SAMARINDA – Terus merosotnya sumber pendapatan keuangan Pemerintah Kaltim, terutama yang bersumber dari sektor pertambangan, baik batu bara maupun minyak dan gas (migas) berdampak pada ketidakstabilan ekonomi dan pembangunan.
Salah satu yang paling terasa yakni, melambatnya akselerasi pembangunan. Bahkan sebagai dampak dari terus menurunnya anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) tersebut, pertumbuhan ekonomi Kaltim juga mengalami perlambatan.
Kondisi ini dikarenakan, sumber kantong keuangan daerah dapat dikatakan masih terfokus pada sektor pertambangan. Konsekuensi atas hal itu, akselerasi pembangunan hingga pertumbuhan ekonomi masyarakat mengikuti ritme pasar.
Jika pada tahun 2012-2013 APBD Kaltim mampu mencapai diangka Rp 15 triliun. Maka di tahun 2016-2017, APBD Kaltim terseok-seok diangka sembilan triliun ke bawah. Tentu ini cukup menghawatirkan bagi Kaltim sebagai lumbung sumber daya alam.
Bila hal demikian terus dibiarkan, maka lambat laut Kaltim akan menuju krisis ekonomi. Bahkan tidak menutup kemungkinan, jika pemerintah tidak segera meracik strategi baru, ibarat pepatah mengatakan, Kaltim bak tikus mati dilumbung padi.
Berangkat dari keresahan itu, koran Metro Samarinda berupaya mengambil langkah sedini mungkin untuk membedahnya. Salah satunya yakni dengan mengusung kegiatan bertajuk, Bincang Etam.
Kepala Biro Metro Samarinda, Dirhan menjelaskan, acara ini baru pertama kali diadakan pihaknya. Dia ingin, koran yang dipimpinnya bisa membedah secara khusus kebutuhan ekonomi Kaltim, terutama untuk 2030 mendatang.
“Narasumber yang akan membedah ekonomi Kaltim nanti, kami mengundang pakar ekonomi nasional, Aji Dedi Mulawarman dan Sekretaris Provinsi (Sekprov) Kaltim Rusmadi, selaku pemangku kebijakan di benua etam,” katanya, Sabtu (25/11) kemarin.
Kegiatan ini akan mengandeng radio KPFM Samarinda dan dilaksanakan di Hotel Horison Samarinda, Selasa (28/11) mendatang. Mulai dari para tokoh-tokoh politik, pegiat ekonomi, dan akademisi akan dihadirkan juga pada bincang etam perdana tersebut.
“Kami berharap, dari diskusi ini akan ada banyak solusi dan alternatif ekonomi yang bisa dihasilkan. Tema yang kami angkat di bincang etam ini tentang Pembangunan Ekonomi Kaltim 2030, Meracik Strategi Melawan Kebangkrutan,” tutur Dirhan.
Menurutnya, tema ini sengaja diangkat dengan tujuan, Kaltim dapat berbenah diri secara ekonomi, menuju kemandirian ekonomi tahun 2030. Selain itu, Kaltim dalam beberapa tahun mendatang, diharapkan bisa menciptakan ekonomi alternatif yang ramah lingkungan dan berbasis ekonomi kerakyatan.
“Ketergantungan Kaltim terhadap sektor pertambangan masih sangat tinggi. Bahkan ekonomi masyarakat ditopang dari situ. Jadi saya wajar ketika harga pasar dunia goyah, maka ekonomi Kaltim pasti akan ikut goyah. Seperti yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir,” katanya.
Sebagai terobosan baru, bincang etam yang digagas koran yang mengusung berita-berita politik tanah Borneo ini, menjadi awal untuk menggagas konsep-konsep ekonomi alternatif bagi Kaltim. “Kegiatan ini sifatnya terbatas. Tapi nanti hasil dari bincang etam ini memang bagus, ke depan akan kami adakan secara terbuka. Siapapun bisa ikut serta bersuara di dalamnya,” tandasnya. (drh)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: