Bontangpost.id
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Rabu, 3 Maret 2021
  • Home
  • Bontang
  • Kaltim
  • Nasional
  • Advertorial
    • Advertorial
    • Pemkot Bontang
    • DPRD Bontang
  • Ragam
    • Infografis
    • Internasional
    • Olahraga
    • Feature
    • Resep
    • Lensa
  • LIVE
Bontangpost.id
  • Home
  • Bontang
  • Kaltim
  • Nasional
  • Advertorial
    • Advertorial
    • Pemkot Bontang
    • DPRD Bontang
  • Ragam
    • Infografis
    • Internasional
    • Olahraga
    • Feature
    • Resep
    • Lensa
  • LIVE
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Bontangpost.id
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Home Catatan Dahlan Iskan

Kalung dan Sepatu di Depan Pintu

Reporter: BontangPost
Sabtu, 1 September 2018, 09:15 WITA
dalam Dahlan Iskan
3 menit dibaca
Merelakan Ditinggal Anak, Cucu, Menantu

Dahlan Iskan

Scan MeShare on FacebookShare on Twitter

Oleh: Dahlan Iskan

 

Ini lagi musim panas di Tiongkok. Tapi saya kedinginan. Di atas ketinggian 4.200 meter ini. Di pegunungan suku minoritas Sichuan ini.

 

Tapi ada kambing goreng. Ada sop iga sapi. Ada mie kuah panas. Perut bisa terasa hangat.

 

Ups… Ada foto Mahathir Muhamad. Bersama istri. Di restoran Muslim ini. Di dusun Aba. Kecamatan Huang Long. Yang begitu terpencil di ketinggian. Inilah sisi timur pegunungan Himalaya. Timur jauh.

 

Saya juga dikira dari Malaysia. Disuguhi makanan yang disukai foto di dinding itu. Yang ke restoran ini tahun 2006 itu.

Kambing gorengnya istimewa. Menggorengnya. Maupun bumbunya.

 

Sop iganya luar biasa. Dari sapi yang tidak biasa. Yang bulunya begitu banyaknya. Menjuntai sampai seperti tirai.

Itulah sapi lokal. Berwarna hitam. Disebut mao niu. 牦牛. Yang bisa hidup di ketinggian segitu. Dengan kedinginan segitu. Yang tidak mungkin sapi biasa, bisa berjaya.

 

Saya ditemani anak muda. Ada kalung emas di lehernya. Ada senyum ceria di wajahnya. Selalu. Namanya Abu. “Kami tidak punya marga,” kata Abu.

Baca Juga:  Pedicure Terpaksa

 

Di Tiongkok orang selalu menyebutkan marga. Saat pertama berjumpa. Atau bertanya marganya apa. Bila ingin tahu nama kenalan barunya. “Saya orang Hui,” kata Abu.

 

Dengan menyebut dirinya Hui, Abu ingin bicara dua. Sukunya Hui. Agamanya Islam.

 

Di Tiongkok suku Hui pasti beragama Islam. Orang Islam pasti dari suku Hui.

 

Memang ada suku lain yang mayoritas beragama Islam. Yakni suku Uyghur. Di propinsi Xinjiang. Tapi mereka menyebut diri bukan huaren –bukan orang Tionghoa.

 

Abu lantas membawa kami ke rumah lain. Ke penduduk suku Changzu. Juga minoritas. Di pegunungan yang sama tinggi dengan Jayawijaya itu.

 

Makanan yang disajikan juga sama: sapi bulu, kambing, ayam dan sedikit sayur. Tidak banyak jenis sayur yang bisa ditanam di situ.

 

Rumah ini sudah mirip tujuan wisata. Yang dijalankan oleh 11 bersaudara. Semuanya bisa menari. Tari Changzu. Bisa menyanyi. Lagu apa saja. Saudara ke-6-nya bahkan lagi masuk final. Di Beijing. Suaranya enak sekali.

Baca Juga:  Menuju Nihi Watu

Didemokan di depan kami.

 

Kesebelasan itu juga bisa masak. Yang disajikan itu.

Yang menari, yang menyanyi,

yang masak dengan api, semuanya sama.

 

Ibunya satu. Ayahnya lima.

Semua ada di dalam satu rumah itu.

 

Memang begitu: wanita Changzu boleh punya suami lebih dari satu. “Kami tidak saling tahu yang mana ayah kami,” katanya.

 

Mereka juga tidak peduli. Tidak pernah mencari. Yang mana pun ayahnya sama. Mereka bersaudara.

Asal para suami itu kakak-adik. Tapi jarang yang poliandri seperti itu. Yang lebih banyak adalah poligami: laki-laki punya istri lebih dari satu.

 

Syaratnya sama: para istri itu harus bersaudara. Kakak beradik.

 

Ada yang istrinya sampai lima. Berarti lima bersaudara. Tinggal di satu rumah.

 

Kalau malam para istri harus tahu: ada kalung siapa di pintu. Yang disangkutkan di pintu. Berarti si pemilik kalung ada di dalamnya. Istri lain tidak akan memasukinya. Mereka rukun.

 

Begitu pula untuk yang banyak suami. Juga harus tahu: ada sepatu siapa di depan pintu. Suami lain tidak akan ke situ.

