnya. Hal itu dilakukan untuk menghidupi istri dan empat anaknya.
Namun doanya agar tetap bisa menafkahi keluarga rupanya dijawab Tuhan. Di saat ekonominya sedang terpuruk, temannya pun datang menawarkan untuk menjual masker. Ia pun diberikan ponsel agar bisa kembali berjualan daring. Perlahan, dapurnya mulai mengepul kembali.
Berbekal sepeda motor bututnya, ia berkeliling menjual berbagai alat pelindung mulut dan hidung ini. Hingga akhirnya banyak warga yang berjualan masker di pinggir jalan, pria berewok ini memutuskan berdagang di pelataran Jalan Ahmad Yani. Tepatnya di depan tempat karaoke keluarga. Harga yang dipatok bervariasi, mulai berkisar Rp 10 ribu hinggal Rp 15 ribu.
Keuntungan dari profesi yang dia tekuni saat ini, kata Oscar berbeda dari yang didapatkan saat masih berjualan mainan. Saat menjual mainan, dia bisa memperoleh keuntungan Rp 10-15 ribu per mainan yang langsung masuk ke kantongnya. Mengingat dalam berjualan masker ini hanya sebagai orang kedua atau anak buah, keuntungan dia sebesar Rp 3-4 ribu per lembar masker yang terjual. Sementara itu, dalam sehari masker yang bisa laku terjual paling banyak 25 lembar dan paling rendah 12 lembar.
“Beda mas penghasilannya jualan mainan sama ini (jual masker), kalau ini saya cuman jualin dagangannya orang,” akunya.
Meski begitu, dia juga mengapresiasi berbagai kelompok masyarakat yang memperhatikan dia dan teman-teman pedagang pinggir jalan ini dengan memberikan paket sembako. Sehingga dapat mengurangi bebannya untuk membeli bahan pokok selama beberapa hari.
“Untung saja masih banyak yang mau memperhatikan kami ini, seperti anak-anak motor dan yang lain. Kalau yang dari pemerintah saya sudah didata sama Pak RT, cuman karena saya ngekos di Salebba tapi KTP saya di Berbas. Saya harus pindah ngurus kesana,” ujarnya.
Bukan hanya dia saja yang berpindah haluan menjadi penjual masker untuk mengais rezeki. Ada juga beberapa pedagang masker di pinggir jalan yang bernasib sama seperti dia.
“Penjual masker ini bosnya cuman dua,” tukasnya. (Zaenul)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post