bontangpost.id – Aktivitas tambang emas ilegal kembali memakan korban jiwa. Di lokasi tambang emas Mewet KM 15 PT Intraca Desa Tenggiling, Sekatak, sekira pukul 16.30, pada Senin (9/1) lalu, dua orang meninggal dunia.
Kedua orang yang meninggal dunia, yakni Rahmat yang merupakan masyarakat pekerja dan Kelvin Hari Wijaya Aditya anggota Denpom IV/Bulungan berpangkat Pratu. Saat itu telah terjadi longsor lubang galian manual penambang emas ilegal, yang menimpa dua korban.
Ruslan yang merupakan salah seorang saksi mengungkapkan, awal mula kejadian pada Senin (9/1) sekira 11.00, korban Kelvin beserta temannya Ismail yang merupakan anggota TNI AD datang ke lokasi lubang tambang emas milik Sidin. Kemudian sekitar pukul 15.30, saksi yang berusia 50 tahun itu melihat kedua korban masuk ke dalam lubang milik Sidin.
Hingga sekitar pukul 16.30, pada saat saksi sedang menjaga material yang akan naik dari lubang tambang emas miliknya. Saksi diberitahu oleh temannya yakni Awar, yang merupakan rekan kerjanya, bahwa lubang di sebelah milik Sidin runtuh.
“Lubangnya itu kedalaman sekitar 20 meter. Setelah diberitahu terdapat 2 orang yang tertimbun di lubang, saya dan teman-teman membantu korban yang tertimbun agar bisa diselamatkan. Karena saat kejadian, korban Kelvin masih dalam keadaan selamat dan untuk Rahmat diketahui meninggal dunia,” terangnya, Rabu (11/1).
Saat dievakuasi posisi korban Rahmat sudah meninggal dunia di dalam lubang, dengan keadaan telungkup tertimbun tanah. Sementara korban Kelvin dalam keadaan tertimbun setengah badan. Antara lubang milik saksi dan lubang yang runtuh berjarak kurang lebih 4 meter.
Keterangan saksi lainnya, Sulaiman (48) mengatakan, korban Kelvin sempat memaksa untuk masuk ke dalam lubang yang diketahui belum dipasang pondasi. Korban Rahmat yang akan turun ke dalam lubang, juga dilarang oleh teman-temannya. Karena di dalam lubang tersebut belum dipasang pondasi. “Kami masih menunggu kayu. Namun kedua korban tetap memaksa masuk ke dalam lubang tersebut,” singkatnya.
Saksi ketiga, Ramli (32) menjelaskan, bersama rekan kerja sebanyak 7 orang menggali lubang dari lubang milik saksi bekerja menuju lubang yang runtuh di kedalaman sekitar 20 meter. Kemudian menggali lubang kembali berjarak 4 meter, untuk mengevakuasi korban yang tertimbun. Korban Rahmat ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, dengan posisi duduk bersandar di dinding lubang.
“Korban Kelvin bersebelahan dengan Rahmat dalam posisi badan tertanam di dalam tanah. Tapi, korban satunya ini masih dalam keadaan hidup dan sempat memanggil nama saksi untuk meminta pertolongan,” jelasnya.
Sekitar pukul 22.00, korban Rahmat yang meninggal dunia sudah siap untuk dievakuasi dengan cara mengikat badannya menggunakan tali. Namun kaki Rahmat masih tertanam di dalam tanah, sehingga menyulitkan evakuasi. Kemudian tiba-tiba tanah di lokasi lubang tersebut runtuh.
“Saya bersama rekan-rekan menyelamatkan diri ke atas, karena tanah semakin runtuh. Korban Rahmat dan Kelvin kembali tertimbun tanah yang runtuh tersebut,” tuturnya.
Evakuasi terhadap kedua korban pun dilakukan hingga Selasa (10/1). Korban Kelvin berhasil dievakuasi pada pukul 01.00 dini hari, Rabu (11/1) dan langsung dibawa ke Puskesmas Sekatak. Dalam perjalanan menuju Puskesmas, korban masih bertahan. Namun, nyawa korban tak tertolong setibanya di Puskesmas Sekatak, sekira pukul 03.30.
Sementara itu, Camat Sekatak Ahmad Safri membenarkan kejadian tersebut. Ia mengatakan, ada dua orang yang tertimbun. Dua orang itu bukan warga Sekatak, merupakan pendatang.
“Korban Rahmat dimakamkan di Sekatak. Satu korban lain yang merupakan anggota TNI AD dibawa ke Tarakan, untuk diterbangkan ke Palembang kampung halaman korban. Itu infonya anggota TNI di Denpom IV/3 Bulungan,” ungkapnya.
Kondisi di lokasi saat ini berangsur-angsur sepi. Apalagi, pimpinan dari korban juga mendatangi lokasi kejadian. Kegiatan pertambangan sudah berjalan hampir setahun. Kejadian longsor lubang tambang, berada di lokasi baru di Desa Tenggiling, Kecamatan Sekatak, Kabupaten Bulungan.
“Saat kejadian cuaca hujan deras, sehingga terjadi longsor. Memang sudah dilakukan evaluasi. Kedua korban meninggal dunia. Korban Rahmat meninggal dalam lubang dan satunya lagi diketahui meninggal saat berada di Puskesmas Sekatak karena baru dievakuasi,” tuturnya.
Saat dikonfirmasi media ini, Komandan Denpom IV/3 Bulungan tidak berada di kantor. Kemudian Komandan Korem 092/Maharajalila juga tidak menjawab konfirmasi dari awak media. Namun melalui pesan singkat, Kepala Penerangan Korem 092/Maharajalila Mayor Andi Nasharuddin membenarkan kejadian tersebut. Meski tidak secara langsung menyebutkan ada anggota TNI AD yang tertimbun dalam lubang tambang emas ilegal. Namun dia memastikan proses evakuasi sudah dilakukan.
“Kasus itu diambil alih langsung oleh Pomdam VI/Mulawarman. Korem 092/Maharajalila hanya membantu proses evakuasi,” singkatnya. (fai/uno)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post