Jalan Tol Balikpapan-Samarinda (Balsam) sudah lama dinanti. Pemindahan ibu kota negara (IKN) ke Kaltim jadi salah satu alasan akses bebas hambatan itu segera dirampungkan.
SAMARINDA-Progres Jalan Tol Balsam cukup menggembirakan. Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengklaim kemajuan proyek itu sudah mencapai hampir 100 persen. Sebagian ruas tol diperkirakan fungsional mulai bulan depan.
Kepala BPJT Danang Parikesit mengatakan, progres pengerjaan Seksi 2, Seksi 3, dan Seksi 4 jalan tol sudah mencapai 99 persen. Ketiga seksi tersebut merupakan bagian yang dikerjakan PT Jasa Marga Balikpapan-Samarinda. Kini tinggal menyelesaikan satu persennya. Secara perlahan akan diselesaikan sehingga bisa fungsional. “Kemungkinan peresmian akhir Oktober,” ujarnya saat meninjau langsung Jalan Tol Balsam.
Namun, jika dilihat progres kelima seksi mencapai 97 persen. Baik dari dukungan APBD maupun APBN termasuk loan Tiongkok. Pihaknya berharap akhir tahun ini jalan tol secara keseluruhan rampung. Khususnya ketika menghadapi Natal dan tahun baru. “Diresmikan bertahap. Setidaknya ada ruas jalan yang sudah bisa difungsikan dalam waktu dekat,” katanya.
Agar terealisasi, lanjut dia, kawasan Samboja di Kutai Kartanegara (Kukar) perlu ada percepatan pekerjaan. Pihaknya meminta Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) dan kontraktor bekerja ekstra menyelesaikan pembangunan. “Kalau memang bisa dikerjakan 24 jam, kenapa tidak,” harap dia.
Danang tak menampik, beberapa titik ruas tol ada persoalan tanah. Karena itu, bila konsolidasi tanah tidak sesuai yang diinginkan hingga treatment dilakukan, pihaknya menggunakan pile slab atau model jembatan.
“Dengan pemancangan, nanti model jembatannya melayang di atas tanah. Kalau tanahnya turun, jalannya tidak,” sebutnya. “Jadi, ada dua hal. Pertama, pola kerjanya yang diubah dengan penambahan sif kerja. Kemudian menambah teknologi lain (pile slab), selain melakukan perbaikan tanah dasar,” tambah Danang.
Dikatakan, tersisanya progres satu persen di Seksi 2, Seksi 3, dan Seksi 4 terdapat lahan yang belum dibebaskan. Lokasinya berada di beberapa titik. Kondisi itu yang jadi penghambat progres tol.
Kendala itu, lanjut dia, misalnya untuk jalan lokal, jembatan sudah jadi tapi oprit (timbunan tanah)-nya belum dibuat. Sebab, tanahnya belum dibebaskan. Selain itu, proses pembebasan lahan terdiri dua tahap. Pertama melalui musyawarah dan appraisal sedangkan kedua melalui pengadilan.
“Untuk jalan utama semua sudah dibebaskan, yang belum hanya sisi kiri dan kanan jalan, yang merupakan bagian bangunan pelengkap tol. Kami optimistis sebelum akhir tahun semua sudah terselesaikan,” terangnya.
Adapun, lampu penerangan jalan dan rambu-rambu tol, pihaknya sudah melakukan rapat. BPJT memberi waktu pihak kontraktor untuk menuntaskan hal tersebut dalam tiga pekan ke depan.
Setelah rampung, lanjut Danang, kontraktor akan menyerahkan kepada BUJT. Lalu dilakukan uji layak fungsi. Bila sudah dinyatakan layak fungsi, Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR akan mengeluarkan sertifikat layak operasi. “Selanjutnya ya bisa dioperasikan secara penuh,” jelasnya.
Menurutnya, untuk menyelesaikan bagian proyek yang belum rampung, pembangunan jalan tol akan memerlukan tambahan biaya. Khusus ini, pihaknya bakal menugaskan BUJT. Lalu dijadikan bagian dari investasi. “Kami belum menghitung berapa anggaran tambahan yang diperlukan,” ucapnya.
Dengan tambahan keperluan anggaran itu, biaya proyek Tol Balsam bakal membengkak. Danang menyebut, bila sebelumnya jalan tol memerlukan biaya sekitar Rp 9,4 triliun, kini bakal menjadi Rp 10 triliun. “Meski nilai investasinya bertambah, kami berharap tidak membuat tarif awal berubah. Kan awalnya tarif tol Rp 1.000 per kilometer,” ungkapnya. Panjang jalan tol sekitar 99 kilometer, maka biaya sekali jalan dari Balikpapan ke Samarinda sebesar Rp 99 ribu.
KENDALA DI TANAH
Sementara itu, Direktur PT Jasa Marga Balikpapan Samarinda STH Saragih mengatakan, memang ada beberapa bagian yang belum terselesaikan. Namun, sebagian besar sudah dikerjakan.
Untuk Seksi 1 sepanjang 1,6 kilometer telah dikerjakan sehingga tersisa 2,2 kilometer yang akan dikerjakan secara flexible pavement atau sistem perkerasan jalan. Sementara dari APBN yang berada di Seksi 5 masih menyisakan 225 meter belum rampung. “Sebagian sudah perkerasan tanah,” ungkap dia.
Selain itu, ada sebagian oprit yang sudah dikerjakan sedangkan oprit yang belum dikerjakan karena tanahnya belum selesai pengerasan. Kemudian, gerbang tol belum dibangun. “Makanya ada penambahan anggaran. Cuma, belum dihitung semua. Kami akan ajukan kepada BPJT,” singkatnya.
Adapun Direktur Utama Jasa Marga Desi Arryani berharap sebagian Tol Balsam bisa dioperasikan akhir Oktober atau awal November. Sepanjang 60 kilometer dari Samboja (Kutai Kartanegara) hingga Palaran (Samarinda) diharapkan bisa dioperasikan lebih dulu. “Nanti ada pintu gerbang di Samboja dan Palaran yang berada di Seksi 2 menuju Seksi 4,” paparnya.
Memang, kata dia, secara keseluruhan, akan fungsional akhir tahun ini. Sekarang pihaknya mencoba melakukan review terhadap program-program penyelesaian dalam waktu dekat. Dia tidak menampik, Tol Balsam khusus Seksi 2, 3, dan 4 hampir rampung 100 persen. Namun, terkendala masalah pembebasan lahan.
Menurut dia, hal tersebut adalah kendala umum. Namun, di Kalimantan, tanahnya perlu perbaikan. Tanahnya banyak gambut dan rawa. Perlu dilakukan berbagai treatment. “Solusi sederhananya, tanah yang jelek dibuang dan diganti. Solusi lainnya, airnya dikeluarkan sedangkan pekerjaan paling berat diganti pile slab,” papar Desi.
Dari 65 kilometer yang ditangani Jasa Marga, 45 kilometer tanahnya jelek. Karena itu, sekitar 5 kilometer dibuat pile slab. Pasalnya, menunggu konsolidasi tanah terlalu lama. Itu masalah tanah di Kalimantan. Dengan kendala tersebut, pihaknya akan menyesuaikan program agar bisa diresmikan akhir Oktober untuk Seksi 2, Seksi 3, dan Seksi 4. “Kalau ditambah Seksi 5 dan Seksi 1, diharapkan bisa selesai akhir tahun,” harapnya.
Desi menambahkan, setelah dua tahun Jalan Tol Balsam mulai dioperasikan, maka umumnya akan dilakukan evaluasi. “Tiap dua tahun dilakukan evaluasi. Hasil evaluasi itu ada kemungkinan tarif naik. Besaran kenaikan tarif mengikuti regulasi dan inflasi di daerah. Tidak bisa diperkirakan. Kami juga berharap jalan tol ini bermanfaat bagi persiapan ibu kota negara,” tutup dia. (dq/rom/k16/prokal)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post