Oleh:
N Yahya Yabo
Pegiat Sastra dan Teater
Sejarah pasti akan selalu diingat bahkan akan selalu diperiingati. Kita sudah tahu semua bahwa bulan Agustus 1945 bangsa ini telah merdeka dan kita selalu memperingati Hari Kemedekaan pada tanggal 17 Agustus. Pada tanggal itu presiden pertama Indonesia Ir Soekarno didampingi Drs Muh Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia dengan membacakan Teks Proklamasi di depan masyarakat Indonesia.
Tahun itu menjadi tahun keemasan bagi Indonesia yang telah berjuang untuk merebut kemerdekaan dari Jepang. Itulah semangat dan cita-cita rakyat Indonesia saat itu, menjadi bangsa yang mandiri dan merdeka dari penjajahan. Dua tahun setelah itu, Belanda masih ingin menguasai Indonesia dengan cara agresi militer Belanda II pada tahun 1947.
Perjuangan para pahlawan revolusioner tidak berhenti di situ saja. Saat Indonesia sudah merdeka 20 tahun, pada bulan September tahun 1965 terjadi pergolakan antar pemerintah dan partai. Munculnya pergolakan ini dikarenakan ada hal yang menjadi dua kekuatan yang saling beradu, yaitu pihak partai dan Aparatur Negara.
Bukan ingin membahas tentang apa yang terjadi, tapi bagaimana era genenerasi sekarang yang sampai saat ini masih ‘kabur sejarah’ dalam artian apa yang benar-benar terjadi pada tahun itu.
Dari sejarah-sejarah yang dipelajari bahwa saat itu terjadi ‘Penghianatan G 30S/PKI’ pada pemerintah pada bulan September. Hal yang ingin ditekankan adalah bahwa ketika sebelumnya bulan Agustus masyarakat Indonesia sedang memperingati hari kemerdekaan, maka setelah itu saat bulan September justru kita juga harus mengingat ulang sejarah peristiwa kejam yang pernah terjadi di negeri ini.
Saat semangat kemerdekan masih mengalir di bulan Agustus, tapi ketika memasuki bulan September kita selalu diingatkan dengan apa yang pernah terjadi pada sejarah negeri ini. Kita tidak bisa memungkiri akan sejarah ini. Bahkan di era pemerintahan ini kita kedepannya akan selalu disuguhkan dengan pemutaran film mengenai sejarah silam.
Pemimpin negeri ini telah menghimbau untuk memutar film tersebut dan menontonnya secara bersama bahkan wacana yang berkembang film mengenai sejarah ini akan ‘dibuat’ ulang. Film yang dulunya masih dianggap sebagai buatan dari pemimpin yang berkuasa saat itu.
Terlepas dari apa akan diubah dan tidak isi dari film itu? kita akan selalu mengingat bentuk kekejaman yang terjadi pada bulan September setelah bulan Agustus bulan kemerdekaan, seakan kita akan selalu memperingati bahwa pada bulan September itulah terjadi pengulangan sejarah. Peringatan itu akan menjadi peringatan seremonial saat suka cita bulan kemerdekaan akan disambut dengan duka cita bulan kekejaman. (***)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: