• Indeks Berita
  • Redaksi
  • Mitra
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber
  • Pedoman Pemberitaan Ramah Anak
  • Kontak
Bontang Post | Mencerdaskan dan Menginspirasi
  • Home
  • Bontang
  • Kaltim
  • Nasional
  • Advertorial
    • Advertorial
    • Pemkot Bontang
    • DPRD Bontang
  • Ragam
    • Infografis
    • Internasional
    • Olahraga
    • Feature
    • Resep
    • Lensa
  • LIVE
No Result
View All Result
  • Home
  • Bontang
  • Kaltim
  • Nasional
  • Advertorial
    • Advertorial
    • Pemkot Bontang
    • DPRD Bontang
  • Ragam
    • Infografis
    • Internasional
    • Olahraga
    • Feature
    • Resep
    • Lensa
  • LIVE
No Result
View All Result
Bontang Post | Mencerdaskan dan Menginspirasi
No Result
View All Result
Home Catatan Dahlan Iskan

Pedicure Terpaksa

by BontangPost
18 Maret 2018, 06:15
in Dahlan Iskan
Reading Time: 3 mins read
0
Oleh: Dahlan Iskan

Oleh: Dahlan Iskan

Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Dahlan Iskan

Kalau bukan karena setiap hari harus menulis, saya tidak akan ke kios ini: pedicure!

Inilah untuk pertama kalinya dalam 66 tahun hidup di dunia saya memotongkan kuku kaki di pedicure.

Saya sudah membaca begitu banyak gaya hidup orang kota. Termasuk bagaimana kaum metrosexual harus merawat kuku kaki. Dengan mahalnya. Tapi itulah gaya hidup. Tidak mengenal murah atau mahal. Yang penting bisa mengangkat gengsinya.

Saya tidak pernah tertarik untuk mencobanya. Seperti juga golf. Saya selalu mencibir: potong kuku saja kok harus bayar. Mahal lagi. Betapa mudahnya pekerjaan ini: potong kuku. Cukup mengambil gunting. Atau modern sedikit: ambil nail clipper. Petekan kuku. Tidak sampai lima menit sudah selesai. Gratis.

Tapi, persoalannya adalah: saya belum punya bahan untuk tulisan yang diharuskan terbit di Disway.id pagi ini. Kebetulan pula saya lagi melewati sebuah kios baru di pinggir trotoar. Kok ini ada kios baru. Bersih. Saya intip dari kaca jendela: seperti tempat praktek dokter gigi. Tapi bukan. Seperti tempat pijat reflexy. Bukan.

“Tempat apa ini?,” tanya saya dalam bahasa Mandarin.

“Treatmen qxyrxtqz,” jawabnya.

Saya menunjukkan mimik tidak paham apa yang dia ucapkan. Saya diminta masuk saja. Dia minta saya tunggu sebentar. Dia ambil handphone. Pijit-pijit layar sebentar. Lalu menyerahkannya pada saya. Rupanya dia cari perterjemah di HP-nya.

Baca Juga:  Andrian

“Oh..saya tahu…ini pedicure,” kata saya membaca terjemahan pedicure di layar smartphone.

Tiba-tiba saja saya mau mencoba. Kok kelihatannya tidak sesuai dengan yang saya baca. Di Indonesia pedicure selalu menjadi bagian dari salon kecantikan. Kok ini menjadi usaha yang berdiri sendiri. Khusus pedicure.

Kursinya pun diciptakan khusus itu. Ada tempat menaruh kaki. Yang bisa diubah-ubah posisinya. Ada beberapa alat yang terkait dengan kursi itu: lampu pemanas dan peralatan perawatan kuku.

Petugasnya pun disiplin. Mengenakan sarung tangan dan masker. (Saya minta dia mencopot maskernya saat difoto untuk melengkapi tulisan ini). Sepatu dan kaus kaki saya dilepas. Telapak kaki dimasukkan air hangat. Direndam. Dia pindahkan sepatu saya ke dalam lemari kecil yang pintunya ditutup.

Ternyata kuku saya tidak dipotong dengan nail clipper. Alat potong kukunya seperti tatahnya tukang kayu tapi terbuat dari stainless steel. Mengkilap. Alat itu baru dia ambil dari bungkusnya yang dirobek. Seperti baru. Memotong kukunya seperti mengupas kulit apel. Bukan seperti gerakan memotong.

Di antara 10 kuku jari kaki saya, salah satunya berbentuk tidak normal. Jari kelingking kaki kanan. Menebal seperti benjolan besar. Itu peninggalan zaman purba. Saat saya sekolah tidak pernah pakai sepatu atau sandal. Berjalan kaki lima kilometer. Suatu saat kaki saya menyandung batu. Kukunya mangab. Berdarah. Campur debu. Untuk anak desa zaman itu luka seperti itu biasa. Tidak perlu diapa-apakan. Dibiarkan begitu saja. Paling jalannya saja agak pincang. Dalam dua minggu akan sembuh sendiri.

