Dian eliasari, S.KM
Pendidik
“Menjalankan demokrasi tidak dapat dilakukan dengan membangun jalan tol, tapi dengan membangun jalan pikiran.”
Kalimat di atas adalah petikan dari kata-kata yang diucapkan seorang dosen Fakultas Ilmu Budaya UI, Prof. Rocky Gerung dalam acara ILC tv one pada tanggal 13 februari 2018. Namun ternyata bukan hanya beliau yang pertama kali mengatakan tentang perubahan pemikiran sebagai cara mengeluarkan manusia dari permasalahan hidup dan menjalankan sistem kehidupan bernegara.
Syeikh Taqiyuddin An Nabhani (pendiri partai Politik HT) dalam buku Nizhomul Islam telah menjelaskan, bahwa bangkitnya umat manusia terjadi ketika ia mampu memikirkan tentang alam semesta, manusia, dan kehidupan, interaksi yang terjadi diantara ketiganya, serta hubungannya dengan zat yang menciptakan dan mengatur ketiganya (Allah Swt.)
Dalam hal ini Allah Swt tidak hanya berperan sebagai pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan, tapi juga menyiapkan aturan (Al Qur’an) agar ketiganya berjalan secara seimbang dan teratur. Selain itu Allah Swt. Juga telah memilih seorang utusan dari kalangan manusia (Nabi sekaligus Rosul Saw.) yang menjelaskan serta mencontohkan bagaimana pengaturan yang telah ditetapkan Allah Swt di bumi.
Hari ini kita menyaksikan berbagai macam problematika umat terjadi di Indonesia dan di seluruh dunia Islam. Mulai masalah ekonomi (kemiskinan, pengangguran, riba, expor impor, industri, dll), politik (KKN, money politik, intervensi asing, dll), sosial (KDRT, pornoaksi, pornografi, LGBT, pedofil, pelakor, dll), pendidikan (kekerasan terhadap guru dan siswa, tawuran antar pelajar, dll) serta masalah pembantaian terhadap umat Islam yang tak henti-hentinya terjadi di negeri-negeri muslim timur tengah (sudan, suriah, iran).
Jika dicermati, semua permasalahan yang ada merupakan rangkaian interaksi yang terjadi antara manusia, alam semesta, dan kehidupan. Namun terjadi ketidak seimbangan dalam interaksi tersebut, sehingga terjadi masalah yang kompleks dan menjadikan kita kesulitan untuk menemukan jalan keluar dari permasalahan yang ada.
Sebagai umat Islam yang menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup, Allah Swt sudah menjelaskan siapa dan apa yang menjadi sumber penyebab kerusakan yang ada.
Dalam QS. Ar-Rum: 41
“Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan ulah (perbuatan) tangan manusia”.
Selain itu dalam QS. Al-Maidah: 50
“Apakah hukum jahiliyah yang kalian kehendaki? Siapakah yang lebih baik hukumnya dari hukum Allah Swt. bagi orang-orang yang yakin”.
Dari sini maka jelaslah bahwa segala kerusakan yang terjadi di bumi ini adalah karena manusia yang tidak mau menjadikan hukum dari Allah Swt. untuk mengatur kehidupannya, tapi menggunakan hukum jahiliyah (jahiliyah modern). Demikianlah realitas yang terjadi di Indonesia. Sistem (aturan) yang dijadikan untuk mengatur kehidupan kita saat ini adalah sistem demokrasi kapitalis.
Demokrasi dengan asasnya ‘dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat’ memberikan hak kepada manusia untuk membuat aturan/hukum melalui lembaga eksekutif yaitu DPR, bahkan ketika hukum itu bertentangan dengan hukum Allah Swt. Padahal hak membuat hukum itu adalah milik Allah Swt (QS. Al-An’am: 57). Oleh karena itu siapa saja yang berhukum kepada selain (Hukum) yang diturunkan Allah Swt. maka ia telah kafir. (QS. Al-Maidah: 44)
Kapitalisme menjadikan kekayaan dan kesejahteraan hanya milik orang-orang yang mempunyai modal (kapital) saja. Sehingga dengan uangnya mereka mampu menguasai sumber daya alam dan para pembuat hukum (penguasa), agar mereka membuat kebijakan yang menguntungkan para pemilik modal.
Serta sekularisme, yaitu memisahkan agama (aturan Allah Swt.) dari kehidupan, kemudian menggunakan Liberalisme (kebebasan) dan HAM yang menjadi standar perbuatan masyarakat. Maka wajarlah jika yang lahir dari sistem ini adalah kerusakan.
Oleh karena itu, untuk keluar dari permasalahan sistemik ini adalah dengan membangun jalan pikiran kita, yaitu berusaha untuk mengganti sistem demokrasi buatan manusia dengan aturan buatan pencipta (Allah Swt.) yaitu syariat Islam. Karena selain sebagai agama ritual, Islam juga sudah lengkap dengan aturan (syariat) untuk mengatur kehidupan manusia dengan Tuhannya, dirinya sendiri, dan orang lain (lingkungannya). Penerapan aturan Islam juga akan memberi rahmat dan keberkahan serta mengembalikan keseimbangan alam semesta, manusia, dan kehidupan.
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya: 107). (*)
Wallahu A’lam
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: