Empat tahun masuk kategori usia emas. Ingatannya masih sangat kuat. Termasuk terkait peristiwa pilu dilaluinya di turunan Muara Rapak, Jumat (21/1/2022) pagi.
Tubuh mungil dibalut kemeja biru itu tidak mengalami luka. Dia duduk sembari asyik bermain gim daring. Namun, bocah empat tahun bernama Azka itu masih begitu jelas mengingat tabrakan beruntun di Muara Rapak, Balikpapan, Jumat (21/1) pagi.
Azka berada di mobil city car merah bernopol KT 1887 NT. Dia bersama kedua orangtuanya, M Yamin dan Marwiah. Keluarga asal Samarinda itu menjadi korban kecelakaan beruntun karena truk tronton yang mengalami rem blong di traffic light Muara Rapak sekitar pukul 06.15 Wita.
Sang ayah mendapat perawatan intensif di RS Dr Kanujoso Djatiwibowo. Sedangkan ibu dilarikan ke RSUD Beriman. Keduanya sempat dalam kondisi kritis. Sementara itu, Azka atas bantuan warga sekitar diantar ke Klinik Ibnu Sina, lokasi terdekat dari tempat kejadian.
Sedari pagi hingga siang hari, Azka menunggu di salah satu kantor manajemen Klinik Ibnu Sina didampingi petugas UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) DP3AKB Balikpapan. Psikolog UPTD PPA Nurul Mahmudah Umar bersama staf lainnya mencoba mengalihkan perhatiannya.
Mereka menghibur balita ini dengan menyuguhkan tontonan Avatar dan Upin Ipin, series hiburan favorit anak seusianya. Sekotak susu cokelat, wafer, dan roti sudah habis menemani Azka yang bermain handphone. Melihat sang bocah mulai bosan menonton, gim daring menjadi hiburan selanjutnya.
Setelah itu, Azka diajak untuk menggambar. Opsi hiburan di dalam ruangan tersebut memang terbatas. Sehingga psikolog berusaha mencari cara untuk menghiburnya. Ketika disuruh menggambar, Azka memilih menulis huruf hijaiah atau alfabet Arab.
Psikolog tetap mendampingi sembari mengajak Azka berbincang agar dia terus teralihkan. Tujuannya agar tidak mengingat kejadian yang baru menimpanya. Azka pun pandai bercerita. Dia selalu menjawab berbagai pertanyaan yang disampaikan psikolog. Sekali lagi, cara ini untuk mengalihkan perhatiannya. “Aku besok mau pergi ngaji,” tuturnya.
Dalam sela-sela obrolan, dia bercerita bagaimana kondisinya di dalam mobil nahas tersebut. Kejadian ini berulang kali. Saat asyik bermain dan bercerita, tiba-tiba dia kembali menuturkan kondisi kecelakaan.
“Ban sudah kempes, mobilnya rusak. Aku mau keluar tapi tidak bisa. Kacanya tidak bisa terbuka, pintunya. Untungnya ada Pak Ustaz yang gendong,” ujarnya. Itu yang kerap dia ucapkan. Ketika memori itu muncul, psikolog segera mengalihkan perhatian dengan mengajak ngobrol dan makan.
Setelah beragam permainan, Azka merasa lelah dan tertidur di atas meja sekitar pukul 12.00 Wita. Dia yang didampingi tiga orang dari UPTD PPA cukup lama berada di dalam ruangan tersebut. Mereka sambil menunggu kepastian kerabat Azka yang akan menjemput.
Setelah kejadian, Azka sempat bertemu teman orangtuanya yaitu Afifah Nursadilah yang menjenguk ke Klinik Ibnu Sina. Perempuan yang akrab disapa Dila ini sudah tidak asing untuk Azka. Bahkan saat Dila berkunjung, dia langsung mengenali dan sempat bercerita tentang kondisinya.
Kepada Kaltim Post, Dila mengaku sangat mengenal keluarga M Yamin tersebut. Mereka saling kenal karena berada dalam perkumpulan komunitas suku Bima, tepatnya Ikatan Keluarga Bima Dompu (Ikabido). Mereka sudah akrab karena kerap bertemu dalam acara komunitas tersebut.
