SAMARINDA – Memastikan ketersediaan stok sejumlah kebutuhan bahan pokok selama Ramadan dan menjelang Idulfitri nanti penting dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov). Tujuannya untuk mencegah terjadinya inflasi. Ini dikarenakan Ramadan dan Idulfitri identik dengan naiknya harga sejumlah komoditas.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kaltim, Muhamad Nur mengatakan, penting bagi semua stakeholder yang tergabung dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kaltim menjamin ketersediaan stok sembako selama Ramadan dan Idulfitri. Bahkan sampai pelaksanaan Iduladha mendatang.
Selain itu, TPID Kaltim secara berkala harus melakukan peninjauan pasar misalnya dengan inspeksi mendadak (sidak). Peran Satuan Tugas (Stgas) Pangan juga diharapkan dalam hal ini. Dengan begitu, pergerakan harga di pasar dapat dikendalikan cepat ketika ada lonjakan. Terutama ketika minimnya stok barang.
“Kebijakan Bulog Kaltim menyalurkan daging beku untuk menekan harga daging di pasar cukup bagus. Komunikasi dan koordinasi antarinstansi terkait dengan asosiasi pedagang juga penting. Misalnya dengan asosiasi pedagang ayam,” kata dia, Jumat (18/5) lalu.
Menurutnya, komunikasi yang baik misalnya dengan asosiasi pedagang ayam, akan memberikan informasi distribusi ayam. Dari komunikasi itu, pemerintah bisa membuka ruang untuk menekan harga ayam, dimana selama sepekan terakhir terus merangkak naik.
“Ayam merupakan komoditas yang sejak Januari lalu selalu memberikan tekanan terhadap inflasi. Meskipun pasokan ayam untuk Kaltim tergolog surplus. Kalau seperti beras, cabai, dan bawang, Kaltim masih defisit dan impor dari Sulawesi dan Jawa,” sebutnya.
Di sisi lain, koordinasi yang baik dengan asosiasi menghindari adanya monopoli penjualan. Karena yang menentukan harga adalah para pedagang. Sebab meski stok cukup, tak jarang pada momen-momen tertentu pedagang menaikan harga. Padahal tidak ada faktor pemicu sehingga mengharuskan harga naik, misalnya adanya kenaikan harga di warung makan.
“Untuk ayam perlu ada pendekatan dengan para asosiasi terkait itu, karena di Kaltim, ayam masih menjadi menu makanan favorit dan permintaannya cukup tinggi. Apalagi saat memasuki hari raya Idulfitri,” lanjutnya.
Meski begitu, Nur mengaku, sebagai bagian dari TPID Kaltim, BI semaksimal mungkin melakukan berbagai upaya menekan dan menjaga inflasi. Dia berharap, inflasi tidak lebih dari 1 persen. Bila perlu, inflasi bisa ditekan hingga 0,5 persen. Sehingga akhir tahun inflasi bisa di bawah 3,5 persen.
“Sampai April, inflasi 0,27 persen. Itu di Kaltim. Ini masih lebih rendah dari inflasi nasional, maupun target tahun 2018 sebesar 3,5 persen. Inflasi komulatif dari Januari-April, sebesar 0,95 persen. Sudah empat bulan inflasi Kaltim di bawah 4 persen. Semoga ini bisa terus terjaga,” jelas Nur.
Tambah dia, untuk menekan inflasi, BI dan TPID Kaltim telah membangun komunikasi dengan beberapa daerah penyuplai sembako. Misalnya dengan Sulawesi Selatan dan Jawa Timur. Pasalnya, kebanyakan sembako yang masuk Kaltim berasal dari kedua daerah tersebut.
“Kami bersyukur untuk Ramadan ini, semua masih dalam posisi yang baik. Terutama di daerah-daerah penghasil, sejauh ini masih cukup baik. Kalau bawang merah produksinya di Kaltim baru 5 persen. Kalau cabai sudah sekira 50 persen,” tandasnya. (drh)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post