SAMARINDA – Penyelidikan terhadap meninggalnya Muhammad Riharza (38), salah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kaltim, akibat dipukul menggunakan palu oleh seorang pria yang bernama Saripuddin, Senin (16/7) masih menyisakan tanya. Pasalnya, kepolisian belum dapat menelusuri motif di balik pembunuhan yang dilakukan pria berusia 52 itu. Lantaran yang bersangkutan diduga stres atau mengalami gangguan kejiwaan.
Kapolres Samarinda, Kombes Pol Vendra Riviyanto mengatakan, untuk saat ini pihaknya masih melakukan penjagaan di RSUD AW Syahrani tempat pelaku menjalani operasi. Setelah sebelumnya mendapatkan tembakan timah panas dari petugas kepolisian.
Kata dia, saat ini pelaku sudah sadar secara medis. Namun untuk pemeriksaan lebih lanjut oleh pihaknya masih menunggu hasil pengecekan lebih lanjut dari pihak rumah sakit. Walaupun begitu, jika nantinya pelaku terbukti bersalah, maka yang bersangkutan dapat dijatuhi hukuman penjara.
“Saat ini kami masih menunggu proses penyembuhan lukanya dulu. Setelah itu, akan kami bawa ke RSKD Atma Husada guna menjalani observasi kejiwaan. Dan kalau sudah memenuhi syarat maka akan di pidanakan,” tutur Vendra, Selasa (17/7) kemarin.
Melihat gerak-gerik pelaku, Vendra pun berpendapat ada kemungkinan pelaku mengalami gangguan perilaku seperti skizofernia. Hal ini dikarenakan pelaku merasa seperti dikejar-kejar orang. Inilah yang membuatnya panik ketika melihat kepadatan lalu lintas dan menyerang orang-orang di sekitarnya.
Diakui Vendra, sebelumnya pelaku pernah berurusan dengan pihak berwajib. Namun ia pun belum mengetahui secara pasti terkait kasus apa. “Sebelumnya pelaku pernah ditahan di Polsek Samarinda Ilir, namun untuk mengetahui lebih jelas, bisa ditanyakan langsung kepada petugas di sana,” kata dia.
Terpisah, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Samarinda, Ridwan Tassa, memiliki pendapat yang berbeda tentang kondisi kejiwaan pelaku. Ia menuturkan bahwa pelaku pembunuhan PNS golongan IIIB itu sebenarnya tidak gila, melainkan hanya mengalami stres.
Hal itu ia ketahui setelah mengirim petugas Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) untuk memverifikasi data pelaku yang ditenggarai mengalami gangguan jiwa tersebut.
“Kebetulan saat kejadian itu, saya juga berada di sekitar tempat kejadian. Saya langsung memanggil petugas TKSK. Dari hasil verifikasi itu, dikatakan dia tidak gila. Hanya mengalami stres karena sebelumnya dituduh mencuri,” tutur Ridwan saat disambangi awak media di kantornya di Jalan Dahlia.
Ia juga meyakinkan, bahwa pelaku sudah sadar dan merasa menyesal akan apa yang telah ia perbuat. Apalagi setelah mengetahui korban yang ia renggut nyawanya juga memiliki istri dan anak.
Berkeliarannya Saripuddin dengan palu di tangannya diketahui karena ia bekerja sebagai tukang bangunan yang berlokasi di depan kantor korban. Oleh karena itulah, ia memukuli orang di sekitarnya menggunakan alat bangunan itu.
“Makanya kami anggap dia tidak gila. Hanya saja pada saat itu jiwanya sedang labil dan panik melihat keramaian lalu lintas di kawasan itu. Jadi, kasus ini harusnya diserahkan kepada Dinas Kesehatan untuk memeriksa kembali kejiwaanya,” ujarnya. (*/dev)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post