Dia mengatakan, Yamin merupakan staf manajemen di Plaza Mulia Samarinda. Sedangkan istrinya, Marwiah, merupakan pedagang di pasar malam. Mereka tidak punya keluarga kandung di Kota Beriman. Namun, Dila dan keluarga Yamin sering jalan bersama jika ada acara.
Apalagi mereka sama-sama berdomisili di Samarinda. Terakhir bertemu beberapa bulan yang lalu saat menghadiri acara pernikahan di Samboja, Kukar. Saat ini, Dila sedang menjalani pendidikan di Balikpapan selama tujuh bulan terakhir. Dia tidak mengetahui jika Yamin berada di Balikpapan.
“Tahunya dapat info kalau ada kecelakaan,” ungkapnya. Kabar kecelakaan ini bermula dari teman yang berprofesi sebagai polisi. Dila juga mendapat informasi dari grup WhatsApp kerukunan warga Bima, bahwa salah satu korban bernama Yamin.
“Saya hubungi mama untuk memastikan bahwa ini Om Yamin yang saya kenal. Mama mengatakan benar dan minta saya cek langsung,” bebernya. Dia kali pertama menuju RS Dr Kanujoso Djatiwibowo mencari keberadaan keluarga Yamin. Di sana bertemu polisi dan dokter.
“Saya lihat Om Yamin sedang ditangani dan memakai bantuan oksigen. Saya hanya melihat dari jauh, tidak sempat komunikasi langsung,” ujarnya. Saat itu, dia berpikir untuk mencari anak korban. Polisi mengabarkan bahwa Azka berada di Klinik Ibnu Sina. Dila segera menyusul dan tiba sekitar pukul 09.00 Wita.
Sementara itu, Kepala UPTD PPA Esti Santi Pratiwi mengungkapkan, pihaknya segera turun ke lokasi saat mengetahui ada seorang anak yang menjadi korban lakalantas tersebut. Dia mengakui, bocah ini masih trauma karena ingatan kejadian masih terngiang-ngiang.
“Awal bertemu tadi pupil matanya masih kosong,” sebutnya. Tim PPA mencoba menghibur. Azka mulai merasa tenang, dia terhibur dan dapat berbicara. Setelah kondisi enak, dia bisa mengobrol dan bercerita. Termasuk ingatan tentang kejadian nahas di dalam mobilnya.
“Ketika dia ingat, kami alihkan. Mereka ingatannya kuat apalagi usia golden age,” tuturnya. Esti menyebutkan, pihaknya akan mendampingi selama anak berada di Balikpapan. Selanjutnya ketika sudah dibawa pulang oleh keluarga ke Samarinda, psikolog dari PPA Samarinda yang akan bertugas mendampingi.
Sebelum itu, pihaknya tentu akan memberi tahu bagaimana kondisi Azka selama di Balikpapan dan pendampingan seperti apa yang telah dilakukan. “Kami sudah koordinasi dengan tim di Samarinda, tetap lanjut karena anak ini butuh pendampingan,” katanya.
Psikolog UPTD PPA Balikpapan Nurul Mahmudah Umar mengatakan, saat awal bertemu Azka berada dalam kondisi fisik yang aman. Tidak ada ditemukan darah ataupun pingsan. Hanya saja Azka belum fokus. Setelah beristirahat dan tenang, mulai ada perubahan.
Namun, dia masih terus mengingat kembali ke kejadian seperti terguling. Sehingga tentu butuh pendampingan. “Dia ingat kejadian terguling, ayah berdarah, ban kempes, kaca tidak terbuka,” sebutnya. Nurul mengatakan, jelas kondisi ini menunjukkan bahwa Azka masih terguncang.
Apalagi kecelakaan baru saja terjadi dan otomatis ingatannya masih sangat kuat. “Makanya sangat diperlukan untuk pendampingan psikologis,” ucapnya. Azka tidak mengetahui secara spesifik bagaimana kondisi orangtuanya. Tetapi dia sadar dan tahu jika orangtuanya sakit.
“Kami berharap selama orangtuanya masih berada di rumah sakit, tidak usah dibawa ke sana. Kecuali memang ada permintaan atau pihak rumah sakit membutuhkan akan berbeda lagi,” bebernya. Kanit PPA Polresta Balikpapan Ipda Iskandar Ilham menyebutkan, kondisi Azka stabil dan bisa dibawa pulang oleh keluarga.
“Tinggal kontrol saja, selanjutnya penyerahan anak kami sudah koordinasi dari UPTD PPA Balikpapan, PPA Polresta Balikpapan, dan rumah sakit,” imbuhnya. Selama di Balikpapan nanti tetap dikontrol dalam praktik konseling. Selanjutnya nanti pendampingan berjalan lagi di Samarinda untuk pemulihan kondisi.
TAK MAMPU EVAKUASI KORBAN
Sekitar pukul 06.00 Wita, Jumat (21/1), Amin meninggalkan rumah. Menjalani rutinitasnya berbelanja di Pasar Pandansari, Balikpapan Barat. Kemarin tampak seperti hari biasa baginya. Sampai ia selesai berbelanja dan akan pulang.
Tepat di depan gedung MTs 1 Balikpapan, sebuah hantaman keras terdengar. Menyusul teriakan bersahut-sahutan menyebutkan nama Tuhan.
Anehnya, lampu yang berubah merah tanda kendaraan harus berhenti, malah diterobos pengendara. Pria yang berprofesi sebagai permak pakaian di Simpang Muara Rapak itu, semakin kebingungan. Namun, dia mengikuti arus kendaraan yang terus jalan lurus melewati lampu merah.
Tercengang. Tepat di bundaran Simpang Rapak, Amin melihat kepanikan menguar. Beberapa orang tergeletak di jalan raya. Penuh luka dan darah. Beberapa lainnya, sibuk mengevakuasi korban. Tak sedikit pula motor dan mobil yang sudah tidak berbentuk. Yang bagian-bagiannya pun hancur berserakan di aspal.
“Melihat itu saya lemas. Mau menolong tapi badan tidak bisa bergerak,” terangnya mengingat kejadian itu. Dia sempat berbicara dengan salah seorang korban. Menanyakan kendaraan yang menyebabkan kecelakaan terjadi. Si pria berbaju putih mengiakan, ketika Amin menyebut mobil tronton.
Setelah korban selamat itu mengungsi ke salah satu toko, Amin melihat sekeliling. Memastikan berapa orang yang terkapar. Tak kurang tujuh orang yang ia lihat terluka parah. “Bahkan ada perempuan baju merah yang biji matanya terkeluar,” ungkapnya merinding.
Meski menyaksikan semua proses evakuasi, pria 55 tahun ini mengaku tak berani menyentuh satu korban pun. Bahkan tidak berani turun dari motor.
Pasalnya, trauma menghantuinya. Kejadian pada 2008 silam di Jalan Cemara, membuatnya ketakutan. Dia juga menjadi salah satu korban kecelakaan maut, yang menyebabkan delapan orang meregang nyawa.
Amin, terluka parah dengan luka sobek di bawah ketiak, dan patah di jari kelingking kiri. Kejadian nahas yang menimpanya itulah yang membuatnya tak bisa bergerak dan memilih pulang ke rumah.
Baru sekitar pukul 08.00 Wita, dia membuka lapak permaknya, tepat di Simpang Rapak, seberang Masjid Al-Munawwar. Yang suasananya masih ramai dengan puing-puing kendaraan dan kerumunan warga yang menonton. Juga, petugas yang tengah melakukan olah TKP.
Bekerja sebagai penjahit di lokasi tersebut sejak 2018, membuat pria kelahiran Balikpapan itu menyaksikan lakalantas yang kerap terjadi. Khusus di simpangan tersebut, menurutnya ini yang terparah.
“Saya berharapnya ada tindakan dari pemerintah. Kalau bisa, kendaraan bermuatan besar itu dibuatkan jalan sendiri. Karena ini sudah sering terjadi. Dan harusnya tidak terulang,” pungkas Amin. (dwi/k8)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post