Oleh:
Mujahidul Wathoni, S,Ag, M,Pd.
(Wk Ketua 5 PD Muhammadiyah Kutai Timur)
SUDAH merupakan sunatullah, bahwa setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Ramadan yang kedatanganya selalu dirindukan oleh para ulama terdahulu dan salafus shaleh enam bulan sebelumnya dan dimohonkan dalam doa mereka, kini saatnya akan berpisah dengan kita.
Imam Mu`alla bin al-Fadhl rahimahullah berkata, “Dahulu para ulama senantiasa berdoa kepada Allah selama enam bulan agar dipertemukan dengan Ramadan! Kemudian mereka juga berdoa selama enam bulan agar diterima amal ibadah mereka ( selama ramadan ).
Tidak ada yang bisa menjamin bahwa tahun depan kita akan kembali berjumpa dengan bulan yang penuh berkah, rahmat, dan maghfirah ini. Karenanya, beruntung dan berbahagialah kita saat berpisah dengan ranadhan, membawa segudang pahala untuk bekal diakhirat.
Semoga kita termasuk para shoimin dan shoimat ( orang-orang yang berpuasa ), yang akan mendapatkan kebahagian luar biasa, yaitu saat bertemu Allah swt, sebagaimana disinyalir oleh Rasullah saw dalam sabdanya, “ dari Abu horairah berkata, Rasullah Saw. Bersabda : “ bagi orang yang berpuasa akan memperoleh dua kebahagiaan, kebahagian saat berakhirnya ibadah puasa ( berbuka ) dan kebahagiaan saat bertemu Rabb-nya kelak” ( Muttafaq `Alaih )
Setelah sebulan penuh kita melaksanakan ibadah puasa dengan semangat iman dan mengharapkan balasan Allah ( ihtisaaban )semata, maka memasuki hari raya Idulfitri ini, berarti kita kembali kepada fitrah ( kesucian ). Jiwa kita telah suci tanpa dosa, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. Dari Abu hurairah Ra, “ Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan landasan iman dan mengharap balasan dari Allah, maka diampuni dosa-dosa sebelumnya “ ( Muttafaq `Alaih ).
Karena itu, sepatutnyalah jiwa yang sudah fitri ini diupayakan secara maksimal untuk dipertahankan dan dijaga dengan penunaian berbagai bentuk amal shalih pasca Ramadan, dan bukan ditandai berakhirnya bulan Ramadan. Melainkan, sejauh mana iltizam ( konsisten ) orang-orang yang berpuasa dalam melakukan ibadah pasca bulan Ramadan. Sejauh mana kesinambungan harmonisasi hubungan dengan sang pencipta, Allah Swt tepelihara secara baik pasca Ramadan.
Jangan sampai prestasi cemerlang yang diraih dengan kerja keras selama satu bulan penuh, terhapus oleh keburukan yang menyusul. Jangan sampai kesucian jiwa yang dibangun susah payah selama bulan Ramadan, tercemari oleh perbuatan maksiat, begitu berpisah dengan Ramadan.
Jika ini terjadi, maka sama halnya dengan orang yang mendirikan bangunan indah nan megah dengan biaya mahal, lalu ia sendiri yang merobohkannya, Allah swt berfirman , “ Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali “ ( Qs. An-nahl: 92 ).
Bulan Ramadan memang akan berlalu, tapi musim-musim kebaikan lain segera menyusul.Sholat lima waktu yang merupakan perbuatan agung dan hal yang pertama yang akan dihisab di hari kiamat nanti, tidak berhenti dengan berakhir Ramadan. Jika puasa Ramadan berakhir, maka puasa-puasa sunnah yang berpahala tidak kecil, tidaklah berakhir bahkan menanti sentuhan kita.
Seperti, puasa enam hari di bulan syawal, puasa senin-kamis, puasa tiga hari dalam sebulan ( Ayyaamul Bidh ), Puasa Arofah dan lain-lain ). Jika Qiyam Ramadan dan Tarawih telah lewat. Maka, Qiyamullail ( Tahajujud ) tetap sisyariatkan tiap malam bermunajat ditengah malam adalah kebiasaan orang-orang shalih. Abu Sulaiman Ad daaraani rahimahullah berkata, “ Seandainya tidak ada malam, niscaya aku tidak ingin hidup di dunia ini “.
Jika zakat Fitrah berlalu, maka zakat wajib ( zakat maal ) dan pintu sedekah masih terbuka lebar pada waktu-waktu yang lain. Karenanya, memasuki Idulfitri yang berarti jiwa kita menjadi fitri, maka tampilan kita harus lebih islami. Termasuk dalam tampilan disini adalah tujuan, orientasi, motifasi, fikrah, ahlak, moral, prilaku, interaksi,aktifitas,kiprah, peran dalam kehidupan sehari-hari kita.
Ketika terjadi islamisasi `tampilan pasca Ramadan , berarti ini merupakan indikator diterimanya puasa Ramadan kita. Karena, jika Allah Swt, menerima amal seseorang, maka pasti Dia akan menolongnya untuk mengadakan perubahan diri ke arah yang lebih positif dan meningkatkan amal kebaikan.
Seorang penyaira Arab pernah mengingatkan dalam syairnya “ Bukanlah hari raya Idulfitri itu bagi orang yang berbaju baru, melainkan hakekat Idulfitri itu bagi orang yang bertambah taatnya kepada Allah Swt.
Mari kita songsong Idulfitri ini dengan gembira dan memberikan kegembiraan bagi semua saudara-saudara kita sesama muslim, dan juga bagi seluruh ummat manusia, sehingga tidak lagi ada saudara kita pada hari itu ada yang bersedih hati karena kelaparan tidak ada bahan makanan yang bisa dimasak, tidak ada lagi saudara kita yang sedih karena tidak punya baju baru, maka ini tugas kita syhoiimin dan syhoimat untuk berbagi dan menunaikan kewajiban membayar zakat fitra.
Mari kita saling bermaaf-maafan dengan orang tua kita , dengan semua keluarga kita, dengan teman-teman kita, maka inilah momentum yang luar biasa kita kembali menjadi suci, seprti bayi yang baru lahir.
Taqabbalallahu Minna waminkum, Wakullu `aamin wa antum bikhairin, semoga Allah swt menerima semua amal ibadah kita di bulan Ramadan. Amin-amin ya Rabbal `alamin.(*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post