Baca Juga:  Tergoda Lanzhou Lamian Satu-satunya

Tapi yang ini tidak. Begitu baru mau sembuh kesandung batu lagi. Berdarah lagi. Pincang lagi. Infeksi. Bernanah. Biar saja. Kelak juga akan sembuh sendiri. Usaha maksimal adalah mencari sarung yang sudah tidak dipakai. Yang sudah robek di sana-sini. Saya robek sarung itu untuk dapat secuil pembalut. Sobekan kain sarung itu saya lilit-lilitkan di ujung jari yang bernanah. Ujung kainnya lalu dirobek jadi dua untuk saling diikatkan. Lama-lama kuku yang bernanah itu copot. Lalu tumbuh kuku baru yang bentuknya tidak normal.

Kemarin, di pedicure itu, bentuk kuku itu dinormalkan. Ternyata bisa. Horeee. Jadi cantik sekali. Tiwas selama 60 tahun dibiarkan jelek.

Sambil kuku kaki dipercantik, saya ngobrol tentang pedicure. Di sini, di Tiongkok ini, pedicure bukan bagian dari salon. Juga bukan untuk keperluan kecantikan. Ini bagian dari perawatan kesehatan kaki. Termasuk yang kakinya ada bintik-bintik dan seterusnya. Orang yang di kursi sebelah saya itu misalnya. Kelihatannya punya banyak masalah di telapaknya dan di antara jari-jarinya. Maka perawatannya pun beda. Menggunakan obat segala. Tapi dia tenang saja. Terus mendengarkan lagu dari HP-nya. Salah satu lagunya mengejutkan saya: madu dan racun. Yang di Indonesia sudah lama tidak sering terdengar. Lagu itu ternyata ada versi mandarin dan versi Taiwannya.

Baca Juga:  Oman Ibadi

Peralatan perawatan kuku saja ternyata banyak sekali. Tapi tidak ada gunting atau nail clipper. Semua seperti tatah kecil dan kokoh. Jauh sekali dengan peralatan salon. “Kalau jadi satu dengan salon kecantikan, nanti tidak bisa professional,” katanya. “Keahlian kami khusus di bidang ini dan mendalam,” katanya.

Nama kios ini adalah Jia Le Kang. Seperti yang tertulis di dindingnya. Begitu kecilnya sehingga hanya cukup untuk tiga pasien.

Satu jam kemudian perawatan selesai. Bayarnya 40 yuan. Atau sekitar Rp70 ribu. Murah untuk ukuran Indonesia sekali pun. Petugas pun mengambilkan sepatu saya dari dalam lemari kecil itu. Wow! Hangat sekali. Terutama di musim dingin seperti ini. Rupanya itulah tempat sepatu yang sekaligus pemanas. Agar sepatu tidak menebarkan bau. Saya jadi pengin punya lemari seperti itu.

Diam-diam kemarin itu saya membuatkan sejarah bagi kuku kaki saya: pertama kali ke pedicure! (***)

Print Friendly, PDF & Email
Tags: catatandahlan iskan
ShareTweetSendShare

Bergabung dengan WhatsApp Grup Bontang Post untuk mendapatkan informasi terbaru: Klik di Sini. Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News.

Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:


Previous Post

Dua Sumur PDAM Bermasalah, Air Baku Bercampur Lumpur

Next Post

Pilkada, Medsos, dan Generasi Pembual

Related Posts

Kotak Kosong, Pesta para Oligarki
Opini

Kotak Kosong, Pesta para Oligarki

21 Juli 2024, 13:20
Brigadir Jenderal Dendi Suryadi: Setelah 30 Tahun, Memilih Jalan Sipil di Kukar
Opini

Brigadir Jenderal Dendi Suryadi: Setelah 30 Tahun, Memilih Jalan Sipil di Kukar

21 Juli 2024, 12:19
Merokok Bikin Kekasih Cacat
Catatan

Merokok Bikin Kekasih Cacat

16 Desember 2023, 11:27
Kursi vs Nurani
Opini

Kursi vs Nurani

3 Juni 2023, 13:08
Milenial dan Optimisme di Tengah Pandemi
Opini

Milenial dan Optimisme di Tengah Pandemi

30 Agustus 2020, 09:16
Stevi
Opini

Mencermati Potensi Pelanggaran di Tahapan Pencalonan

10 Februari 2020, 16:00

Terpopuler

  • Berikut Aturan Lengkap Gaji, Tunjangan, dan Pengangkatan PPPK Paruh Waktu 2025

    Berikut Aturan Lengkap Gaji, Tunjangan, dan Pengangkatan PPPK Paruh Waktu 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Setelah Mediasi, Akses Warga Kanaan Bontang Diduga Ditutup Tumpukan Tanah oleh Pengelola Tambang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aktivitas Galian C Ilegal di Bontang Barat Terus Berlanjut, Warga; Kami Lelah Ngeluh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kapolsek Bontang Barat Pastikan Tutup Tambang Galian C di Kanaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kementerian ESDM Gugat Balik Warga Kutim, Pemerintah Disebut Bebal dan Lebih Berpihak ke Pemodal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
No Result
View All Result

Komentar Terbaru

    Arsip

    • Oktober 2025
    • September 2025
    • Agustus 2025
    • Juli 2025
    • Juni 2025
    • Mei 2025
    • April 2025
    • Maret 2025
    • Februari 2025
    • Januari 2025
    • Desember 2024
    • November 2024
    • Oktober 2024
    • September 2024
    • Agustus 2024
    • Juli 2024
    • Juni 2024
    • Mei 2024
    • April 2024
    • Maret 2024
    • Februari 2024
    • Januari 2024
    • Desember 2023
    • November 2023
    • Oktober 2023
    • September 2023
    • Agustus 2023
    • Juli 2023
    • Juni 2023
    • Mei 2023
    • April 2023
    • Maret 2023
    • Februari 2023
    • Januari 2023
    • Desember 2022
    • November 2022
    • Oktober 2022
    • September 2022
    • Agustus 2022
    • Juli 2022
    • Juni 2022
    • Mei 2022
    • April 2022
    • Maret 2022
    • Februari 2022
    • Januari 2022
    • Desember 2021
    • November 2021
    • Oktober 2021
    • September 2021
    • Agustus 2021
    • Juli 2021
    • Juni 2021
    • Mei 2021
    • April 2021
    • Maret 2021
    • Februari 2021
    • Januari 2021
    • Desember 2020
    • November 2020
    • Oktober 2020
    • September 2020
    • Agustus 2020
    • Juli 2020
    • Juni 2020
    • Mei 2020
    • April 2020
    • Maret 2020
    • Februari 2020
    • Januari 2020
    • Desember 2019
    • November 2019
    • Oktober 2019
    • September 2019
    • Agustus 2019
    • Juli 2019
    • Juni 2019
    • Mei 2019
    • April 2019
    • Maret 2019
    • Februari 2019
    • Januari 2019
    • Desember 2018
    • November 2018
    • Oktober 2018
    • September 2018
    • Agustus 2018
    • Juli 2018
    • Juni 2018
    • Mei 2018
    • April 2018
    • Maret 2018
    • Februari 2018
    • Januari 2018
    • Desember 2017
    • November 2017
    • Oktober 2017
    • September 2017
    • Agustus 2017
    • Juli 2017
    • Juni 2017
    • Mei 2017
    • April 2017
    • Maret 2017
    • Februari 2017
    • Januari 2017
    • Desember 2016

    Kategori

    • Advertorial
    • Bontang
    • Breaking News
    • Catatan
    • Celoteh Edwin
    • Cerpen
    • Dahlan Iskan
    • Dispopar
    • DPRD Bontang
    • ekonomi
    • Entertainment
    • Feature
    • Hikmah
    • Hoaks atau Tidak?
    • Infografis
    • Internasional
    • Kaltim
    • Kesehatan
    • Kolom Redaksi
    • Kriminal
    • Kriminal
    • Kuliner
    • Lensa
    • Lifestyle
    • Lingkungan
    • Loker Bontang
    • Nasional
    • Olahraga
    • Opini
    • Pemkot Bontang
    • Pendidikan
    • Pilihan Editor
    • Politik
    • Polling
    • PON 2021 Papua
    • Pupuk Kaltim
    • Ragam
    • Society

    Meta

    • Masuk
    • Feed entri
    • Feed komentar
    • WordPress.org
    • Indeks Berita
    • Redaksi
    • Mitra
    • Disclaimer
    • Kebijakan Privasi
    • Pedoman Media Siber
    • Pedoman Pemberitaan Ramah Anak
    • Kontak

    © 2020 Bontangpost.id - Developed by Vision Web Development.

    No Result
    View All Result
    • Home
    • Bontang
    • Kaltim
    • Nasional
    • Advertorial
      • Advertorial
      • Pemkot Bontang
      • DPRD Bontang
    • Ragam
      • Infografis
      • Internasional
      • Olahraga
      • Feature
      • Resep
      • Lensa
    • LIVE

    © 2020 Bontangpost.id - Developed by Vision Web Development.