BONTANG – Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni meminta standar operation procedure (SOP) dalam setiap menangani permasalahan sosial. Salah satu yang harus segera dibuat SOP yakni penanganan kenakalan remaja dengan minuman oplosan seperti koteng dan aldo.
“Pokoknya dinas terkait harus bikin SOP supaya Bontang bisa zero alkohol,” jelas Neni, Kamis (20/12) kemarin.
Menurutnya, masalah kenakalan remaja seperti itu mudah diselesaikan jika semua pihak berkomitmen memberantasnya. Apalagi, di Bontang sudah terdapat rumah singgah dengan 25 pintu yang hanya satu-satunya di Indonesia. “Bunda ingin anak-anak yang awalnya pecandu ngoteng dan ngaldo dibina sesuai SOP yang dibuat hingga benar-benar sembuh. Termasuk penguatan ke orang tuanya,” kata Neni.
Ditambahkan Pendamping dari 10 mahasiswa PTIK yang melakukan penelitian terkait minuman oplosan Kombes Pol Dwiono mengatakan mahasiswa angkatan 75 telah melaksanakan pengabdian masyarakat. Di mana kegiatan serupa terlaksana di Kaltim dan Riau. Untuk Kaltim meliputi Bontang, Tarakan, Kutim, dan Paser. “Kami angkat masalah miras oplosan koteng dan aldo melihat fakta yang ada cukup banyak di Bontang,” ujarnya.
Dari beberapa agenda yang dilakukan para mahasiswa PTIK di antaranya FGD, penyuluhan di sekolah, mengunjungi karang taruna, rumah singgah, serta penyuluhan di radio dan televisi. Setelah mengetahui identifikasi yang ada, pihaknya memberikan saran dan solusinya. “Penanganan utama mengurangi miras oplosan yakni pemerintah harus membuat SOP, karena diperlukan anggota di lapangan. Baik dinas terkait, kepolisian, TNI, Babinsa, Bhabinkamtibmas,” bebernya.
Terkait penjualan bebas alkohol 70 persen, Dwiono menyarankan wali kota untuk membuat Perwali barang beredar. “Jangan sampai peredaran alkohol hingga 70 persen baik itu di toko kelontong, juga kaki lima,” pungkasnya. (mga)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post