SAMARINDA – Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Garuda Mulawarman menggelar aksi demonstrasi menolak kebijakan pemerintah pusat yang menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di kantor DPRD Kaltim, Senin (19/3) kemarin. Aksi tersebut sebagai wujud kekecewaan mahasiswa karena kenaikan harga BBM tidak terlebih dulu disampaikan pada publik.
Koordinator Aliansi Garuda Mulawarman, Rizaldo mengungkapkan, kenaikan harga BBM terjadi di semua jenis. Antara lain, harga pertamax turbo yang sebelumnya dijual Rp 9 ribu perliter, kini naik jadi Rp 10.100.
Kenaikan harga juga terjadi di BBM jenis pertamax. Sebelumnya, harga pertamax dijual Rp 8.600 per liter. Kini harganya naik jadi Rp 8.900. Selain itu, harga BBM jenis dexlite ikut merangkak naik. Jika sebelumnya dijual Rp 7.500, pekan ini harganya berada di angka Rp 8.100.
“Makanya kami menuntut pemerintah menurunkan BBM jenis subsidi. Karena kenaikan harga BBM ini tanpa terlebih dulu diumumkan. Pemerintah mengambil kebijakan secara diam-diam,” tegas Rizaldo.
Disinggung soal kelangkaan BBM, Rizaldo menyebut pihaknya telah melakukan survei di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak (SPBU) di Kaltim. Ditemukan, sudah dua pekan terjadi kelangkaan di sebagian SPBU di Benua Etam.
“Sehingga kami menuntut pada Pertamina agar segera mendistribusikan BBM di Kaltim. Khususnya yang kami temukan saat ini sedang terjadi kelangkaan di Samarinda. Harus ada langkah konkret dari Pertamina dan DPRD untuk menyelesaikan masalah ini,” tegasnya.
Menanggapi tuntutan mahasiswa, Ketua Komisi II DPRD Kaltim, Edy Kurniawan menuturkan, perubahan harga Bahan Bakar Khusus (BBK) bukan lagi ranahnya pemerintah. Sebab di awal 2015, patokan harga BBK sepenuhnya didasarkan harga pasar.
“Perlu diketahui bahwa harga BBK itu sudah sangat jauh dari harga pasar dunia. Harga BBK seperti pertalite dan pertamax jauh lebih tinggi di luar negeri ketimbang di Indonesia,” sebutnya.
Disinggung soal kelangkaan BBM, Edy menyebut hal itu terjadi karena adanya permainan oknum. “Terkait kelangkaan itu karena banyak pengetap. Di daerah di dekat perusahaan batu bara, ada juga muncul pengetap. Bahkan yang naik motor juga ada. Motor didesain, diubah, dibesarkan tangkinya,” ungkap dia.
Karena tuntutan mahasiswa belum menumui titik terang, ia akan mengundang Dinas Perdagangan, aparat keamanan, mahasiswa, dan Pertamina. “Kami akan undang semuanya tanggal 26 Maret. Nanti kami akan evaluasi dan minta pendapat pihak terkait, agar masalah ini segera diselesaikan. Mahasiswa juga harus memberikan soluasi terkait BBM ini,” tegasnya. (*/um)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: