Kisah Inspiratif Warga Bontang: Tyas Idealistyana-Nindya Elya Pranedya (127)
Seorang laki-laki menjadi pilot mungkin hal biasa. Namun, perempuan yang menjadi pilot adalah hal yang menakjubkan. Bontang ternyata juga mempunyai pilot perempuan. Tak hanya satu, namun dua orang. Uniknya, mereka berdua adalah kakak beradik saudara kandung.
Muhammad Zulfikar Akbar, Bontang
TAK pernah terbersit dalam bayangan Susilo Kasno maupun Retno Sulistyani, orangtua dari Tyas Idealistyana dan Nindya Elya Pranedya. Dua dara asal Kota Taman itu kini menjadi pilot salah satu maskapai nasional. Melalui kedua orangtuanya, Tyas dan Nindya mau bercerita kepada Bontang Post.
Ayah mereka, Susilo Kasno mengungkap jika sebenarnya sejak dulu menginginkan punya anak yang menjadi pilot. Itu pun karena Susilo, saat masih bekerja di Badak LNG bekerja di bagian Air Traffic Control (ATC) Bandara Badak LNG kurang lebih sepuluh tahun. “Mungkin karena bawaan saya kerja di bandara, jadi ingin salah satu anak jadi pilot,” ungkap Susilo.
Namun, penantian untuk mendapatkan anak yang ingin menjadi pilot pun tak mudah. Anak pertamanya, Tyas sejak kecil tidak berminat dengan dunia penerbangan. Pun Susilo sebenarnya juga mengarahkan adik Tyas yang laki-laki, Aji Soeryo Poetro untuk menjadi pilot. Namun, ternyata yang lebih berminat untuk menjadi pilot adalah anak ketiganya, Nindya. “Waktu saya kerja dulu dia pernah minta dibuatkan kode bahasa penerbangan antara ATC dan pilot. Beberapa kali bahkan Nindya minta ikut kalau saja kerja,” ujarnya.
Meskipun sejak kecil sudah menunjukkan tanda-tanda ketertarikan terhadap dunia penerbangan, namun saat SMA dirinya sempat ingin menjadi psikolog. Susilo pun masih terus memberikan brosur-brosur seputar sekolah penerbangan. Ternyata, Nindya pun akhirnya tertarik dan melanjutkan studinya di sekolah penerbangan di Filipina usai lulus dari SMA. “Sekitar 16 bulan dia sekolah disana,” kata pensiunan Badak LNG ini.
Saat Nindya baru beberapa bulan pergi belajar menjadi pilot, tak disangka anak pertama Susilo, Tyas ikut tertarik. Padahal, Tyas sudah menyelesaikan studinya sebagai dokter umum di Universitas Trisakti dan sempat bekerja di rumah sakit. Akhirnya, Tyas pun menyelesaikan praktiknya sebagai dokter di rumah sakit dan menyusul adiknya di Filipina untuk sekolah penerbangan. “Mungkin terinspirasi dari adiknya,” ucap Susilo.
Setelah 16 bulan sekolah, baik Nindya maupun Tyas akhirnya sudah menyelesaikan sekolahnya. Meski sudah mendapatkan sertifikat penerbang, namun ternyata harus diakui dulu oleh Indonesia melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Prosesnya pun memakan waktu hingga enam bulan. Setelah resmi diakui oleh pemerintah, mereka berdua pun melamar sebagai pilot di maskapai Air Asia. Sayang, aturan perusahaan tersebut tak menerima jika ada pilot satu saudara. “Padahal kakaknya (Tyas, Red.) sudah diterima,” ungkap Susilo.
Biarpun sudah diterima di Air Asia, Tyas masih tetap ingin bersama-sama adiknya. Mereka berdua pun kembali melamar ke maskapai Citilink yang diketahuinya memperbolehkan ada pilot dari satu keluarga atau bersaudara.
Sekitar Januari 2015, mereka resmi menjadi bagian maskapai yang dikenal berbiaya rendah itu. Mereka pun harus mengikuti training di dua kota berbeda masing-masing dua bulan, yakni di Jakarta dan Amsterdam. “Setelah itu juga harus mengikuti training selama 150 jam di simulator untuk mengendarai Airbus A320. Baru mereka berdua jadi co-pilot mulai Juni untuk Nindya, Tyas di Agustus 2016,” tambah Retno yang mendampingi Susilo.
Hingga kini, baik Nindya maupun Tyas sudah pergi mengelilingi Indonesia dengan menjadi pilot. Meski masih berstatus sebagai co-pilot, namun ada rasa puas dalam diri Susilo maupun Retno. Sebab, Susilo mengungkap sebenarnya dia berharap hanya ada salah satu yang menjadi pilot. Namun, justru dua putrinya menjadi pilot.
Tyas bahkan lebih menonjol. Meski baru menjadi pilot setelah terinspirasi oleh adiknya, kini Tyas ditawari oleh perusahaan untuk menjadi dokter penerbang. “Karena dia dulu dasarnya dokter. Dokter penerbang pun di Indonesia masih jarang, apalagi dokter penerbang perempuan. Hanya TNI Angkatan Udara saja yang punya dokter penerbang,” tutur Susilo.
Baik Susilo maupun Retno pun masih terus mengingatkan kepada kedua putrinya, jika dalam bekerja selalu menjaga kinerja, disiplin, dan mengikuti prosedur yang dikeluarkan oleh perusahaan. Sebab, pekerjaannya sebagai pilot membawa serta banyak jiwa dari satu tempat ke tempat lain. “Kalau sudah bekerja, harus membawa nama baik perusahaannya dengan baik, berlaku baik dan bisa membawa prestasi,” pesan Susilo dan Retno. (bersambung)
Biodata Diri
Nama: dr. Tyas Idealistyana dan Nindya Elya Pranedya
TTL: Bontang, 28 Desember 1985 dan 9 April 1994
Alamat: Jalan Danau Sentani HOP III No. 64 Komplek PT Badak
Orangtua: Susilo Kasno dan Retno Sulistyani
Saudara: Aji Soeryo Poetro
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post