SANGATTA – Usus terurai dari perut balita 3 tahun Nurul dikatakan bukan kesalahan pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Wahab Syahranie (AWS) Samarinda. Rumah sakit pelat merah terbesar di Kaltim tersebut mengklaim, keluarga korban tidak mengerti maksud tim medis mengeluarkan usus dari perutnya.
Diketahui, kesedihan Nurul bermula dari sakit perut, yang kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Kudungga Sangatta, dirawat selama 4 hari. Setelah divonis usus buntu, bocah asal daerah Kabo, Gang Mulia, RT 11, Desa Swarga Bara, Sangatta Utara, Kutim tersebut dilarikan ke RSUD AWS Samarinda. Rawat inap selama 4 bulan sejak November 2016, Nurul sudah dua kali dioperasi.
Kedua orang tuanya, Sartika (23) dan Hamdi Ismail (30) memutuskan untuk pergi dari rumah sakit pelat merah terbesar di Kaltim tersebut, sebab khawatir dengan kondisi anaknya yang tampak memprihatinkan. Usus terurai di perut kanan, ditambah luka pasca operasi tambahan di tulang ekor hingga punggung, menjadi sumber kesedihan.
Humas RSUD AWS dr Febian Satrio menjelaskan, sebenarnya isu kesehatan Nurul yang dianggap merupakan kesalahan pihak rumah sakit adalah akibat miss komunikasi. Pihak keluarga pasien tidak memahami maksud dan tujuan yang dikemukakan, bahwa usus bocah 3 tahun tersebut memang harus dikeluarkan dari tubuh, untuk sementara.
“Teknik pengobatan dunia medis, yakni disebut stoma, memang mengharuskan untuk mengeluarkan usus dari tubuh pada keadaan kesehatan yang dialami Nurul. Tindakan tersebut diperbolehkan dalam keadaan tertentu, supaya bisa buang air. Itu sudah sesuai ilmu medis,” ungkap Satrio, kemarin.
Dia menerangkan, akibat usus yang tampak berada di luar tubuh merupakan hal yang tidak biasa bagi orang awam, sehingga disebut-sebut sebagai usus yang terurai akibat kesalahan medis. Padahal, itu hanya opini masyarakat akibat tidak memahami jenis pengobatan medis pada keadaan kesehatan tertentu, seperti yang dialami Nurul.
Lantaran keluarga pasien menganggap hal tersebut buruk, lanjut Satrio, pengobatan terputus. Bahkan dijadikan buah bibir di tengah masyarakat. “Sebenarnya Nurul harus melanjutkan pengobatan di RSUD AWS, untuk mendapatkan kembali kesehatannya. Jangan terputus di tengah jalan,” ungkap dia. (mon/hd)