SAMARINDA – Sebagian besar pembudi daya ikan air tawar di Kaltim selalu kesulitan mendapatkan benih ikan. Selain itu, harga benih ikan air tawar tergolong mahal. Kondisi tersebut tentu saja membuat para pembudi daya mendapatkan keuntungan yang kecil pada saat memanen dan menjual ikan hasil budi dayanya.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kaltim, Nursigit, belum lama ini. Kata dia, persoalan tersebut sudah mendapat kajian serius di Organisasi Perangkat Daerah (OPD) tersebut.
“Ada beberapa kolam yang kami sediakan untuk mengembangkan benih ikan air tawar. Setiap kolam terisi puluhan ribu benih. Jika dikelola dengan baik, maka dapat membantu para pelaku usaha perikanan,” sebutnya.
Setelah benih tersedia, kelompok pembudi daya dapat mengajukan permohonan untuk mendapatkan benih. Kelompok dapat berasal dari masyarakat umum dan mahasiswa. “Siapa saja bisa mendapatkan benih itu. Asal memenuhi syarat saja,” tutur Nursigit.
Setiap tahun, benih yang dihasilkan dapat dikembangkan sebanyak empat kali. Pembagian benih pada para pelaku usaha dilakukan setiap tiga bulan sekali. Kemudian setelah benih dibagikan, benih baru dimasukkan lagi di kolam.
Siklus tersebut terus dijalankan demi memenuhi kebutuhan benih para pembudi daya ikan. Tujuan lain, program itu diharapkan dapat menutupi kebutuhan konsumsi dan ekspor ikan di Kaltim.
“Selain untuk dibagikan kepada kelompok pembudi daya ikan air tawar, benih ikan itu untuk komoditas tertentu yang dapat diekspor. Setidaknya ada 25 jenis ikan air tawar yang tersedia,” ungkapnya.
Di antara komoditas unggulan di Kaltim yakni ikan nila, patin, emas, dan lele. Komoditas tersebut selain memiliki nilai ekspor, juga sangat dibutuhkan oleh masyarakat Kaltim. Terbukti setiap tahun konsumsi terhadap beberapa jenis ikan tersebut kian meningkat.
“Program ini supaya meningkatkan produksi perikanan di Kaltim. Kami ingin memberikan kontribusi bagi pengembangan ikan khas lokal. Apalagi sekarang Kaltim sudah memiliki tujuh PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan) untuk menunjang pendaratan ikan,” ungkapnya.
Diharapkan dengan adanya peningkatan jumlah benih ikan, tujuh PPI yang tersebar di Penajam, Balikapapan, Samarinda, Kutai Kartanegara, Bontang, Kutai Timur, dan Berau itu dapat diisi dengan ikan yang dikembangkan pelaku usaha lokal.
Jenis ikan lain yang dibudidayakan yakni ikan tebelak. Ikan tersebut tercatat sebagai komoditas lokal yang banyak dikonsumsi masyarakat Kutai Barat (Kubar). Ikan tebelak tergolong memiliki nilai jual tinggi.
“Program ini telah mendapat bantuan dari pemerintah pusat. Di 2018 ini dianggarkan Rp 2 miliar melalui DAK (Dana Alokasi Khusus). Anggaran kami alokasikan secara bertahap setiap triwulan sekali,” ungkapnya. (*/um)