Kondisi keuangan orang tua Ahmat Alfiasnyah yang sangat terbatas, membuat bayi pengidap penyakit kurang gizi dan paru-paru itu kini sangat membutuhkan uluran tangan para dermawan.
Bambang, Bontang
Usianya tak sebanding dengan berat tubuhnya. Bayi tunggal pasangan Awaluddin dan Andi Ayu itu sejak setengah bulan terakhir hanya terbaring lemah tak sadarkan diri di ruang perawatan Cempaka lantai IV RSUD Taman Husada Bontang.
Penyebabnya, karena bayi berusia satu tahun tiga bulan tersebut mengidap penyakit gizi buruk dan paru-paru serta kekurangan darah O. Di sekujur tubuhnya, bayi yang hanya memiliki berat 5,6 kilogram itu penuh dengan balutan selang oksigen dan peralatan medis lainnya. Tubuh mungilnya hanya ditutupi sehelai kain selimut.
“Sebelum masuk rumah sakit, beratnya hanya 4,6 kilogram saja. Sekarang baru ada kenaikan sedikit,” kata ayah bayi, Awaluddin saat ditemui di RSUD Taman Husada.
Lebih menyedihkan lagi, Awaluddin hanya merawat anaknya seorang diri lantaran istrinya juga tengah dirawat di rumah sakit yang sama pada lantai berbeda karena penyakit paru-paru. Sehingga, setiap 5 menit sekali, dirinya harus naik turun lantai rumah sakit untuk menengok keadaan istri dan anaknya.
“Sebagai kepala keluarga mau tidak mau harus seperti ini. Kalau ditanya capek pasti capek. Tapi ini semua buat keluarga,” ungkapnya.
Belum selesai permasalahan anak dan istri, kesedihan Awaluddin juga bertambah dengan kondisi keuangan keluarga. Sebab, sejak tidak lagi bekerja sebagai kuli bangunan lantaran sibuk menjaga buah hati dan istri tercintanya, dirinya tidak lagi memiliki uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Seperti membeli obat, membayar biaya perawatan rumah sakit, membayar rumah sewaan yang dia tempati saat ini, maupun membelikan susu formula untuk anaknya.
Untuk menebus obat, Awaluddin mengaku hanya memakai kartu identitasnya sebagai jaminannya. “Kalau makan dan susu saya hanya mengandalkan jatah dari rumah sakit. Terkadang perawat dan dokter di sini (RSUD, Red.) juga membantu biaya biaya perawatan dan obat. Kalau anak saya lapar namun makanan dan susu belum datang, saya kadang memberikan air putih dulu sambil menunggu jatah dari rumah sakit,” terangnya.
Ketiadaan jaminan kesehatan, semakin memperparah kondisi kesehatan Ahmat Alfiansyah lantaran sang ayah tak memiliki biaya yang cukup untuk menanggung seluruh pengobatan yang ada di rumah sakit.
Hal itu karena bayi malang tersebut merupakan hasil pernikahan siri dengan sang istri sehingga tidak bisa memiliki akta kelahiran. “Saya bingung mencari dana dari mana. Saya sendiri sekarang sudah tidak bisa bekerja karena harus menjaga anak dan istri. Saya hanya bisa berdoa agar cobaan ini bisa saya lalui dengan baik,” lirihnya.
Sementara itu, salah satu Penjangkau Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Bontang Tri Lelonowati mengatakan, Ahmat Alfiansyah kini sudah menjadi klien dari lembaga di bawah naungan Dinas Sosial. Sejak mendapat kabar, pihaknya langsung bergerak untuk menemui klien
“Kami akan berupaya memfasilitasi sang bayi untuk segera mendapat akte kelahiran dan jaminan kesehatan. Biaya pengobatan pun juga akan kami usahakan ke Lembaga Amil Zakat (LAZ),” tandasnya. (***)