Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di Kota Taman terbentur sejumlah persoalan. Dari sisi sekolah maupun siswa.
bontangpost.id – Sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) dilakukan di kala status kejadian luar biasa (KLB) Covid-19 di Kota Taman belum dicabut oleh Pemkot Bontang. Namun aktivitas daring ini memiliki segudang persoalan.
Waka Kurikulum SMPN 1 Bontang Anik Suwarti mengatakan, sekolah kekurangan kapasitas random-access memory (RAM) yang hanya 16 Gigabyte (Gb) untuk satu server. Sekolah punya tiga perangkat, untuk masing-masing angkatan.
“Ini kalau server diakses secara bersamaan lelet. Hasil kami evaluasi saat ujian akhir semester lalu,” kata Anik.
Kata dia, saat ini SMPN 1 Bontang menggunakan Chamilo Learning Management System (LMS) atau sistem manajemen pembelajaran untuk PJJ. Dan untuk mengatasi lambannya server, terpaksa pihak sekolah membagi kelompok per angkatan. Tiap kelompok diisi oleh empat rombongan belajar (rombel).
“Misalnya kelas 7A sampai 7D mengakses di jam pertama. Kemudian disusul 7E sampai 7H pada jam berikutnya,” ucapnya.
Alhasil, skema ini memaksa pembelajaran tiap siswa per harinya hanya dua mata pelajaran. Satu mata pelajaran berdurasi satu setengah jam. Maka pembelajaran efektif berlangsung tiap harinya mulai pukul 07.00 hingga 10.30 Wita untuk kelompok pertama. Disusul pukul 10.30-12.00 Wita bagi kelompok kedua.
“Total sepekan 10 mata pelajaran tiap siswa tersampaikan,” ujarnya.
Durasi tidak panjang karena mempertimbangkan ketersediaan kuota paket data smartphone siswa. Terkhusus mereka yang dihuniannya tidak dilengkapai fasilitas Wifi.
“Karena paket data cukup mahal harganya,” sebut dia.
Andalkan Google dan Zoom
Kepala SMPN 1 Bontang Riyanto menyatakan, dibutuhkan upgrade perangkat server supaya bisa diakses per angkatan kelas.
“Kalau bisa yang kecepatan maksimal,” pinta Riyanto.
Menyambung sistem itu, komunikasi antara siswa dengan guru menggunakan aplikasi Telegram. Diketahui, jumlah pelajar di SMP 1 Bontang yakni 764 siswa. Terbagi dalam kelas VII sejumlah 272 siswa, kelas VIII 288 siswa, dan kelas IX 204 siswa.
Namun, pihak sekolah pun belum mengkalkulasi berapa kebutuhan paket data yang tersedot per siswanya. Ketika menggunakan sistem pembelajaran daring ini. Pasalnya materi yang diunggah oleh tiap guru berbeda.
“Karena ada materi yang disampaikan secara video. Tentunya ini lebih memakan kuota paket data lebih ketika diakses atau diunduh,” kata Admin LMS kelas IX, Tulus Nugroho.
Dipastikan, SMPN 1 Bontang tidak keberatan jika harus menggunakan sistem pembelajaran daring. Terkhusus persiapannya. Sebab, metode ini sudah dilakukan mulai pertengahan semester kedua tahun ajaran lalu.
Sementara, Waka Kurikulum SMPN 2 Jumadi menyebutkan proses kegiatan belajar mengajar menggunakan fasilitas yang sudah ada. Bentuknya yakni Google Classroom dan Google Form. Sistem ini telah digunakan saat pandemi Covid-19 dan pemerintah memutuskan penerapan PJJ.
“Jadi materi diunggah melalui aplikasi itu. Pun demikian dengan interaksi dengan siswa,” sebut Jumadi.
Selain itu jika guru mau bertatap muka dengan muridnya dalam satu kelas maka menggunakan aplikasi Zoom. (*/ak/rdh/kpg)
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Saksikan video menarik berikut ini:
Komentar Anda