Berbagai sumber pangan bisa ditambahkan dalam nilai gizi sehari-hari. Untuk memperkaya nilai gizi harian, ikan gabus dan daun kelor bisa menjadi dua hal yang ditambahkan dalam makanan.
Di tangan ahli gizi dari Poltekkes Malang Hanifah Nurul Fauziyyah, perpaduan daun kelor dan ikan gabus diolah menjadi snack biskuit yang kaya nilai gizi. Hanifah juga menjadi salah satu pemenang dalam I-PLAN Food Design Challenge, kompetisi tingkat nasional dalam bidang inovasi bisnis untuk meningkatkan nilai gizi dan mutu makanan.
I-PLAN Food Design Challenge diinisiasi oleh Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, serta Jejaring Pasca Panen untuk Gizi Indonesia, dan diselenggarakan oleh Innovation Factory. Kompetisi yang bertema ‘novasi dalam food design’ ini diadakan untuk mencari dan memperkuat inovasi produk makanan lokal, dengan memberikan bantuan teknis, dana pembinaan, serta kemudahan akses pada institusi keuangan dan fasilitas pasar bagi pengusaha makanan lokal yang berhasil melakukan inovasi.
“Kami para ahli gizi berinisiatif menggunakan daun kelor dan ikan gabus gabungkan bahan pangan lokal untuk meningkatkan kandungan gizi dari biskuit,” kata Hanifah kepada wartawan di Jakarta, Jumat (13/12).
Dalam laman Mind Body Green disebutkan tanaman daun kelor sudah diakui banyak penelitian sebagai superfood karena kandungan gizinya yang membuat tubuh sehat. Di Indonesia, tanaman ini dianggap sebagai tanaman mistis yang bisa mengusir setan.
Nama latinnya adalah Moringa oleifera, telah digunakan antargenerasi di negara-negara Timur untuk mengobati dan mencegah penyakit seperti diabetes, penyakit jantung, anemia, radang sendi, penyakit hati, dan gangguan pernapasan, kulit, dan pencernaan. Kelor bisa digunakan sebagai suplemen bubuk daun alami, direbus, atau diminum langsung. Kelor merupakan sumber yang kaya akan vitamin, mineral, dan asam amino. Kelor mengandung vitamin A, C, dan E, kalsium, kalium, dan protein.
Sedangkan ikan gabus, kata Hanifah, mengandung tinggi protein dan zinc. Ikan gabus juga mengandung asam amino glisin yang bagus dalam pembentukan hemoglobin (Hb) dan zat besi (Fe).
“Manfaat dalam ikan gabus bagus untuk intervensi anemia. Sementara kelor lebih untuk menambahkan manfaat mineralnya. Sebab penyerapan Fe ke dalam tubuh tidak akan optimal kalau tanpa protein yang ditambahkan,” tutur Hanifah.
Intervensi pangan tersebut bisa diberikan kepada bayi sebagai Makanan Pendamping (MP)ASI hingga usia dewasa. Pada bayi, biskuit tersebut bisa dibuat menjadi bubur. “Sudah disebar di wilayah Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat. Kalau Jabodetabek belum. Kami juga menambahkan varian tempe ke salah satu varian biskuit sebagau penambahan vitamin B kompleks,” jelasnya.
Pada prinsipnya, pangan yang diproduksi dihitung berdasarkan nilai gizi dan prinsip diet harian untuk kebutuhan ibu dan balita. Berdasarkan data tahun 2018 dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), masih terdapat sekitar 48,9 persen ibu hamil menderita anemia dan 30,8 persen anak balita menderita stunting. Untuk mencegah dan mengurangi penderita stunting dan anemia, pemerintah melakukan berbagai upaya, termasuk melaksanakan program peningkatan gizi di 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan remaja, serta program lainnya agar makanan-makanan bergizi mudah didapatkan.(jpc)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post