Minum Rebusan Daun Seledri setiap Tekanan Darah Naik
Kondisi ekonomi yang kekurangan dan anak yang sakit-sakitan seakan belum cukup bagi penderitaan Idume. Perempuan kelahiran Soppeng, 56 tahun lalu ini kini hidup dengan tumor melekat di leher sebelah kanannya.
LUKMAN MAULANA, Bontang
Sepintas tidak ada yang berbeda bila melihat sosok ringkih Idume. Pakaian daster dan langkahnya yang ringkih memperlihatkan seakan dia hanya perempuan tua biasa yang mengisi hari dengan menjaga warung kelontong. Tapi saat melihat lebih dekat pada lehernya yang telah keriput, tampak benjolan kecil sebesar kepalan tangan bayi. Benjolan terbungkus kulit itu bergerak berdetak ibarat jantung, layaknya hidup. “Awalnya kecil. Perubahannya jadi besar tidak terasa. Tiba-tiba saja sudah seperti ini,” kisah Idume saat ditemui Bontang Post di kediamannya di Jalan WR Supratman RT 15 Berbas Pantai.
Idume menceritakan, awal tumbuhnya benjolan tersebut terjadi selepas hari raya Iduladha tahun 2014. Setelah acara kenduri yang digelar di rumahnya, badannya terasa meriang, kepala berkunang-kunang. Padahal, belum ada secuilpun daging hari raya yang hinggap melewati kerongkonannya. Kondisinya hari itu semakin meemburuk hingga dia terpaksa dibawa ke RSUD Taman Husada Bontang oleh adik sepupunya.
“Sempat enam hari saya di sana. Lalu saya dirujuk ke Samarinda. Oleh dokter di Samarinda, benjolan ini akan dioperasi. Katanya ada penumpukan darah. Tapi batal karena tekanan darah saya naik. Saya lalu balik ke Bontang,” ungkapnya.
Sejak itu, Idume disarankan untuk rutin kontrol ke RSUD Taman Husada Bontang. Namun, karena ketiadaan biaya, kontrolnya pun berhenti di awal 2016. Memang, kondisi ekonomi Idume yang hanya mengandalkan berdagang rokok dan beberapa kebutuhan harian tidak cukup untuk kebutuhan hidupnya.
Apalagi putra semata wayangnya, Usmanto juga tidak bekerja. Kata Idume, lajang 35 tahun tersebut sakit-sakitan sehingga tidak bisa bekerja. “Dia (Usmanto, Red.) Sering masuk rumah sakit. Sekarang ya di rumah saja. Bantuin jaga warung juga, biasanya kalau malam begadang. Ini mungkin sedang keluar dengan temannya,” tutur Idume dengan suara lirih.
Dikisahkan, dulu dia termasuk orang yang mampu. Namun sejak kebakaran yang menimpa rumahnya di tahun 1984, perlahan hidupnya berubah. Kamar sewaan yang dimilikinya di lantai atas rumahnya habis dilalap si jago merah. Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Di tahun yang sama sang suami, Nasir yang dulunya bekerja di proyek meninggal dunia karena sakit. Padahal waktu itu putranya masih berusia tiga tahun.
Kini di usia senjanya, Idume berjuang bertahan hidup dengan hanya mengandalkan dagangan di warung. Itupun kalau ada yang membeli di warungnya. Katanya, pendapatan paling banyak dalam sehari yang bisa didapatkannya hanya Rp 30 ribu. Terkadang dia mendapat bantuan dari tetangganya dalam bentuk beras. Pun, sesekali datang orang-orang yang dulu menyewa di tempatnya memberikan bantuan.
“Kadang-kadang ada yang bantu kasih Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu. Itu langsung saya pakai beli rokok buat dijual lagi di warung,” sebutnya. Dengan pendapatan yang tidak menentu tersebut, Idume lebih memilih menggunakannya untuk hidup sehari-hari ketimbang untuk biaya berobat.
Diakui Idume, benjolan yang ada lehernya itu tidak terasa sakit. Namun begitu rupanya berpengaruh pada tekanan darahnya. Kerap kali secara tiba-tiba tekanan darahnya meninggi. Bila ini terjadi, kepalanya dan tengkuknya terasa sakit. Idume pun terpaksa beristirahat, berbaring di tempat tidur.
Karena ketiadaan obat, secara mandiri dia meminum air rebusan daun seledri untuk meredakan tekanan darahnya. Cara ini diakui cukup ampuh, walaupun penyakitnya kerap kambuh kembali. “Biasanya setelah minum terasa baikan. Pernah periksa ke dokter mesti nebus obat Rp 100 ribu. Karena tidak punya uang ya tidak saya tebus,” sebutnya.
Sementara itu Suratmi, pekerja sosial Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Bontang yang menangani Idume mengatakan, kliennya tersebut mengalami tumor leher. Dalam case record yang ditulisnya, Suratmi menyebut sebenarnya Idume telah mendapatkan perawatan. Dibutuhkan perawatan lanjutan untuk melakukan operasi pengangkatan tumor leher. Untuk operasi ini, Idume mesti dirujuk ke rumah sakit di Surabaya.
“Untuk melakukan operasi pengangkatan tumor leher ini, klien terkendala biaya operasi dan transportasi. Untuk itu beliau menghubungi Dinas Sosial dalam hal ini LK3 untuk bisa membantu terkait biaya yang dibutuhkan,” ungkap Suratmi.
Karenanya, LK3 mengharapkan bantuan dari masyarakat Bontang untuk biaya pengobatan Idume tersebut. Dari hitung-hitungan yang dilakukan LK3, dibutuhkan dana sebesar Rp 11,4 juta untuk mengawal pengobatan Idume. Angka tersebut meliputi biaya transportasi, konsumsi, dan obat-obatan di luar tanggungan BPJS Kesehatan.
Bagi warga Bontang yang ingin membantu, bisa menyumbangkan dana melalui Dompet Peduli Bontang Post yang bekerja sama Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Pemberdayaan Masyarakat (P3M) Bontang. Dana bisa diberikan secara langsung ke kantor Bontang Post di Jalan Ahmad Yani Nomor 26 atau ke Dinas Sosial P3M Bontang. Atau melalui rekening Bank BRI dengan nomor 706501005717532 atas nama LK3 Kota Bontang. (***)