Senin (8/10) kemarin, sekira 21 korban bencana gempa dan tsunami asal Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) tiba di Kota Tepian. Menggunakan Kapal Motor (KM) Adithya, mereka merapat di Pelabuhan Samarinda Jalan Yos Sudarso sekira pukul 12.00 Wita.
DEVI NILA SARI, Samarinda
WACANA penampungan pengungsi asal Palu di Gor Segiri yang direncanakan Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda sebelumnya, sepertinya tak jadi direalisasikan. Sebab, para pengungsi lebih memilih untuk tinggal di rumah sanak keluarga yang ada di Kota Tepian maupun Balikpapan.
Seperti yang diungkapkan oleh Ratnawati, salah satu pengungsi asal Palu ini. Ia mengatakan, ia akan tinggal di rumah keluarganya yang berada di Muara Kaman. “Saya ada keluarga di sana. Rencananya mau tinggal ke sana saja,” ujarnya.
Ia pun menceritakan, ketika awal kejadian tersebut ia bersama keluarga sedang menonton televisi. Sebelum kejadian pun, tidak ada tanda-tanda. Ketika gempa terjadi, semua keluarganya terpental ke segala penjuru rumah. Dalam keadaan ketakutan itulah mereka mencoba melarikan diri.
“Tapi suami kembali ke rumah, ambil motor. Kalau bukan karena motor mungkin kami tidak bisa selamat dari gempa,” ujarnya.
Setelah mengalami kejadian hebat itu, Ratnawati merasa trauma. Ia pun berkata, enggan untuk kembali ke kampung halamannya itu. “Kalau pun saya harus kembali, kemungkinannya kecil sekali,” ujarnya.
Terpisah, Perwakilan Tim Terpadu Pemkot Samarinda, Syahruddin memastikan, pemerintah akan memberikan bantuan berupa sembako dan sebagainya kepada para pengungsi yang datang ke Kota Tepian. “Untuk sementara akan kami bantu. Kami juga tidak tahu mereka akan tinggal sementara atau permanen,” kata dia.
Kendati demikian, ia memastikan pihak pemkot akan terus menyokong para pengungsi. Begitupun dalam hal pendidikan.
“Anak-anak nanti bisa sekolah di sini. Sesuai instruksi pusat juga, bahwa anak korban gempa harus dibantu dalam hal pendidikannya. Instruksi Pak Wali juga seperti itu,” ujarnya.
Ia mengaku, bahwa memang lebih baik jika pengungsi ditempatkan bersama keluarga masing-masing. Pasalnya, jika ditempatkan di Gor Segiri maka dikhawatirkan kebutuhannya yang lain akan sulit terpenuhi.
“Berdasarkan hasil rapat kami terakhir, para pengungsi yang datang kesini akan dijamin hidupnya. Makanya yang memiliki keluarga disini langsung diserahkan saja kepada keluarganya. Kalau mereka ditempatkan di pengungsian kasihan juga, belum dipikirkan kebutuhan MCK (mandi, cuci, dan kakus, Red.),” tutur dia.
Sebelumnya, Wali Kota Samarinda, Syaharie Jaang berkata, apabila ada korban gempa yang enggan pulang ke kampung halaman, bisa menetap di Samarinda. “Mereka bisa mengikuti program transmigrasi dan menetap di sini,” pungkasnya. (*/dev)
Data Pengungsi Korban Gempa Palu di Samarinda
No Nama Umur
- Awing 38 th
- Zaitun 39 th
- Nurul Fadila 17 th
- Syaiful 37 th
- Hasnah 35 th
- Agim 15 th
- Aulia Nurhikmah 14 th
- Faiha 1 th
- Minhar 46 th
- Sunartin 38 th
- Salirul Ramada 20 th
- Mahla Zulaika 17 th
- Imam Atful Hidayah 13 th
- Zahratul Gifa 10 th
- Abdul Gafar 38 th
- Hatati 33 th
- Rifkika 13 th
- Aura 8 th
- Arif 1 th
- Damiasah 70 th
- Kawatini 56 th
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post