Oleh:
Yusva Alam, Redaktur Bontang Post
“Mulailah dulu jangan menunggu sempurna,” ucap Pak Abdullah Mahmud, trainer desain yang saya ikuti beberapa waktu lalu.
Kalimat itu terlontar dari Bang Doel sapaan akrabnya, mengawali pelatihan 1 hari itu. Menjadi sebuah kalimat pamungkas untuk memotivasi gairah menulis saya yang sedang membuncah belakangan ini.
Bang Doel menjelaskan, untuk menjadi ahli atau berhasil di suatu bidang yang ingin kita tekuni, jangan menunggu sempurna dulu baru memulai. Jangan menunggu lengkap dulu semua fasilitas yang ada baru bergerak. Segeralah mulai dengan kondisi apa adanya. Seiring berjalannya waktu, perlahan- lahan akan kita perbaiki apa yang menjadi kekurangan kita.
Senada ungkapan tersebut, dalam bukunya How to Master Your Habits, Felix Siauw menegaskan ungkapan “practice makes right, repetition makes perfect.” Ketika saya coba mengulang kembali membaca buku yang saya beli sekira setahun lalu itu. Cocok. Pas sekali dengan ungkapan Bang Doel.
“Practice atau latihan berfungsi untuk menentukan apakah aktivitas yang akan dilakukan sudah benar atau belum, tepat sasaran atau tidak. Sedangkan pengulangan akan menyempurnakannya.” Papar Felix di bukunya itu.
Tak ayal, kalimat-kalimat pamungkas tersebut mampu mendobrak motivasi saya agar kembali menulis. Ya, aktivitas satu ini memang sudah jauh dari saya setahun belakangan ini. Walaupun profesi masih tetap jurnalis. Namun bukan lagi wartawan lapangan, berpindah menjadi redaktur atau editor.
Posisi redaktur lebih banyak melakukan pengeditan dan pengaturan halaman koran. Karenanya menulis sudah mulai jarang saya lakukan. Imbasnya, terbata-bata saat menulis. Macet-macet sewaktu ingin menuangkan ide. insting pencarian angle pun harus diasah kembali. Bahkan, untuk memulai menulis saja amat berat dirasa.
Kangen. Iya. Makanya saat ini saya berusaha mengamalkan kebiasaan lama itu. Menulis dan terus menulis. Menulis apapun yang terlintas di benak. Menulis apapun ide yang jatuh bercucuran di kepala ini.
Semoga aktivitas ini bisa istiqomah. Karena motivasi lain aktivitas ini kembali mencuat adalah sebagai sarana dakwah. Mengajak orang kepada Islam agama yang sempurna.
Aktivitas inipun semakin termotivasi setelah melihat beberapa kenalan saya. Baik di dunia nyata maupun maya. Pak Mudjib Utomo dan dr Nurul Fathoni. Profesi mereka bukan penulis. Seorang pensiunan PT Pupuk Kaltim dan direktur rumah sakit. Namun aktivitas mereka menulis yang hampir saban hari di status facebook, membuat iri hati ini.
“Jangan mau kalah dengan mereka,” tegas saya dalam hati.
So, terima kasih Bang Doel, Ust Felix, Pak Mudjib dan dr Nurul, atas motivasinya. Sukses buat kalian semua! (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post