KPAI Minta Orang Tua Dukung Potensi Anak
SAMARINDA – Pemaksaan kehendak orang tua kepada anak dalam hal pemilihan karier rupanya termasuk dalam bentuk kekerasan secara psikis. Pasalnya pemaksaan seperti ini berpengaruh pada kondisi psikis yang berhubungan dengan masa depan anak. Karenanya Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Samarinda meminta para orang tua untuk menghormati pilihan karier sang anak.
Ketua Umum KPAI Samarinda Sri Lestari menuturkan, bentuk kekerasan terhadap anak bukan sekadar kekerasan secara fisik maupun seksual. Melainkan juga kekerasan psikis yang berpengaruh pada masa depan anak. Misalnya anak dipaksa mengikuti kehendak orang tua dalam hal karier.
“Ini salah satu pemicu. Kadang-kadang kalau sudah maunya orang tua, dipaksakan. Ini juga sebuah kekerasan,” kata Sri kepada Metro Samarinda.
Istri Wakil Wali Kota Samarinda Nusyirwan Ismail ini menjabarkan, adanya pemaksaan kehendak membuat kondisi psikis anak menjadi tertekan. Sehingga menuruti kehendak orang tua. Padahal apa yang dilakukan bukan sesuatu yang disenangi atau bukan potensi yang dimiliki. Sementara orang tua seharusnya memahami dan menghormati apa yang menjadi bakat, hobi atau kemampuan anak.
“Contohnya saya dan suami yang sama-sama orang teknik. Kami pernah ingin anak kami mengikuti jejak orang tuanya dengan mendorong untuk kuliah teknik. Tapi anak kami tidak senang dengan teknik, padahal nilai eksaknya di SMA bagus,” kenangnya.
Sebaliknya sang anak malah menyenangi bidang kedokteran. Sri dan suami lantas memberikan kebebasan untuk menjalani sesuai bidang yang disenangi. Hasilnya, sang anak kini telah meraih kesuksesan di dunia kedokteran. Menurut Sri, ada kecenderungan bila memaksakan kehendak, sang anak tidak menemui kesuksesan karena tidak menyenangi apa yang dijalani.
“Mudah-mudahan mindset orang tua tidak seperti itu. Jangan otoriter dan memaksakan. Karena semakin dia kurang menyenangi, di tengah jalan bisa macet karena berontak,” ungkap Sri.
Termasuk dalam hal ini orang tua tidak boleh meremehkan bila anaknya memilih masuk ke SMK. Masalahnya masih ada orang tua yang lebih memilih anaknya masuk SMA ketimbang SMK. Padahal tidak ada perbedaan berarti antara SMA dengan SMK. Malahan sudah banyak contoh anak-anak SMK yang meraih kesuksesan.
“Peran orang tua itu yang terpenting dalam turut andil menentukan masa depan anak. Khususnya mendorong anak menemukan hobi dan bakat yang diminati. Karena ternyata banyak anak yang belum tahu bercita-cita menjadi apa. Bahkan tidak memahami apa hobinya,” pungkas Sri. (luk)
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Saksikan video menarik berikut ini: