Makanan olahan memang enak untuk dikonsumsi. Seberapa sering Anda mengonsumsi nugget, sosis, kornet, dan makanan olahan lainnya? Makanan olahan memang wajar dikonsumsi, terlebih bagi Anda yang tak sempat memasak di tengah kesibukan. Namun, segala sesuatu yang dikonsumsi berlebihan tentunya tidak baik. Sebab, dari sisi kesehatan, makanan olahan bisa berpotensi menambah berat badan sehingga memicu risiko penyakit.
Dilansir dari Live Strong, Jumat (28/6), Ahli Gizi dan Pemilik Rise Up Nutrition Lindsey Pfau menjelaskan efek negatif dari makanan olahan disebabkan karena adanya zat tambahan dan bahan kimia yang digunakan untuk meningkatkan rasa serta warna.Terlebih untuk memperpanjang umur simpan.
Makanan olahan tidak hanya mengandung bahan kimia tetapi juga kadar tinggi natrium, lemak jenuh, dan lemak trans. Sedangkan karbohidrat hanya sedikit. Tidak ada serat yang menyehatkan jantung.
“Penyebabnya pengawet, gula, dan garam yang tinggi dan harus dihindari. Sebab ada banyak risiko yang bisa disebabkan makanan olahan,” jelasnya. Setidaknya ada 5 risiko jika terlalu sering mengosumsi makanan olahan.
1. Obesitas
Penelitian memang belum dengan jelas menyimpulkan bahwa makanan olahan secara langsung menyebabkan obesitas. Tetapi memang ada hubungan antara mengonsumsi makanan olahan terlalu sering dengan kenaikan berat badan.
Analisis Desember 2017 yang diterbitkan dalam Current Obesity Reportsmenunjukkan bahwa empat dari lima studi yang ditinjau menyimpulkan bahwa konsumsi makanan olahan dapat meningkatkan risiko obesitas, sindrom metabolik, dan tekanan darah tinggi serta peningkatan total dan kolesterol LDL (yang berbahaya). Para peneliti masih belum bisa menentukan apakah risiko obesitas naik karena makanan yang sedang diproses atau karena kandungan gizi makanan olahan.
“Ketika berbicara tentang obesitas, berapa banyak yang dimakan. Diet tinggi karbohidrat kaya serat lebih baik,” katanya.
2. Kanker
Lindsey menjelaskan daging olahan seperti nugget, sosis dan kornet, sosis telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker kolorektal. Badan Penelitian Kanker Internasional (IARC) mengklasifikasikan makanan olahan sebagai karsinogen yang juga ditegaskan oleh American Cancer Society (ACS). Daging-daging ini telah diasinkan, difermentasi atau diasap sebagai cara untuk meningkatkan umur simpan atau rasa. Sedangkan studi kohort pada Januari 2018 yang diterbitkan dalam British Medical Journal (BMJ) menemukan bahwa makan makanan olahan sering dikaitkan dengan kanker salah satunya risiko kanker payudara.
3. Stroke
Sebuah makalah Juli 2015 yang diterbitkan di Strokes menyarankan bahwa ada hubungan antara makanan olahan khususnya daging dan peningkatan risiko stroke. Terlalu sering makan makanan olahan begitu tinggi sodium, yang telah dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke. “Sodium dapat meningkatkan tekanan darahmu sementara potasium dapat menurunkannya,” ungkao Lindsey.
Ketika tekanan darah meningkat, aliran darah melalui arteri dibatasi dan begitu aliran darah ke otak tersumbat, itu dapat menyebabkan stroke. Terlebih lagi, kata dia, kadar kolesterol tinggi dapat menyebabkan pembekuan darah, yang juga dapat menghambat aliran darah ke otak. Selain itu, makanan olahan juga mungkin tinggi lemak trans seperti minyak terhidrogenasi parsial dapat berkontribusi terhadap kolesterol tinggi, serangan jantung, dan risiko stroke.
4. Penyakit jantung
Tekanan darah tinggi dan stroke berjalan beriringan dengan penyakit kardiovaskular. Seperti hubungan antara natrium dan stroke, mengonsumsi natrium dalam jumlah tinggi juga bisa berperan memicu masalah jantung. Dan, kata Lindsey, makanan olahan yang mengandung lemak trans juga dapat meningkatkan risiko. Sebuah studi pada Mei 2019 di BMJ menemukan bahwa konsumsi makanan olahan yang tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung.
5. Kematian dini
Sebuah studi pada Februari 2019 diterbitkan di JAMA Internal Medicine mengamati lebih dari 44.000 orang paruh baya di Prancis, peningkatan konsumsi makanan olahan dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih tinggi.
Terlebih lagi, sebuah penelitian pada bulan Mei 2019 di BMJ menemukan bahwa konsumsi makanan olahan yang lebih tinggi, berisiko kematian sebesar 62 persen.
“Kita harus mengingat kata ‘risiko’, tidak ada makanan yang akan menyebabkan stroke atau bahkan meningkatkan risiko. Ini tentang seluruh makanan dan gaya hidup, seberapa sering menyantapnya atau membatasinya,” katanya. (jpc)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post