Kisah Inspiratif Warga Bontang: Priswalia Anggariana Putri (141)
Usaha pengantaran makanan atau delivery memang sedang gandrung di Kota Taman. Memanfaatkan media sosial, tiap orang kini bisa membuka berbagai usaha delivery. Tak terkecuali Priswalia Anggariana Putri, yang sudah tiga bulan menjalani bisnis delivery ayam geprek tiga bulan terakhir.
Muhammad Zulfikar Akbar, Bontang
AWAL mula Priswalia membuka usaha ayam geprek delivery ini sebenarnya dimulai dari iseng. Wawa –sapaan akrabnya- yang sedang proses mengerjakan tugas akhir di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda ini sedari awal merupakan penikmat kuliner. Berbagai masakan olahan ayam merupakan favorit dara kelahiran Bontang, 5 Mei 1994 ini. “Kebetulan memang sukanya sama (masakan) ayam,” jelas Wawa.
Saat berada di Samarinda, Wawa pun sempat menikmati sajian ayam geprek yang dijual di Kota Tepian tersebut. Sesaat kemudian, dirinya teringat jika masih jarang menu ayam geprek di sajikan di Bontang. Wawa pun kemudian membawa sampel ayam geprek dari Samarinda ke Bontang saat libur kegiatan akademik di kampusnya. “Aku tunjukkan ke bude, kebetulan beliau pintar masak juga. Kutawari untuk jualan ayam geprek delivery, biar di rumah ada kegiatan yang dikerjakan,” kata lulusan SMAN 1 Bontang ini.
Dibantu ibunya, Warih Leksi Oktariana dan bude beserta saudara sepupunya, Wawa memulai bisnis ayam geprek delivery ini pada 10 September 2016 lalu. Usahanya pun diawali dengan lima potong ayam di hari pertama. Namun di hari kedua, seketika Wawa mampu memasak hingga 40 porsi dalam sehari. “Kaget juga sih, padahal usahanya baru dibuka tapi sudah menyentuh 40 porsi,” ujar anak tunggal dari pasangan Indro Siswoko dan Warih Leksi Oktariana ini.
Dalam sekejap, tiap bulannya Wawa dan keluarganya mampu memasak rata-rata hingga 70 porsi perhari. Bahkan di hari-hari tertentu, pesanannya bisa menembus hingga 100 porsi perharinya. Tak ayal, dalam sebulan Wawa mampu membukukan omset hingga lebih dari Rp 10 juta. Untuk urusan ongkos kirim, Wawa pun mempertimbangkan jarak yang ditempuh dari rumahnya di Jalan Keladi RT 03 Tanjung Limau Kelurahan Gunung Elai, dengan rumah pemesannya. “Biasanya sekitar Rp 5 ribu. Tapi pernah yang pesan sampai di Kilometer 8, ya ongkirnya (ongkos kirim) jadi Rp 20 ribu,” jelasnya.
Khusus uang ongkir ini, Wawa tidak memasukkannya sebagai tambahan pemasukan. Ongkos ini pun digunakan oleh para sepupunya yang membantu mengantarkan pesanan ke pelanggan. Tak heran, dalam sehari sepupu Wawa yang membantunya mengantarkan pesanan bisa mendapatkan hingga Rp 50 ribu. “Biar mereka ikut bantu, tidak cuma nongkrong saja,” katanya.
Selama tiga bulan berjalan, usaha yang digeluti Wawa ini tidak bisa dibilang selalu berjalan mulus. Banyak suka dan duka yang dirasakan selama berjualan ayam geprek delivery miliknya. Contohnya saja saat Wawa baru mulai mempromosikan dagangannya di media sosial Facebook. Seketika saja, mulai banyak akun-akun lain yang mulai meniru usaha yang dilakukannya. Namun, kata Wawa itu tak lama.
“Kalau kata pelanggan, waktu coba ayam geprek yang lain ternyata malah lebih banyak tepungnya ketimbang ayamnya. Kalau aku sih tidak masalah kalau ada yang meniru usahanya. Toh sama-sama cari rezeki, sudah ada jalannya masing-masing,” ucap Wawa.
Pun saat mengantarkan pesanan ke pelanggan, sepupunya yang mengantarkan pesanan sempat mengalami insiden kecelakaan terjatuh dari motor. Selain itu, mereka pun cukup kesulitan saat harus mengantarkan pesanan ke rumah yang berada di dalam gang-gang. “Makanya ongkirnya buat sepupu yang mengantarkan pesanan. Buat pengganti pulsa dan bensin mereka saat harus mengantar pesanan,” tambahnya.
Meski beberapa waktu terakhir mulai banyak usaha delivery serupa, namun Wawa bersyukur kini sudah memiliki pelanggan tetap ayam gepreknya. Mulai dari pegawai kafe, pekerja, dan berbagai lapisan masyarakat lain sudah menjadi pelanggan setianya. “Malahan ada yang tiap hari sampai sekarang selalu mesan ayam geprek, ya orangnya sama. Aku justru terimakasih mereka jadi pelanggan setia ayam geprek kami,” kata Wawa.
Tak hanya delivery saja, Wawa dan keluarganya berencana membuka warung kecil di sekitar pinggir jalan Tanjung Limau untuk melebarkan sayap usahanya. Sejatinya, Wawa memang berkeinginan suatu saat memiliki café atau usaha rumah makan tersendiri. Usaha ayam geprek miliknya kini, dinilai sebagai langkah awal mewujudkan mimpi tersebut. “Bismillah, dalam waktu dekat mulai buka juga di depan (sekitar jalan Tanjung Limau, Red.),” jelasnya.
Baginya, dalam kondisi ekonomi daerah yang serba tak meyakinkan saat ini, tiap orang harus pandai melihat situasi dan peluang yang bisa menciptakan penghasilan sendiri. Berbagai jenis usaha pun bisa dilakukan, yang terpenting dilakukan dengan niat dan kerja keras serta ketekunan dalam menjalankan usahanya.
“Sekarang kalau melamar pekerjaan saja susah. Jalan satu-satunya ya membuka usaha, setidaknya bisa untuk menghidupi diri sendiri dan keluarga,” ucap perempuan pemilik motto hidup “Tidak ada usaha yang mengkhianati hasil, libatkan Allah disetiap prosesnya”. (bersambung)
Nama: Priswalia Anggariana Putri
TTL: Bontang, 5 Mei 1994
Alamat: Jalan Keladi RT 03 Tanjung Limau Kelurahan Gunung Elai
Ortu: Indro Siswoko – Warih Leksi Oktariana
Sekolah:
– SDIT Yabis Bontang 2000-2006
– SMPN 1 Bontang 2006-2009
– SMAN 1 Bontang 2009-2012
– Univ. Mulawarman jurusan Pendidikan Bahasa Inggris 2012-sekarang
Hobi: Membuat Kue
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: