SAMARINDA – Seleksi calon Kepala Ombudsman RI (ORI) Perwakilan Kaltim terus mendapat sorotan publik. Calon Kepala ORI Wilayah Kaltim yang pernah mengikuti tahapan seleksi sejak April 2018 lalu bahkan angkat bicara terkait dugaan adanya nepotisme dalam penjaringan pimpinan Ombudsman tersebut.
Salah satunya yakni Rahmawati. Peserta seleksi Kepala ORI Wilayah Kaltim yang sampai masuk dalam babak empat besar tersebut mengaku prihatin dengan pola seleksi di internal ORI. Dia menyebut, sejak awal dirinya telah mencium aroma tidak profesional dalam seleksi tersebut.
“Kalau memang tidak bisa membuat seleksi yang profesional dan terbuka, mengapa sejak awal tidak dilakukan seleksi di internal saja? Artinya tidak melibatkan orang luar ORI. Ini namanya seleksi hanya formalitas saja,” katanya, Rabu (6/6) lalu.
Dia mengungkapkan, pada saat mengikuti seleksi wawancara, dirinya telah mendapatkan informasi bahwa orang akan yang terpilih sebagai kepala ORI Wilayah Kaltim berasal dari internal Ombudsman.
“Ini namanya sudah tidak ideal sejak awal. Pada saat mendengar itu, saya sampai berpikir untuk mundur dari pencalonan. Tetapi karena menghargai tahapan, saya tetap lanjut sampai akhir,” sebutnya.
Kejanggalan lain yang dicatat Rahmawati yakni panitia seleksi tidak diumumkan pada publik. Selain itu, sistem penilaian yang dilakukan tidak transparan dan terkesan hanya menjadi konsumsi internal tim panitia seleksi.
Lembaga pengawas pemerintah sekelas Ombudsman, lanjut dia, seharusnya memberikan contoh yang ideal, profesional, dan memenuhi unsur-unsur perekrutam pimpinan sebagaimana yang disepakati di awal tahapan penjaringan.
“Padahal Ombudsman itu memiliki kewenangan untuk melihat maladministrasi. Tetapi kalau sudah menunjukkan cara begini, sama saja mereka sendiri yang melanggar aturan. Memberikan contoh yang buruk pada publik,” sesalnya.
Di sisi lain dia mencatat, sebelum tahapan seleksi dilaksanakan, Ombudsman telah memiliki catatan kelam. Salah satu yang teranyar yakni lembaga tersebut pernah memiliki pimpinan yang mengundurkan diri karena ulah bawahannya.
“Informasinya salah satu asisten memalak kepala daerah. Karena itu, Kepala ORI Kaltim mengundurkan diri. Padahal masa jabatannya belum selesai. Kami mendengar, dia malu dengan kelakuan asisten yang melakukan pemalakan itu,” bebernya.
Atas dasar itu, catatan hitam tersebut telah menimbulkan ketidakpercayaan publik terhadap Ombudsman. Padahal, secara kelembagaan dan kepemimpinan, sejak awal Ombudsman harus steril dari citra buruk.
“Lembaga pengawas sekelas Ombudsman harusnya sudah membangun kepecayaan melalui transparansi. Makanya dari sekarang, lembaga ini harus diselamatkan,” katanya.
Seperti diketahui, panitia seleksi menyelenggarakan tahapan sejak April 2018. Sebanyak sembilan orang mengikuti tahapan seleksi. Hasilnya, terpilih Kusheryanto sebagai Kepala ORI Wilayah Kaltim. Kemudian, pada Selasa (5/6) lalu, Kusheryanto dilantik Ombudsman RI. Tahapan tersebut lebih cepat dibandingkan jadwal pelantikan yang sedianya dilaksanakan pada 25 Juni mendatang.
Kusheryanto yang dihubungi media ini untuk mengonfirmasi tudingan tersebut kontak pribadinya tidak aktif. Informasi terbaru, yang bersangkutan masih di Jakarta menghadiri pelantikan. Media ini juga sempat menghubungi asisten Ombudsman. Namun belum ada jawaban dari yang bersangkutan. (*/um)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post