Baca Juga:  Move On

Mereka menceritakan itu dengan terbuka. Bukan suatu rahasia. Atau hal yang tercela. Itu budaya warisan. Yang mereka pelihara.

 

Ketegangan tidak terjadi. Di rumah itu. Kata mereka. Adat mengajarkan tidak banyak kata. Terutama bagi wanita. Di depan pria. Atau anak-anak. Di depan yang dewasa. Anak muda. Di depan yang tua.

 

Hasil usaha 11 bersaudara itu tidak dibagi. Dipakai kecukupan bersama. Rumah, makan, pakaian, dan keperluan harian lainnya.

 

Kalau ada kelebihan diserahkan ke pagoda. Ke klenteng suku Changzu. Yang ahongnya (kyainya) mereka junjung tinggi.

 

Semua gunung itu milik mereka. Semua alam itu milik mereka. Tidak perlu rakus. Suku ini kecil sekali. Penduduk sedikit sekali. Alamnya begitu luas. Air terjunnya di mana-mana.

 

Tidak khawatir tidak bisa makan. Tidak perlu jas dan dasi. Kuda bisa membawa mereka pergi. Terasa damai. Di pegunungan ini. (dahlan iskan)



Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:


Saksikan video menarik berikut ini:

Tags: dahlan iskan
Print Friendly, PDF & Email
PindaiBagikan11Tweet7Kirim

Dapatkan informasi terbaru langsung di perangkat anda. Langganan sekarang!

Berhenti Berlangganan

Komentar Anda

Related Posts

Menang Nirkuasa

Menang Nirkuasa

Jumat, 10 Mei 2019, 06:17 WITA
Bagaimana Menjaring Orang Mampu

Dokter Cerai

Kamis, 9 Mei 2019, 06:00 WITA
Kursi Roda

Kursi Roda

Selasa, 7 Mei 2019, 06:43 WITA
37 Derajat

37 Derajat

Senin, 6 Mei 2019, 05:57 WITA
Orang Suci

Orang Suci

Minggu, 5 Mei 2019, 12:01 WITA
Jantung Bocor

Jantung Bocor

Sabtu, 4 Mei 2019, 13:05 WITA
Postingan Selanjutnya
Tahun Ini, 13 Program Pamsimas Dikerjakan

Tahun Ini, 13 Program Pamsimas Dikerjakan

  • Terpopuler
  • Komentar
  • Terbaru
Anak 16 Tahun di Selambai Duel dengan Buaya

Anak 16 Tahun di Selambai Duel dengan Buaya

Rabu, 24 Februari 2021, 23:00 WITA
Pemotor yang Terlindas Pick-Up Meninggal Dunia

Pemotor yang Terlindas Pick-Up Meninggal Dunia

Rabu, 24 Februari 2021, 19:15 WITA
Titik Nol Tol Samarinda-Bontang Masih Rahasia

Penyusunan Amdal Jalan Tol Samarinda-Bontang, 50 Peserta Lelang Ambil Bagian

Selasa, 23 Februari 2021, 10:00 WITA
Jual Sabu, Penjual Ikan Ditangkap di Rusunawa Api-Api

Jual Sabu, Penjual Ikan Ditangkap di Rusunawa Api-Api

Kamis, 25 Februari 2021, 09:51 WITA
Kisah Cinta Berakhir di Penjara, Aniaya Pacar karena Tak Diberi Password HP

Kisah Cinta Berakhir di Penjara, Aniaya Pacar karena Tak Diberi Password HP

Kamis, 25 Februari 2021, 15:10 WITA
Duet Sasmito-Ika Pimpin AJI Indonesia

Duet Sasmito-Ika Pimpin AJI Indonesia

Rabu, 3 Maret 2021, 09:00 WITA
Dinilai Membahayakan, Komisi III DPRD Tinjau Pagar Beton Penyangga di Eks Hotel Atlet Bontang

Dinilai Membahayakan, Komisi III DPRD Tinjau Pagar Beton Penyangga di Eks Hotel Atlet Bontang

Rabu, 3 Maret 2021, 08:00 WITA
Buaya 3 Meter yang Serang Remaja di Selambai Dievakuasi BKSDA

Buaya 3 Meter yang Serang Remaja di Selambai Dievakuasi BKSDA

Rabu, 3 Maret 2021, 06:29 WITA
Presiden Cabut Perpres Minuman Keras

Presiden Cabut Perpres Minuman Keras

Selasa, 2 Maret 2021, 21:14 WITA
Pedagang Pasar Citra Mas Tagih Janji Pemkot Dirikan Lapak Darurat

Pedagang Pasar Citra Mas Tagih Janji Pemkot Dirikan Lapak Darurat

Selasa, 2 Maret 2021, 20:00 WITA
  • Indeks Berita
  • Redaksi
  • Mitra
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber
  • Pedoman Pemberitaan Ramah Anak
  • Kontak
Iklan dan Marketing: (0548)20545

© 2019 Bontangpost.id. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Bontang
  • Kaltim
  • Nasional
  • Advertorial
    • Advertorial
    • Pemkot Bontang
    • DPRD Bontang
  • Ragam
    • Infografis
    • Internasional
    • Olahraga
    • Feature
    • Resep
    • Lensa
  • LIVE

© 2019 Bontangpost.id. All Rights Reserved.