Bontangpost.id
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Sabtu, 6 Maret 2021
  • Home
  • Bontang
  • Kaltim
  • Nasional
  • Advertorial
    • Advertorial
    • Pemkot Bontang
    • DPRD Bontang
  • Ragam
    • Infografis
    • Internasional
    • Olahraga
    • Feature
    • Resep
    • Lensa
  • LIVE
Bontangpost.id
  • Home
  • Bontang
  • Kaltim
  • Nasional
  • Advertorial
    • Advertorial
    • Pemkot Bontang
    • DPRD Bontang
  • Ragam
    • Infografis
    • Internasional
    • Olahraga
    • Feature
    • Resep
    • Lensa
  • LIVE
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Bontangpost.id
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Home Nasional

Sunyi di 700 Hari, Aksi Diam Kritik Lambatnya Penanganan Kasus Novel Baswedan

Reporter: M Zulfikar Akbar
Rabu, 13 Maret 2019, 19:30 WITA
dalam Nasional
2 menit dibaca
Sunyi di 700 Hari, Aksi Diam Kritik Lambatnya Penanganan Kasus Novel Baswedan

Wadah Pegawai KPK dan Koalisi Masyarakat Sipil Anti Korupsi melakukan aksi diam 700 hari penyerangan Novel Baswedan di Gedung KPK, Jakarta, Selasa (12/3/19). Aksi diam ini menuntut presiden beserta polri untuk menangkap pelaku penyiraman Novel Baswedan agar kepastian hukum dan keadilan bagi korban dapat tercapai. FOTO : FEDRIK TARIGAN/ JAWA POS

Scan MeShare on FacebookShare on Twitter

JAKARTA – Tepat 700 hari lalu, selepas subuh penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan menjadi sasaran teror. Orang tidak dikenal menyiramkan air keras kepada pria yang akrab dipanggil Novel itu. Akibatnya, kedua mata novel terluka dan masih harus mendapat penanganan medis. Selama itu pula, berbabgai langkah aparat kepolisian tidak kunjung berbuah hasil. Dalang teror keji tersebut belum juga terungkap.

Lewat Aksi Diam yang dilaksanakan di Gedung Merah Putih KPK Selasa malam (12/3), Wadah Pegawai KPK bersama awak media dan pegiat antikorupsi diam selama 700 detik. Sebelumnya, Ketua Wadah Pegawai KPK Yudi Purnomo menuturkan bahwa pihaknya sudah berulangkali menyuarakan tuntutan pengungkapan kasus Novel. Melalui berbagai cara dan sarana yang ada. Namun, nyatanya semua itu belum cukup. Siapa penyiram Novel masih misterius.

”Akhirnya tiba saat ini, akhirnya tiba masanya kami menyuarakan suara kalbu. Kalimat yang hanya bisa terdengar saat diam. Diam adalah bahasa tanpa sandiwara dan kebohongan. Diam adalah bahasa terakhir saat lidah kita semua sudah membeku,” ungkap Yudi. Kalimat itu dilanjutkan dengan Aksi Diam. Sampai 700 detik selesai. Lantas ditutup dengan pembacaan salah karya Wiji Thukul berjudul Sajak Suara.

Baca Juga:  Kontrak Diputus, Tunjuk Pemenang Cadangan

Melalui Aksi Diam kemarin malam, Wadah Pegawai KPK meminta kejelasan atas penanganan kasus penyiraman air keras terhadap Novel. Permintaan itu didasari lambatnya penanganan kasus tersebut. Jangankan aktor intelektual, pelaku yang begerak di lapangan dan menyiram Novel pun belum diketahui rimbanya. Maka tidak heran, masih banyak pertanyaan dilontarkan terkait penanganan kasus tersebut.

Pun demikian dengan tuntutan yang disuarakan oleh berbagai elemen masyarakat. Salah satunya melalui Aksi Diam kemarin. ”Hari ini 700 hari (pasca) penyerangan Novel Baswedan, kami pegawai KPK menunggu realisasi dari pimpinan negeri ini untuk membongkar kasus penyerangan Novel Baswedan,” ungkap Yudi. Tuntutan itu tidak hanya untuk keadilan terhadap Novel. Melainkan seluruh masyarakat Indonesia.

Wadah Pegawai KPK khawatir, apabila kasus penyerangan terhadap Novel tidak kunjung diungkap, kasus serupa terulang lagi. Itu sangat mungkin terjadi mengingat pelaku yang menyiramkan air keras kepada Novel pun masih bisa berkeliaran bebas meski sudah melakukan aksi yang keji. ”Pelaku masih bebas beraktivitas, merdeka, tanpa adanya efek jera,” sesal Yudi. Itu sekaligus menjadi ironi.

Baca Juga:  Dugaan Menghalangi Kerja KPK, Akademisi Unmul Bereaksi Keras

Bagaimana tidak? Di antara kerja keras lembaga antirasuah memberantas korupsi, pelaku teror kepada pegawai dan pimpinan mereka tidak kunjung tertangkap. Maka tidak heran banyak kritik serta nada sumbang ditujukan kepada aparat kepolisian. Selain Aksi Diam, kemarin Koalisi Masyarakat Sipil Antikorupsi juga menyampaikan sikap mereka. Shaleh Al Ghifari yang berasal dari LBH Jakarta menyampaikan tuntutan Koalisi Masyarakat Sipil Antikorupsi.

Di antaranya soal pembentukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang independen. ”Melalui keppres yang terdiri atas para ahli, tokoh, dan praktisi yang kompeten dan independen yang bertanggung jawab langsung kepada presiden,” imbuhnya. Tuntutan itu kembali digaungkan lantaran tim yang ada saat ini dinilai gagal melaksanakan tugas. Sebab, dengan waktu yang sudah diberikan mereka belum juga berhasil mengungkap kasus Novel. (syn/jpg)

Share this:

  • Twitter
  • Facebook


Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:


Saksikan video menarik berikut ini:

Tags: aksi diamKPKnovel baswedan
Print Friendly, PDF & Email
PindaiBagikan8Tweet5Kirim

Dapatkan informasi terbaru langsung di perangkat anda. Langganan sekarang!

Berhenti Berlangganan

Komentar Anda

Related Posts

Calon Pengantin Bakal Dapat Kartu Prakerja

Calon Pengantin Bakal Dapat Kartu Prakerja

Jumat, 5 Maret 2021, 17:00 WITA
Kemenkes Sayangkan Rumah Sakit Bandrol Vaksin Covid-19

Kemenkes Sayangkan Rumah Sakit Bandrol Vaksin Covid-19

Jumat, 5 Maret 2021, 08:53 WITA
Bocah Bengalon yang Diterkam Ditemukan dalam Perut Buaya

Bocah Bengalon yang Diterkam Ditemukan dalam Perut Buaya

Kamis, 4 Maret 2021, 16:27 WITA
Dipecat dari Partai Demokrat, Marzuki Alie Polisikan AHY

Dipecat dari Partai Demokrat, Marzuki Alie Polisikan AHY

Kamis, 4 Maret 2021, 15:00 WITA
Hoaks Miras Halal Muncul Kembali

Hoaks Miras Halal Muncul Kembali

Kamis, 4 Maret 2021, 08:12 WITA
Pakai Dana Bansos Covid-19 untuk Judi, Kades Terancam Hukuman Mati

Pakai Dana Bansos Covid-19 untuk Judi, Kades Terancam Hukuman Mati

Rabu, 3 Maret 2021, 21:00 WITA
Postingan Selanjutnya
Debat Pilpres Kedua, Capres Akan Berdebat Bebas 16 Menit

Adu Program Tema Dasar Kesra Menuju Debat Cawapres (1): KIP Kuliah vs Kesejahteraan Guru Honorer

  • Terpopuler
  • Komentar
  • Terbaru
Bocah Bengalon yang Diterkam Ditemukan dalam Perut Buaya

Bocah Bengalon yang Diterkam Ditemukan dalam Perut Buaya

Kamis, 4 Maret 2021, 16:27 WITA
Dampak Proyek Perluasan Kilang Balikpapan, Butuh 15 Ribu Tenaga Kerja

Dampak Proyek Perluasan Kilang Balikpapan, Butuh 15 Ribu Tenaga Kerja

Rabu, 3 Maret 2021, 19:00 WITA
Dua Truk Tabrakan di Bontang Lestari, Sopir Terjepit

Dua Truk Tabrakan di Bontang Lestari, Sopir Terjepit

Kamis, 4 Maret 2021, 09:12 WITA
Bolu Pandan, Camilan Mengenyangkan Saat WFH

Bolu Pandan, Camilan Mengenyangkan Saat WFH

Minggu, 12 April 2020, 13:51 WITA
Anak 16 Tahun di Selambai Duel dengan Buaya

Anak 16 Tahun di Selambai Duel dengan Buaya

Rabu, 24 Februari 2021, 23:00 WITA
Satgas Covid-19 Minta Masyarakat Ikut Vaksin Sesuai Jadwal

Satgas Covid-19 Minta Masyarakat Ikut Vaksin Sesuai Jadwal

Jumat, 5 Maret 2021, 20:30 WITA
Selama Buron, Terpidana Pengadaan Eskalator Gedung DPRD Ubah Identitas

Selama Buron, Terpidana Pengadaan Eskalator Gedung DPRD Ubah Identitas

Jumat, 5 Maret 2021, 19:15 WITA
Calon Pengantin Bakal Dapat Kartu Prakerja

Calon Pengantin Bakal Dapat Kartu Prakerja

Jumat, 5 Maret 2021, 17:00 WITA
Sempat Lolos dari Kejaran Polisi, Maling Malah Digigit Buaya

Sempat Lolos dari Kejaran Polisi, Maling Malah Digigit Buaya

Jumat, 5 Maret 2021, 15:00 WITA
Lanjutan Sidang Dugaan Korupsi Dana Bergulir, Niat Menabrak Regulasi Dari Awal

Lanjutan Sidang Dugaan Korupsi Dana Bergulir, Niat Menabrak Regulasi Dari Awal

Jumat, 5 Maret 2021, 14:00 WITA
  • Indeks Berita
  • Redaksi
  • Mitra
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber
  • Pedoman Pemberitaan Ramah Anak
  • Kontak
Iklan dan Marketing: (0548)20545

© 2019 Bontangpost.id. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Bontang
  • Kaltim
  • Nasional
  • Advertorial
    • Advertorial
    • Pemkot Bontang
    • DPRD Bontang
  • Ragam
    • Infografis
    • Internasional
    • Olahraga
    • Feature
    • Resep
    • Lensa
  • LIVE

© 2019 Bontangpost.id. All Rights Reserved.