Kementerian Sosial (Kemensos) RI sejatinya memiliki sederet program bantuan sosial bagi lanjut usia (Lansia). Sayangnya, tak semua bantuan itu diaplikasikan di daerah. Beruntung, program Home Care Lansia kini telah diadopsi di Bontang dan telah berjalan selama dua tahun.
LUKMAN MAULANA, Bontang
Pagi itu, sekira pukul 09.00 Wita, Tri Lelonowati tengah menghitung bungkusan berisi buras dan opor ayam di kantor Yayasan Pandu Qolby. Perempuan berjilbab itu mesti memastikan terlebih dahulu agar jumlah buras dan opor ayam yang dibawanya sesuai dengan jumlah lansia yang akan didatanginya.
Sabtu (22/9) itu, Tri bersama tujuh rekannya memang akan mengunjungi para lansia yang menjadi sasaran Home Care Lansia Kemensos RI di Bontang. Panggilan jiwa menjadi alasannya bergabung dalam relawan pendamping lansia pada program tersebut.
“Daripada merumpi yang tidak ada gunanya, saya mending jadi relawan,” tutur Tri saat ditanya Bontang Post terkait motivasi menjadi relawan.
Sebagai relawan, Tri tak pernah berharap materi dari kegiatan sosial yang dia lakukan. Pasalnya, apa yang dijalani tulus demi membantu orang lain. Makanya ketika LKS Yayasan Pandu Qolby mencari relawan untuk mengawal program Home Care Lansia, Tri menjadi salah satu yang mengajukan diri.
Namun begitu, dalam menjalankan program ini, Tri dan relawan lainnya mendapat dana operasional masing-masing Rp 3.750 dalam sekali kunjungan ke kediaman lansia. Walau terbilang kecil, tidak menyurutkan langkah para relawan menebar kebaikan.
“Total anggaran operasional untuk tahun ini hanya Rp 6 juta. Dari anggaran itu dibagi untuk delapan relawan, dengan masing-masing relawan melakukan 40 kunjungan,” terang Suratmi, Ketua Yayasan Pandu Qolby saat ditemui Bontang Post di kediamannya.
Yayasan Pandu Qolby adalah lembaga kesejahteraan sosial (LKS) yang membawa program Home Care Lansia ke Kota Taman. Setelah mengajukan diri ke Kemensos RI melalui Dinas Sosial (Dissos) Kaltim, dengan rekomendasi Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Pemberdayaan Masyarakat (Dissos-P3M) Bontang, program ini mulai dijalankan di 2017.
“Sudah berjalan dua tahun, mulai 2017. Ini program nasional yang kemudian kami adopsi ke Bontang. Dalam pengajuannya memang hanya bisa dilakukan oleh LKS,” kata Suratmi.
Dijelaskan, meski sudah dimulakan 2017, namun dana dari Kemensos RI baru benar-benar cari di 2018 ini. Pasalnya di 2017, Yayasan Pandu Qolby masih dalam tahap mengajukan pelaksanaan program. Meski begitu, Home Care Lansia di 2017 tetap berjalan dengan anggarannya dari APBD Bontang. Sebanyak 54 warga lansia menjadi sasaran penerima bantuan pada tahun pertama program.
“Alhamdulillah akhirnya cair untuk di 2018. Kami MoU (memorandum of understanding, Red.) bulan Juli, dana cair di Agustus. Itu dana dekonsentrasi dari pusat yang dikelola pemerintah provinsi,” sebutnya.
Suratmi merinci, dalam kesepakatan itu Bontang dikucur anggaran Rp 54 juta untuk pelaksanaan Home Care Lansia. Meliputi anggaran untuk lansia mencapai Rp 48 juta dan Rp 6 juta untuk kegiatan operasional. Kata dia, setiap lansia mendapat anggaran Rp 1,2 juta yang penyalurannya dilakukan selama 40 kunjungan setahun.
“Satu kali kunjungan anggarannya Rp 30 ribu per lansia, untuk bantuan dalam bentuk makanan pokok dan kebutuhan dasar. Bisa juga obat-obatan, pakaian, atau tempat tidur. Tapi untuk semua itu kan anggarannya harus besar. Sementara anggaran yang ada cukup untuk bantuan makanan,” ungkap Suratmi.
Home Care Lansia di 2018, lanjut dia, telah dimulai padan 24 Agustus lalu dan direncanakan sampai 23 November mendatang. Kunjungan Home Care pada masing-masing lansia yang menjadi sasaran dilaksanakan tiga kali dalam sepekan, pada Jumat, Sabtu, dan Ahad.
Sebanyak delapan relawan dipercaya mengawal program ini sebagai pendamping lansia, dengan rincian kegiatannya yaitu kunjungan untuk memberikan bantuan sekaligus konseling kesehatan. Para relawan berasal dari para pekerja sosial dengan latar belakang beragam.
Mulai dari pendamping Program Keluarga Harapan (PKH), relawan Rumah Perlindungan Trauma Center (RPTC), relawan Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3), ada juga yang berasal dari masyarakat umum. “Kami mencari relawan yang biasa kerja lapangan. Satu relawan pendamping menangani lima lansia. dicari yang biasa kerja lapangan,” imbuh Suratmi.
Dari konseling yang dilakukan relawan, didapati berbagai masalah kesehatan yang dikeluhkan lansia. Dari situ, yayasan bersama relawan bakal mencarikan solusi. Kebutuhan lansia lantas dipenuhi, di antaranya dengan mengganti bantuan makanan yang diberikan, atau dengan mencarikan bantuan dari mitra yayasan. Hal ini mengingat keterbatasan anggaran yang diberikan.
“Misalnya kemarin ada yang butuh popok lansia, maka kami berikan. Namun ada bantuan makanannya yang kami kurangi. Kalau ada kebutuhan yang melebihi anggaran Home Care, biasanya kami hubungkan dengan para mitra yang bisa membantu,” bebernya.
Ditanya kriteria lansia yang mendapat bantuan program ini, Suratmi menyebut warga miskin yang berusia di atas 60 tahun. Namun lansia dengan kondisi sakit-sakitan serta usia 70 tahun ke atas akan diprioritaskan.
Suratmi bertutur, awalnya para lansia yang menjadi sasaran program ini hanya berasal dari Kelurahan Tanjung Laut Indah. Namun dalam proses verifikasi dan validasi di lapangan, beberapa lansia dianggap tidak memenuhi syarat. Sehingga kuota yang ada diberikan kepada lansia prioritas di beberapa kelurahan lainnya meliputi Tanjung Laut, Berebas Tengah, Gunung Elai, dan Bontang Baru.
“Ada yang sakit-sakitan tapi usianya belum 60 tahun. Karena kriterianya belum mencukupi, sehingga kami keluarkan dari daftar. Namun untuk bantuannya tetap kami upayakan dengan hubungkan ke mitra,” pungkas Suratmi. (***)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post